Haji Darip: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8:
Pada tanggal 1 Maret 1942, bala tentara Jepang mendarat di [[Banten]]. Beberapa hari kemudian, mereka memasuki Kota Jakarta. Setelah beberapa bulan Tentara Pendudukan Jepang berada di Jakarta, keadaan kota bukanlah lebih baik. Dimana-mana mulai kesulitan memperoleh bahan pokok seperti beras, jagung, dan barang kelontong lainnya. Kebutuhan pokok rakyat Jakarta dibawa oleh tentara Jepang melalui pelabuhan Tanjung Priok entah mau dibawa kemana .
 
Kesulitan untuk memperoleh bahan pokok dirasakan oleh hampir seluruh rakyat di Jakarta. Di pinggir-pinggir jalan mulai kelihatan banyak rakyat yang kelaparan. Badannya kurus dan kering, pakaian yang dikenakan seadanya. Dengan keadaan yang semakin menyengsarakan rakyat Indonesia, KH. Darip kemudian memimpin masyarakat di Klender dan menghimpun para tokoh ulama dan jawara seperti H. Mursyidi dan H. Hasbullah serta napi rutan Cipinang untuk melakukan perlawanan terhadap tentara pendudukan Jepang. Dengan prinsip "mencintai Tanah Air merupakan bagian dari iman", KH. Darip membakar semangat ratusan pemuda dari Klender dan sekitarnya. Namanya yang sudah dikenal membuatnya dalam waktu singkat mengumpulkan banyak pengikut. Maka pada tanggal 20 Agustus 1945 KH. Darip membentuk laskar BARA (Barisan Rakyat Indonesia) yang anggotanya terdiri dari pelarian KNIL Pondok Gede dan mempunyai pasukan organik terlatih dan bertempur di seluruh front di kota Jakarta. Dalam menegakkan Republik, BARA berperan dalam memobilisasi massa dan menumpas gerakan anti Soekarno, BARA juga pernah bekerja sama dengan BKR dalam pertempuran terbuka di sepanjang Kali Cipinang. Ia dijuluki 'Panglima Perang dari Klender', bertempur di seluruh front di kota Jakarta. Menerima serangan dari pasukan KH. Darip, pihak Jepang menjadi geram dan membuatnya merasa terancam. Pihak Jepang kemudian melakukan siasat untuk menundukkan KH. Darip. Pemerintah Jepang melakukan bujuk rayu harta dan jabatan kepada KH. Darip dengan tujuan agar KH. Darip menghentikan gerakan dan penyerangannya kepada tentara Jepang. Akan tetapi KH. Darip menolak dan tidak bisa ditundukkan dengan bujuk rayu Jepang. Maka Jepang mengambil langkah penangkapan terhadap KH. Darip sebagai pimpinan. Setelah diketahui bahwa dirinya akan ditangkap, KH. Darip melarikan diri dan bersembunyi mulai dari daerah Klender, Pulogadung, Bekasi, Karawang, Cikampek, hingga Purwakarta. Pada tahun 1943, Jepang berhasil menangkap KH. Darip, setelah dikhianati oleh kawannya sendiri yang memberitahukan tempat persembunyiannya. Dua tahun KH. Darip mendekam dipenjara dan terpidana mati. Sebelum di eksekusi mati, KH. Darip menerima penyiksaan secara tak manusiawi dari tentara Jepang. Selama dipenjara KH. Darip tetap menjadi pribadi yang sabar dan tetap taat beribadah.
 
Dengan kalahnya tentara Jepang terhadap Sekutu, para pemimpin pergerakan melawan tentara pendudukan berdatangan dan menginap di kediaman KH. Darip, di antaranya adalah [[Soekarni]], [[Kamaludin]], [[Syamsuddin]], dan [[Pandu Kartawiguna]]. Mereka menginap di rumah KH. Darip dan menyatakan bahwa sebentar lagi Indonesia akan merdeka dan mereka membicarakan pengusiran terhadap orang-orang Jepang. KH. Darip memerintahkan anak buahnya untuk menyerbu dan mengusir tentara Jepang di [[Pangkalan Jati]], [[Pondok Gede]], [[Cipinang]], [[Cempedak]], sepanjang Kali Cipinang dan lain-lain.<ref name=kemdikbud/>