Pengabdi Setan 2: Communion: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Penambahan pranala |
||
Baris 54:
== Alur ==
Pada tahun 1955 di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, Budiman Syailendra diminta oleh Heru Kusuma seorang komandan polisi yang merupakan sahabat lamanya untuk meliput penemuan puluhan mayat dengan posisi bersujud pada gambar bertuliskan Raminom di [[Observatorium Bosscha]]. Heru tidak ingin mengusut penemuan ini secara resmi karena khawatir akan mengganggu kelancaran [[Konferensi Asia–Afrika]] di Bandung. Ia meminta Budiman untuk mencari tahu dan menyebarkan temuan ini diam-diam.
Di tahun 1984, Rini sekeluarga kini menetap di rumah susun milik pemerintah setelah [[Pengabdi Setan (film 2017)|kejadian di rumah mereka yang lama]]. [[Rumah susun]] ini terletak di dataran rendah Jakarta Utara dan dekat laut.
Malam sebelum kejadian itu, Rini membuang sampah di lantai 8 ia dilihat oleh penghuni kamar tersebut, usai membuang sampah disitu, ia dilihat penghuni lain dengan tatapan misterius bersama penghuni lainnya. Usai membuang sampah, penghuni tersebut kembali ke unit masing-masing dikarenakan tempat lorong sampah tersebut angker & menakutkan sebelum Tari terjatuh di lorong tersebut.
Di tempat yang sama, Wisnu juga membuang sampah disitu sama seperti Rini. Dan sampah tersebut pun mampet menggunakan tongkat pemungut sampah agar tidak mampet. Ia mendengar suara rintihan ada didalamnya, ia mengaku diteror suara misterius, dan Wisnu ditarik oleh suara misterius di lorong sampah, nyaris ia terjun sebelum Tari terjatuh disitu dan Wisnu keluar & menutup pintu lorong tersebut dengan keras. Suara tersebut dikarenakan ia harus membuka pintunya karena ia merasa kepanasan. Wisnu sangat ketakutan dengan suara tersebut, lalu sosok tersebut berpindah ke belakang Wisnu dengan suara lantang ia harus buka pintu lorong dengan wajah menakutkan, ia lari & menutup fotonya dikamar Wisnu bahwa suara tersebut adalah suara almarhum ayahnya yang sangat jahat & dulu ingin memberikan sebuah [[bahasa isyarat]] rahasia sebelum ia wafat. Ayahnya tewas karena kebakaran & ia terkunci disebuah kamar lalu terbakar, sementara Wisnu & ibunya selamat dari insiden tersebut.
Pada tanggal 16 April, sebuah kecelakaan [[lift]] terjadi dan menewaskan seluruh orang di dalamnya berikut anak-anak yang memunguti uang logam dari salah seseorang yang menaiki lift kecuali Bapak. Wina terengah
Toni, Bondi & lainnya memasuki unit Wina sambil melihat jasad ayahnya menjadi korban kecelakaan lift. Wina & ibunya sambil berbincang bersama Toni, & lainnya. Lalu, koreknya tiba tiba mati dengan sendirinya, dan ia mendengar suara misterius dengan [[bahasa Bali]], dan suara itu bukan suara ibunya Wina melainkan suara dari pintu luar. Bahwa suara misterius itu adalah suara Raminom/ibu yang sedang lewat dengan cepat, bahkan iseng secara misterius.
Wina mendengar ibunya berada diluar & dikamarnya. Ia sambil membawa sebuah korek api untuk menerangi [[Rumah susun|rusun]] yang mati total. Wina ketakutan mendengar suara ibunya serta ia melihat sosok arwah
Rini membantu Wisnu, anak yang kini yatim piatu setelah ibunya turut menjadi korban kecelakaan lift. Wisnu bercerita ia dan ibunya kerap diperlakukan dengan kejam oleh ayahnya yang tewas dalam kebakaran rumahnya. Wisnu dan ibunya berbicara dengan bahasa isyarat rahasia yang mereka pelajari dari sebuah buku yang mereka temukan di dalam koper di toko buku yang sering mereka kunjungi. Toni membantu Ustadz Mahmud untuk memeriksa keadaan unit korban kecelakaan yang tinggal sendiri dan berkenalan dengan penghuni lain yaitu Dino dan Tari. Saat di unit Dino, Toni masuk ke unit sebelahnya dan menemukan album foto berisi rumah susun yang masih baru dan orang-orang yang sama yang suka Toni temui saat menemani ibunya pentas. Bondi bersama temannya Ari dan Darto berkeliling rumah susun dan menyadari bahwa semua unit kosong. Mereka memasuki unit Ketua RT dan melihat foto saat rumah susun dibangun, yang dulunya merupakan kawasan pemakaman. Mereka juga menyadari rumah susun itu terdiri dari 15 lantai, tetapi mereka tidak kunjung menemukan tangga ke lantai itu.
