Muntaha Al-Hafizh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Penambahan keluarganya, dan guru-guru beliau. |
Perbaikan sitasi, penambahan keluarga, istri dan anak beliau |
||
Baris 4:
== Asal usul dan pendidikan ==
Kiai Muntaha adalah putra ketiga dari pasangan K.H. [[Asy'ari]] dan Ny. [[Safinah]].<ref name="www.sarkub.com"/> Ibunda KH. Muntaha yakni Ny. Safinah memiliki 5 orang anak dan Muntaha merupakan anak ke-3. Kakaknya adalah K. Mustangin, K. Murtadho, dan adiknya adalah KH. Mudastsir, Ny H. Maziyah. Sedangkan KH. Mustahal Asy’ari merupakan adik yang berbeda ibu yang berasal dari Kertek, Wonosobo yakni Nyai Hj. Sufiyah.<ref>{{Cite book|last=Kamal|first=Faisal|date=2021|url=http://worldcat.org/oclc/1304493263|title=Charismatic leadership : peranan, pemikiran & pandangan hidup KH. Muntaha Wonosobo|location=Wonosobo|isbn=978-623-92958-8-2|oclc=1304493263|url-status=live}}</ref> Lahir dari keluarga pesantren, Kiai Muntaha memperoleh [[pendidikan]] membaca [[al-Qur'an]] dan ilmu-ilmu keislaman langsung dari kedua orang tuanya.<ref name="www.sarkub.com" /> KH Muntaha memiliki istri-istri di antaranya sebagai berikut; (1) Ny. Hj. Saudah dari Wonokromo Wonosobo. (2) Ny. Hj. Maryam dari Parakan Temanggung. (3) Ny. Hj. Maijan Jariyah Tohari dari Kalibeber yang kemudian berpisah/cerai. (4) Ny. Hj. Hinduniyah dari Kalibeber Mojotengah. (5) Istri terakhirnya adalah Ny. Hj. Sahilah dari Munggang Mojotengah. Dari kelima istri tersebut KH. Muntaha mempunyai keturunan hanya dari dua orang istrinya. Putra dari Ny. Hj. Maijan Jariyah (Istri ke-3) yaitu Faqih Muntaha dan dari Ny. Hj. Sahilah (istri ke-5) yaitu Siti Nur Latifah, Agus Muhammad Abdul Malik Abu Yahya, Ahmad Syarif Syukri, dan Ahmad Walid Aufa.<ref>{{Cite book|last=Kamal|first=Faisal|date=2021|url=https://www.worldcat.org/oclc/1304493263|title=Charismatic leadership : peranan, pemikiran & pandangan hidup KH. Muntaha Wonosobo|location=Wonosobo|isbn=978-623-92958-8-2|oclc=1304493263}}</ref> Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan untuk mencari [[ilmu]] dari pesantren satu ke pesantren yang lain.<ref name="www.sarkub.com" /> Perjalanan belajar KH. Muntaha dalam menjalankan tradisi pemeliharaan tradisi keilmuan al-Qur’an terjalin dalam suatu jaringan guru, murid dan rekan sejawat, yang diyakini sebagai pionir dalam tokoh-tokoh tahfîdz pondok pesantren yang terhubung secara langsung terhubung, dan KH. Muntaha merupakan salah satu bagian daripada mata rantai terpenting tersebut bersama dengan guru-gurunya, yakni KH. Usman dari Kaliwungu, Kendal. K.H. Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta, dan KH. Dimyati dari Termas, Pacitan.<ref>{{Cite
== Pemikiran ==
|