Otto von Bismarck: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 58:
Setelah utara dan selatan bersatu, Kekaisaran Jerman berdiri pada 1871. Raja Wilhem I menjadi kaisar dan Bismarck naik pangkat menjadi kanselir. Bismarck segera menetapkan garis politik yang menitikberatkan pada penguatan identitas nasional agar Kekaisaran Jerman tak terpecah belah.
Ketika itu, halangan terbesar yang dihadapi Bismarck adalah kuatnya pengaruh [[Gereja Katolik Roma]] di Jerman selatan. Bismarck juga menyangsikan kesetian penganut Katolik Roma kepada Kekaisaran Jerman. Untuk mengatasinya, Bismarck meluncurkan ''Kulturkampf,'' sebuah program yang menjadikan gereja Katolik Roma di bawah kendali negara atau serangkaian aturan yang bernuansa anti-Katolik.
'''500 Tahun Setelah Martin Luther Mengkritik Gereja'''
Baris 70:
Pidatonya itu sempat tidak disukai Wilhelm I meski tak sampai membikin sang raja menarik dukungan. Malahan pada akhirnya Wilhelm membiarkan Bismarck menggenapi pidatonya ketika mengikat konsep bangsa Jerman lewat perang, kekuasaan, dan konservatisme monarki.
Selain membendung arus Katolik dan liberal, kebijakan dalam negeri Bismarck turut mencegah penyebaran sosialisme. Bismarck benci dengan kelompok sosialis dan anarkis saat berhasil mendirikan pemerintahan [[Komune Paris]] 1871 di saat Prancis menderita kekalahan dari Prusia. Ia menyebut kelompok kiri ini sebagai tikus negara dan layak dimusnahkan.
Meski hanya ada dua perwakilan suara sosialis yang duduk di Reichstag (parlemen) pada 1871, keinginan Bismarck untuk menghajar kelompok kiri tetap kuat. Buktinya, ia mengajukan undang-undang pelarangan partai bercorak kiri di parlemen pada awal 1876 dan ngotot memperjuangkannya agar mendapat persetujuan suara mayoritas dari parlemen namun gagal. Bismarck baru berhasil membekukan kaum sosialis yang bernaung di Partai Sosial Demokrat pada 1878. Ia memakai kampanye propaganda menyalahkan kelompok sosialis dalam peristiwa percobaan pembunuhan Kaisar Wilhelm I.
Baris 78:
Kebijakan luar negeri yang diterapkan Bismarck secara garis besar bertujuan untuk membuat kekaisaran Jerman menjadi negara terkuat di Eropa. Caranya dengan menjaga perdamaian kawasan dan berkongsi dengan hitung-hitungan menggugurkan niatan lawan yang ingin menyerang Jerman.
Misalnya pada 1878 ketika Bismarck berkoalisi dengan [[Austria-Hongaria|Austria-Hungaria]] ditambah Italia untuk menangkal kekuatan Prancis dan Rusia. Saat terjadi krisis besar di Balkan tahun 1876, di mana gerakan pemberontakan lokal tumbuh subur dan menarik negara-negara lain untuk ikut bertarung, Bismarck menahan Jerman agar tidak ikut terpancing ke dalam konflik. Ia bilang kepada Reichstag bahwa keterlibatan Jerman dalam konflik akan berakhir sia-sia.<br />Tetapi semua berubah ketika kaisar Wilhelm I meninggal dunia. Friedrich III, anak lanang satu-satunya kaisar Wilhem I hanya mampu duduk di tahta kerajaan selama 90 hari akibat meninggal diserang kanker tenggorokan. Wilhelm II menggantikan ayahnya dan kaisar baru ini tidak lagi sejalan dengan Bismarck si kanselir besi.
Bismarck akhirnya memilih undur pada 1890 karena kehilangan legitimasi. Ia pulang ke daerah perkebunan miliknya di Friedrichsruh dekat Hamburg. Bismarck sebenarnya menunggu dipanggil kembali oleh Wihlem II untuk menakhodai Jerman. Tetapi sampai ajalnya menjemput pada 1898, panggilan itu tak kunjung datang. Banyak orang ketika itu melihat keputusan Wilhelm II mengabaikan Bismarck sebagai langkah bodoh dan dikaitkan dengan situasi buruk yang melanda Jerman dan Eropa karena Perang Dunia I akhirnya meletus.
|