Pangeran Perbatasari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shahibul Anwar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
JokoSanudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Gusti Kacil''' atau '''Gusti Muhammad Tarip''' (Syarif) bergelar '''Pangeran Perbatasari''' adalah [[Pangeran Mangkubumi|mangkubumi]] [[Kesultanan Banjar]] ([[Pagustian]]) dan sekaligus seorang pejuang [[perang Banjar]]. Kampanye Pangeran Perbatasari berlangsung antara tahun [[1882]]-[[1885]].<ref name="pegustian">{{cite book|last=Sjamsuddin|first=Helius|year=2001|url=https://books.google.co.id/books?id=GhpxAAAAMAAJ&q=pangeran+perbatasari&dq=pangeran+perbatasari&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiL3J_swqrdAhWMsY8KHVLBBTAQ6AEIQDAF|title=Pegustian & Temenggung Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859–1906|publisher=Balai Pustaka & Penerbit Ombak|isbn=979666626X|pages=325|language=id|authorlink=Helius Syamsuddin}} ISBN 9789796666263</ref>
| last= Sjamsuddin
| first= Helius
| authorlink= Helius Syamsuddin
| year= 2001
| title= Pegustian & Temenggung Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859–1906
| language= id
| publisher= Balai Pustaka & Penerbit Ombak
| pages= 325
| isbn= 979666626X
| url=https://books.google.co.id/books?id=GhpxAAAAMAAJ&q=pangeran+perbatasari&dq=pangeran+perbatasari&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiL3J_swqrdAhWMsY8KHVLBBTAQ6AEIQDAF
}} ISBN 9789796666263</ref>
 
Perang Banjar (1859-1905), yang melibatkan [[Pangeran Antasari]], meletus saat [[Kesultanan Kutai]] di bawah pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Dalam rangka menggalang dukungan raja-raja di pesisir timur [[Pulau Kalimantan]], pihak Banjar mengerahkan Pangeran Perbatasari. Pangeran Perbatasari adalah menantu dari Sultan [[Muhammad Seman]] bin [[Pangeran Antasari]]. Kerajaan Pasir dan Kerajaan Kutai pun berusaha dia datangi. Namun, Perbatasari rupanya gagal mendapat dukungan Kerajaan Pasir. “Pertemuan antara Perbatasari dan Sultan Pasir tidak sempat terjadi karena Sultan segera kembali ke ibu kotanya. Besar kemungkinan alasannya karena Sultan Pasir ketika itu tidak ingin terlibat dalam perlawanan terhadap pemerintah Belanda,” tulis Helius Sjamsuddin dalam Pegustian dan Temenggung: Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906 (2001:328).
Baris 21 ⟶ 10:
Atas petunjuk Residen Broers, Tromp diperintahkan menemui Sultan Kutai ([[Aji Muhammad Sulaiman]]) pada 22 April 1885 untuk meminta Perbatasari diserahkan kepada pemerintah Belanda. Pangeran Perbatasari pun ditangkap.
 
Ia ditangkap bulan April [[1885]], kemudian dikirim ke [[Banjarmasin]], lalu dibawa ke [[Manado]] dan ditahan di kampung [[Tikala Ares, Tikala, Manado|Tikala Ares]] kemudian dia menjadi orang buangan di [[Kampung Jawa [[Tondano]] bersama 18 orang pengikutnya. Roger Allan Christian Kembuan dalam tesisnya Bahagia di Pengasingan: Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Buangan di [[Kampung Jawa Tondano]] 1830-1908 (2016:92) menyebut: “Surat keputusan mengenai pengasingan Perbatasari ke Tondano ditandatangani oleh [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|Gubernur Jendral]] [[Hindia Belanda]], [[Otto van Rees]] melalui Besluit Gubernur Jenderal 11 Oktober 1855 No. 1/C147.“
 
Di Kampung Jawa [[Tondano]], dia kemudian kawin dengan keturunan pengikut [[Kiai Madja|Kyai Mojo]] bernama Rasni Mas Hanafie dan hidup dengan tunjangan 50 gulden. Satu orang saudara laki-lakinya ([[Gusti Amir]]) kemudian menyusul ke [[Kampung Jawa Tondano]] dan menikah dengan wanita JATON (fam.Sataruno).