Ucapan Wisnu tentang koper membuat Rini penasaran dengan koper yang selalu Bapak bawa saat bekerja dan dikunci di lemari saat pulang. Rini dan Wisnu bertemu dengan Toni, Dino, dan Tari dan berkumpul di unit Dino untuk menceritakan hasil temuan mereka. Toni memperlihatkan sebuah gambar yang mirip ibu mereka, tetapi dengan tulisan Raminom dan Rini bercerita bahwa ibu mereka berganti penampilan secara drastis setelah merilis lagu [[Kelam Malam]]. Saat membuka koper Bapak, mereka terkejut dan lari karena mereka melihat ada banyak potongan jari manusia di dalamnya. Di saat yang sama, di lantai 14 Bondi dan kawan-kawan menemukan unit yang tidak terkunci dan menemukan Ian, adik bungsunya, sedang duduk di sana dan mengaku tidak tahu mengapa bisa di sana.
Tari dan Dino yang berlari terpencar dan masing-masing tewas setelah diganggu oleh sosok pocong dan Ibu, begitupun dengan Ustadz Mahmud. Ketiganya tewas dengan bentuk berbeda, yaitu Dino tewas tertusuk garpu jerami usai kaget melihat Raminom/Ibu karena ia terkurung dalam selendang yang tiada habisnya seperti Rini dulu diganggu juga usai
Rini, Toni, dan Wisnu bertemu dengan Bondi dan Ian. Wisnu dan Ian ternyata dapat berbicara melalui bahasa isyarat rahasia. Rini memutuskan untuk membawa Ian serta ke bawah, namun dihadang oleh Bapak. Bapak mencoba menjelaskan yang ia lakukan adalah untuk melindungi mereka. Saat Bapak melihat Ian, Bapak menyerang dan lampu semprong yang Rini bawa mati. Di tengah kegelapan, mereka lari berhamburan dan dikejar mayat-mayat kecelakaan lift yang bangkit termasuk Wina yang sudah berubah menjadi mayat hidup. Sosok-sosok berjubah hitam menampakkan diri. Rini lalu dipukul dan jatuh pingsan oleh sosok hitam tersebut.
Rini terbangun di lantai 15 yang tersembunyi. Ia melihat Ian tengah mengorkestrasi sosok-sosok berjubah hitam dengan bahasa isyarat rahasia. Di belakang mereka berdiri Ibu dan mayat-mayat yang bangkit. Ian menyuapi Rini dengan [[Peterseli|daun parsley]] yang membuatnya terlena dalam mimpi indah, tetapi Rini sadar dan memuntahkan daun itu. Rini melihat Bapak dieksekusi dengan ditarik oleh empat ekor kuda dari empat arah hingga tewas terbelah menjadi beberapa bagian. Saat Toni diikat, Budiman dan Wisnu datang ke lantai tersebut. Budiman menembakkan pistol ke sosok-sosok berjubah hitam menewaskan beberapa anggota sekte serta melemparkan biji saga hitam ke arah kelompok pocong agar tidak menyerang, dan mengarahkan Pear Of Anguish ke Raminom/Ibu sehingga terlempar ke atas, karena alat dipegang Budiman tersebut sebagai kelemahan Raminom karena mengaku ia dulu trauma disiksa dengan alat tersebut. Rini tersadar dan memukul Ian, lalu turun ke lantai bawah dibantu Ari dan Darto menuju perahu untuk berusaha kabur.
Saat di perahu, Budiman bercerita bahwa dulu Bapak adalah seorang polisi. Ketika bapak sedang bertugas ia menemukan para pemuja Raminom. Bapak kemudian mengajak ibu untuk bergabung agar Rini dan adik-adiknya lahir dan agar ibu terkenal. Bapak kemudian ingin menyudahi kesepakatan dengan sekte pemuja setan, namun syaratnya ia harus membunuh 1000 jiwa dan menjadi eksekutor penembakan misterius. Ia juga berkata sebenarnya Bapak adalah target sekte itu, bukan Ibu.
Keesokan harinya saat badai sudah reda, Darminah dan Batara kembali ke unit mereka di sebelah unit Dino. Darminah berkata seharusnya mereka hadir pada malam tersebut tetapi Batara mengatakan bahwa mereka memang harus membiarkan peristiwa semalam terjadi karena sesuai dengan rencana mereka. Mereka berbicara bahwa orang-orang tak mengetahui mereka berada di pihak mana dan kemudian berdansa. Kamera bergerak ke sebuah foto bertuliskan "[[Konferensi Asia–Afrika|Bandung, 1955]]", ketika Darminah dan Batara ada di sana. Wajah mereka tampak sama seperti tak dimakan usia. Darminah dan Batara lalu berdansa dan film berakhir seperti di [[Pengabdi Setan (film 2017)|rumah lama tersebut]].
== Pemeran ==
|