Ujungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
k top: clean up
Baris 3:
Ujungan adalah seni permainan ketangkasan pukul memukul dan tangkis menangkis dengan menggunakan media senjata rotan. Banyak ditemukan di pesisir utara Jakarta yang memiliki kehidupan petani kebun atau sawah tadah hujan, seperti di sebagian Jakarta Utara, Jakarta Timur, Majalengka, Cirebon dan Bekasi – Jawa barat. Ujungan atau sampyong di Jawa barat merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang diwarnai unsur tari, olahraga, bela diri, kekebalan dan bahkan unsur magis.
 
Di Cirebon alat yang digunakan untuk adu kekuatan yaitu tongkat rotan ukuran panjang kurang lebih 125  cm. Waditra yang digunakan adalah bedug, ketuk kenong, gendang, gong, dan kecrek. Jumlah wiyaga hanya 5 orang. Sampyong atau ujungan berkembang di wilayah utara diantaranya daerah Cirebon Utara dan Kapetakan (Bedulan) juga.
 
Sayangnya seni pertunjukan bela diri Ujungan menggunakan tongkat, yang dipadukan dengan musik dan tari kini di Jawa barat nyaris tak pernah terdengar. Padahal Ujungan adalah seni ketangkasan beladiri menggunakan tongkat yang usianya sangat tua, dari abad ke-7 masehi (zaman Kerajaan Sunda) hingga masa kejayaannya pada abad 18 sampai awal abad ke 19.
 
Hampir di semua daerah di Jawa Barat dan Jakarta, mengenal Ujungan meski dengan nama yang berbeda-beda. Di Banyumas Jawa Tengah ada juga permainan Ujungan, sebuah ritual mistis memanggil hujan.
 
Di '''Bekasi – Jawa Barat sendiri, jejaknya terekam dalam artefak dan gerabah  yang ditemukan di sekitar situs Buni, Bebelan. Mungkin hanya Ujungan, satu-satunya seni beladiri yang tercatat secara arkeologis'''. Sementara di Majalengka sejarah keberadaan nama kesenian Ujungan dikenal sebagai permainan rakyat pada tahun 1960 di daerah Kecamatan Cibodas - Jawa barat kemudian dikenal sebagai Seni Sampyong.
 
Ujungan/Sampyong Majalengka ini mengandalkan kewaspadaan dan kekuatan menyerang. Alat yang digunakan untuk menyerang adalah tongkat rotan berukuran 60  cm. Permainan dilakukan oleh dua orang, baik perempuan dan laki-laki, dipimpin oleh seorang wasit bernama "malandang".
 
Pemain memakai teregos atau “balakutak” yaitu kain yang terbuat dari bahan lembut untuk menutupi kepala pemain, sehingga dapat menghalangi kepala saat dipukul. Sasaran pukulan tidak dibatasi dari kepala sampai kaki dan tidak terhalang. Seorang pemain memukul musuh sebanyak mungkin, sampai musuh dikalahkan dan tidak mampu menahan rasa sakit.
Baris 21:
Sampyong akan dimainkan bersamaan dengan masuknya ”Pengibing” pencak silat atau biasa disebut  Uncul ke  arena. Pengibing akan berjalan keliling untuk mencari penantang. Jika ada orang yang masuk menerima tantangan, maka dimulailah Ujungan. Sang pemenang kemudian akan mengajukan tantangan kepada penonton, begitu seterusnya hingga seseorang petarung dianggap sebagai seorang jawara Ujungan apabila tidak adalagi yang berani menantang.
 
Para pemain Ujungan akan saling beradu ”kesaktian” dengan mengunakan tongkat yang dimainkan berdasarkanteknik pencak silat masing-masing. Ukuran tongkat bervariasi, berkisar 40-125 40–125 cm, umumnya di daerah Betawi dan sekitarnya menggunakan rotan berukuran 70  cm, dengan diameter sebesar lengan bayi.
 
Ujungan merupakan seni ketangkasan pukul memukul menggunakan rotan. Sasarannya pinggang ke bawah, di luar area alat vital, dengan fokus utamanya tulang kering dan mata kaki. Rotan yang digunakan dipilih dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi, sehingga dapat melengkung saat dipukulkan ke kaki atau badan lawan, polos tanpa dilapisi apapun sebagai pegangan.