Delapan puluh lima martir Inggris dan Wales: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
NikolasKHF (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 110:
[[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth I]] diekskomunikasi oleh [[Paus Pius V]], pada 25 Februari 1570, sehingga menciptakan situasi yang penuh kekacauan bagi umat Katolik Inggris. Sejumlah umat Katolik bertindak atasnya begitu deklarasi ini dibuat, dan sejumlah umat, di bawah pengaruh duta besar Spanyol [[Bernardino de Mendoza]] dan yang lainnya, terlibat dalam plot melawan Elizabeth yang tidak diragukan lagi dapat diadili dari sudut pandang Pemerintah Inggris. Bahwa pihak tertentu dari umat Katolik Inggris terlibat dalam pemberontakan melawan Elizabeth bukan merupakan bahan perdebatan. [[William Allen (kardinal)|William Allen]], dengan banyak orang-orang buangan dari [[Douai]] dan [[Leuven]], juga [[Robert Persons]], dengan banyak [[Yesuit]], melihat kepemimpinan Elizabeth sebagai bahaya yang lebih besar bagi kepentingan tertinggi Inggris daripada ancaman sebelumnya dalam kasus-kasus di mana sejarah membenarkan penurunan raja-raja dari takhta mereka. Dan otoritas tertinggi pada saat itu menyetujui pandangan ini.
Di mata Elizabeth dan menteri-menterinya, oposisi semacam itu tidak lain adalah [[pengkhianatan terhadap negara]]. Tetapi sejumlah besar umat Katolik Inggris menolak untuk melakukan pemberontakan. [[John Lingard]] menulis: {{Quote|"...among the English Catholics (the bull) served only to breed doubts, dissensions, and dismay. Many contended that it had been issued by an incompetent authority; others that it could not bind the natives till it should be carried into actual execution by some foreign power; all agreed that it was in their regard an imprudent and cruel expedient, which rendered them liable to the suspicion of disloyalty, and afforded their enemies a presence to brand them with the name of traitors".|text="...di antara umat Katolik Inggris (bulla tersebut) fungsinya hanya menimbulkan keraguan, perselisihan, dan kecemasan. Banyak yang berpendapat bahwa itu dikeluarkan oleh otoritas yang tidak kompeten; yang lain berpendapat bahwa itu tidak dapat mengikat para pribumi sampai sebagaimana seharusnya dilakukan eksekusi yang sebenarnya oleh beberapa kekuatan asing. Semuanya sepakat bahwa dalam kaitannya dengan mereka itu adalah suatu manuver yang tidak bijaksana dan kejam, yang membuat mereka bertanggung jawab atas kecurigaan ketidaksetiaan, dan memberikan musuh mereka suatu kesempatan untuk mengecap mereka dengan nama para pengkhianat".}}Paus berikutnya, [[Paus Gregorius XIII|Gregorius XIII]], pada tanggal 14 April 1580 mengeluarkan pernyataan bahwa meskipun Elizabeth dan para pengikutnya tetap terkena sanksi [[ekskomunikasi]], itu tidak untuk mengikat umat Katolik pada keadaan merugikan yang mereka alami. Mayoritas umat Katolik Inggris kemudian tidak memberikan pemerintah kerajaan alasan untuk mencurigai kesetiaan mereka, tetapi mereka tetap bertahan dalam mempraktikkan agama mereka, yang hanya dimungkinkan dengan kedatangan imam-imam [[seminari]]. Setelah terjadinya [[Pemberontakan Utara]], Parlemen telah mengesahkan sebuah undang-undang (13 Eliz. c. 2) yang menyatakan bahwa adalah pengkhianatan terhadap negara apabila memberlakukan segala bulla absolusi kepausan untuk membebaskan atau mendamaikan seseorang dengan Gereja Roma, diberikan absolusi atau didamaikan, maupun mendapatkan atau juga mempublikasikan tulisan atau [[bulla kepausan]] apapun. Tindakan-tindakan murni keagamaan dinyatakan oleh Parlemen sebagai pengkhianatan.
Pemerintahan Elizabeth, untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri, menolak untuk membuat perbedaan antara umat Katolik yang terlibat dalam penentangan terbuka terhadap Ratu dan mereka yang dipaksa oleh hati nurani untuk mengabaikan ketentuan dari undang-undang tahun 1571 tersebut. Semuanya diidentifikasi secara sengaja oleh pemerintah dan diperlakukan sebagai satu kasus untuk tujuan-tujuan kontroversial.
|