Wali Sanga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 8:
Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga karena pernikahan atau dalam hubungan guru-murid.
[[Maulana Malik Ibrahim]] adalah yang tertua. [[Sunan Ampel]] bernama asli Raden Rahmat putra Syekh Ibrahim Akbar, Muballigh yang bertugas dakwah di [[Champa]] (Delta Sungai Mekong, Kampuchea yang sampai sekarang masih ada perkampungan Muslim).
[[Syekh Ibrahim Akbar]] adalah putra [[Syekh Jamaluddin Akbar]] yang juga banyak disebut sebagai [[Syekh Mawlana Akbar]] dari Gujarat. Syekh Jamaluddin Akbar putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra
[[Sunan Gunung Jati]] putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Di titik ini (Syekh Jamaluddin Akbar Gujarat) bertemu garis nasab Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. [[Sunan Bonang]] dan [[Sunan Drajat]] adalah putra Sunan Ampel. Maulana Malik Ibrahim yang paling senior diantara Walisongo hingga sekarang belum diketahui silsilahnya kecuali disebut datang dari Maghribi. [[Sunan Giri]] adalah putra [[Syekh Mawlana Ishaq]] yang nampaknya adalah kerabat Syekh Mawlana Akbar karena hubungan pernikahan. [[Sunan Kudus]] adalah putra [[Sunan Ngudung]] putra [[Raden Usman Haji]] yang juga belum bisa dilacak silsilahnya.
Pada dasarnya ada beberapa Tokoh di abad 14-15 yang dianggap pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
Yang pertama adalah Syekh Jamaluddin Akbar dari Gujarat yang lebih sering disebut Syekh Mawlana Akbar oleh kaum Sufi di tanah air. Dari beliaulah tampaknya sebagian besar Walisongo berasal seperti yang telah disebut diatas.
Di dalam Muqqadimah kitab Tarjamah Risalatul Muawanah ([[Thoriqoh Menuju Kebahagiaan]]), [[Muhammad Al-Baqir]] penulis asal Bandung setelah memasukkan beragam catatan kaki dari riwayat-riwayat lama tentang kedatangan para Muballigh Arab ke Asia Tenggara, berkesimpulan bahwa Syekh Mawlana Akbar sempat mengunjungi Nusantara dan wafat di Wajo, Makasar satu hal yang belum dapat dikonfirmasi sumber sejarah lain. Sementara riwayat turun-temurun kaum Sufi di Jawa Barat menyebutkan Syekh Mawlana Akbar wafat dan dimakamkan di Cirebon, satu klaim yang juga belum bisa diperkuat sumber sejarah lain.
Yang bisa dipastikan adalah tiga orang putra beliau meneruskan dakwah di Asia Tenggara hingga Nusantara yaitu Ibrahim
Selain keluarga Syekh Mawlana Akbar Gujarat, ada lagi [[Syekh Quro]], Muballigh asal
Kemudian datanglah [[Syekh Datuk Kahfi]], Muballigh asal Baghdad memilih markas di Pelabuhan Muara Jati (kota Cirebon sekarang). Beliau bernama asli [[Idhafi Mahdi]]. Makam beliau ada di [[Gunung Jati]] satu komplek dengan makam Sunan Gunung Jati. Majelis pengajian beliau menjadi sangat terkenal karena didatangi [[Nyai Rara Santang]] dan [[Kiyan Santang]] ([[Pangeran Cakrabuwana]]) yang merupakan putra-putri Nyai Subang Larang dari pernikahan dengan Raja Pajajaran dari dinasti Siliwangi. Di tempat pengajian inilah tampaknya Nyai Rara Santang bertemu (dipertemukan) dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Mawlana Akbar Gujarat. Yang setelah mereka menikah, lahirlah Raden [[Syarif Hidayatullah]] kemudian hari dikenal sebagai [[Sunan Gunung Jati]].
Kurang lebih sama dengan kedatangan Syekh Datuk Kahfi, di [[Jepara]] mendaratlah seorang Muballigh Parsi yang riwayat turun temurun bagi orang Sunda dan Jawa dipanggil [[Syekh Khaliqul Idrus]]. Setelah kami mengadakan penelitian bertahun-tahun, beliau adalah Syekh Abdul Khaliq dengan laqob Al-Idrus putra [[Syekh Muhammad Al-Alsiy]] yang wafat di [[Isfahan]], Parsi. Syekh Khaliqul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Mawlana Akbar yang kemudian melahirkan [[Raden Muhammad Yunus]]. Raden Muhammad Yunus kemudian menikahi salah seorang Putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara. Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan Putri Majapahit di Jepara ini kemudian melahirkan Raden Abdul Qadir yang dikemudian hari menjadi menantu Raden Patah, dengan gelar Adipati Bin Yunus yang masyarakat lebih mudah memnggil dengan [[Pati Unus]]
Bagaimana keterusan silsilah mereka ? Penelitian kami baru bisa menyimpulkan silsilah Syekh Mawlana Akbar dan Syek Khaliqul Idrus.
Baris 31:
Silsilah Syekh Mawlana Akbar Gujarat yang bernama asli Jamaluddin Akbar ini putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath seorang Ulama besar Hadramawt, Yaman.
Sementara silsilah Syekh Khaliqul Idrus yang bernama asli Abdul Khaliq Al-Idrus adalah putra Muhammad Al Alsiy putra Abdul Muhyi Al Khoyri putra Muhammad Akbar Al Ansari putra Abdul Wahhab putra Yusuf Al Mukhrowi putra [[Muhammad Al Faqih Al Muqaddam]] seorang Ulama sangat terkenal di abad 13 di Hadramawt, Yaman yang merupakan putra Ali putra Muhammad Shahib Mirbath.
Di titik Muhammad Shahib Mirbath bertemulah silsilah Syekh Mawlana Akbar Gujarat (yang merupakan kakek-buyut bagi sebagian besar Walisongo dan cikal bakal Keraton Cirebon-Banten dan leluhur bagi para Kyai pesantren di seluruh pesisir Pulau Jawa) dengan silsilah Syekh Khaliqul Idrus (kakek buyut Pangeran Sabrang Lor dan cikal bakal beberapa dinasti di Jawa Barat seperti dinasti [[Muhammad Wangsa]] (Bogor), dinasti [[Kusumahdinata]] (Sumedang) dan dinasti [[Wiradadaha]] (Tasikmalaya)). Lihat tulisan kami dalam artikel Pangeran Sabrang Lor.
Syekh Muhammad Shahib Mirbath seorang Ulama besar di Hadramawt Yaman di abad 12M adalah putra Ali putra Alwi putra Muhammad putra Alwi putra Ubaidillah putra Ahmad Al Muhajir putra Isa Al Rumi putra Muhammad An Naqib putra Ali Uraidhi putra [[Imam Jafar Shadiq]] putra [[Imam Muhammad Al Baqir]] putra [[Imam Ali Zaynal Abidin]] putra [[Sayyidina Husayn]] putra [[Sayyidina Ali]] Karromallohu Wajhah dari pernikahan dengan [[Sayyidah Fatimah Az Zahra]] putri kesayangan [[Nabi Muhammad SAW]].
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi [[Hindu]]-[[Budha]] dalam budaya [[Nusantara]] untuk digantikan dengan kebudayaan [[Islam]]. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
|