Deroduwur, Mojotengah, Wonosobo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Clairesijabat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Clairesijabat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Baris 20:
Berasal dari kata "''Ndoro Duwur''" dari [[bahasa Jawa]] yang dikisahkan di Desa Deroduwur dan didirikan oleh seorang ''Ndoro'' (Tuan) yang bernama Tumenggung Kerta Wangsa. Saat ini beliau dimakamkan di Makam Umum, Desa Deroduwur. Dusun Melikan Berasal dari kata "''Melik-melik tekan"'' dari [[bahasa Jawa]], dimana sejarahnya adalah sebuah tempat yang hanya kelihatan sinar lampunya tetapi setelah dituju oleh seorang kyai ternyata sampai juga. Kyai tersebut dikenal dengan Nam Kyai Abdul Jabar, beliau wafat dan dimakamkan di Makam Umum dusun Melikan dan petilasanya sekarang dikenal dengan nama Makam Kayi Jubar. Dusun Bululawang (Mbah Lembulewang) dikisahkan sebagai pendiri Dusun ini adalah Mbah Bulewang yang sekarang dimakamkan di makam umum Dusun Bululawang. Selain itu, dusun ini sebagai pintu masuk dan keluar dari Desa Deroduwur menuju Kecamatan Watumalang. Kemudian, Dusun Buntu yang secara bahasa adalah "jalan terakhir atau tidak bisa lagi dilewati", dusun ini berada di bawah bukit Basma yang menyatu dengan dataran tinggi [[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]] (sembungan). Hampir tiap desa di sekitar desa ini dikelilingi sungai kecil.
 
Desa Deroduwur sendiri berada di sebelah utara berada di lereng Gunung Bisma dan dataran tinggi Dieng pemukiman lainnya adalah Igirbuntu yaitu lereng bukit yang tidak memiliki akses jalan lain, disini terdapat Makam KH.asy'ari, KH. Muntaha dan KH. Mustahal. dipemakaman ini juga terdapat seorang Keturunan Kerajaan yang bernana RA. Soestiyah(sampai saat ini belum ada konfirmasi sejarah Keturunan dan keluarganya) dia dikisahkan memohon kepada K.Asy'ari untuk di izinkan dimakamkan disekitar Kyai Asy'ari. tanahTanah ini merupakan Hasil Wakaf Keluarga besar Mbah Bachri, Mbah Chudlori., dan sisanya hasil Pembelian Keluarga Besar Bani Asy'ari.
 
Dulunya, desa ini terkenal dengan hutan-hutan yang rimba.
Bahkan karena terletak jauh dari pusat kota wonosobo dan terpelosokkannya desa ini, kendaraanpun tidak dapat melaluinya. sekitar tahun 1930an desa ini sempat menjadi tempat singgah beberapa Kiai Besar Wonosobo, di antaranya mbah Hasbullah, Kiai Asy'ari, Kiai Abu Na'im (Mbah Bunangim), Syaikh Suhaimi dan beberapa lainnya. Akan tetapi, sekarang berkat adanya ulama-ulama yg memasuki desa ini pun mengalami perkembangan yg cukup pesat hingga tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan dsbdan sebagainya.
 
Menurut data sejarah geografis saat kecamatan mojotengah berada di sebelah barat sungai Serayu sekitar tahun 1900-1889 an akses menuju desa ini hanya bisa dilalui dengan jalan setapak. setelah perkembangan tahun 1970 pertama kali membuka jalan oleh pemkab wonosobo bersama ABRI masuk desa dan swadaya masyarakat desa Deroduwur, Derongisor, Mojotengah dan Kalibeber. Dengan gotongroyong terbuktilah pengembangan desa terluar menjadi lebih maju dan produktif.