ʿAbdul Muthalib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 50:
Nama aslinya adalah "Syaibah" yang berarti ''yang kuno'' atau ''berambut putih'' karena garis putih di rambut hitam legamnya, dan terkadang juga disebut Syaibah al-Ḥamd (''"Seri putih terpuji"'').<ref name=Saad1 />{{rp|81–82}} Setelah kematian ayahnya, dia dibesarkan di Yatsrib bersama ibu dan keluarganya sampai sekitar usia delapan tahun, ketika pamannya [[Muthalib bin Abd Manaf]] pergi menemuinya dan meminta ibunya Salmah untuk mempercayakan Syaibah dalam perawatannya. Salmah tidak mau membiarkan putranya pergi dan Syaibah menolak meninggalkan ibunya tanpa persetujuannya. Muṭṭalib kemudian menunjukkan bahwa kemungkinan yang ditawarkan Yatsrib tidak ada bandingannya dengan Mekah. Salmah terkesan dengan argumennya, jadi dia setuju untuk melepaskannya. Saat pertama kali tiba di [[Mekkah]], orang-orang menganggap anak tak dikenal itu adalah pelayan Muthalib, dan mulai memanggilnya 'Abdul Muttalib (''"pelayan Muthalib"'').<ref name=Saad1 />{{rp|85–86}}
== Menemukan sumur Zam-zam ==
{{See also|Sumur Zam-zam}}
Abdul Muṭṭalib mengatakan bahwa ketika tidur di kandang suci, dia bermimpi dia diperintahkan untuk menggali di tempat ibadah orang Quraisy antara dua dewa Isāf dan Nā'ila. Di sana dia akan menemukan [[Sumur Zam-zam]], yang diisi oleh suku Jurhum ketika mereka meninggalkan Mekah. Orang Quraisy mencoba menghentikannya menggali di tempat itu, tetapi putranya Al-Ḥārith tetap berjaga sampai mereka menyerah. Setelah tiga hari menggali, 'Abdul-Muṭṭalib menemukan jejak sumur religius kuno dan berseru, ''"Allahuakbar!"'' Beberapa orang Quraisy membantah klaimnya atas hak tunggal atas air, kemudian salah satu dari mereka menyarankan agar mereka pergi ke dukun perempuan yang tinggal jauh. Dikatakan bahwa dia bisa memanggil [[jin]] dan bahwa dia dapat membantu mereka memutuskan siapa pemilik sumur itu. Jadi, 11 orang dari 11 suku melakukan ekspedisi. Mereka harus menyeberangi padang pasir untuk bertemu pendeta tapi kemudian mereka tersesat. Ada kekurangan makanan dan air dan orang-orang mulai kehilangan harapan untuk keluar. Salah satu dari mereka menyarankan agar mereka menggali kuburan mereka sendiri dan jika mereka meninggal, orang terakhir yang berdiri akan menguburkan yang lainnya. Jadi semua mulai menggali kuburan mereka sendiri dan ketika Abdul Muṭṭalib mulai menggali, air menyembur keluar dari lubang yang dia gali dan semua orang menjadi sangat gembira. Saat itu juga diputuskan bahwa Abdul-Muttalib adalah pemilik sumur Zam-zam. Setelah itu dia memasok peziarah ke Ka'bah dengan air Zam-zam, yang segera mengalahkan semua sumur lain di Mekkah karena dianggap suci.<ref name=Saad1 />{{rp|86–89}}<ref name=Ishaq>Muhammad ibn Ishaq. ''Sirat Rasul Allah''. Translated by Guillaume, A. (1955). ''The Life of Muhammad''. Oxford University Press.</ref>{{rp|62–65}}
== Silsilah Keluarga ==
|