Pulau Madura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 36:
Pulau Madura didiami oleh etnis mayoritas [[suku Madura]] yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi yang cukup besar di [[Indonesia]], saat ini jumlah populasi etnis [[suku Madura]] diperkirakan mencapai lebih dari 10 juta jiwa dan menyebar di seluruh penjuru nusantara.
 
Pulau Madura sebagian juga dihuni oleh beberapa suku pendatang seperti [[suku Jawa]], [[Tionghoa|etnis Tionghoa]], [[Arab-Indonesia|Arab]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Bugis|Bugis]] dan juga [[Suku Melayu|Melayu]]. [[Suku Madura]] berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti [[Pulau Bawean|Bawean]], [[Pulau KambingMandangin, Sampang, (Madura)Sampang|MendanginMandangin]], [[Gili Raja]], [[Gili Genteng|Gili Genting]], [[Poteran, Raas, Sumenep|PoteranPuteran]], [[Gili Iyang]], [[Pulau Sapudi|Sapudi]], [[Pulau Raas|Ra'as]], [[Kepulauan Masalembu]] dan [[Kepulauan Kangean]]. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur [[Tapal Kuda (kawasan)|Jawa Timur Daratan]] biasa disebut sebagai kawasan [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], yaitu membentang dari [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]] sebelah Timur sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]], [[Kabupaten Sampang|Sampang]], [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], [[Kabupaten Sumenep|Sumenep]], [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]] dan [[Kabupaten Bondowoso|Bondowoso]] jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan [[bahasa Madura]]. Sedangkan orang Madura yang menetap di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]], [[Kabupaten Malang|Malang]] bagian tenggara, [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]], [[Kabupaten Jember|Jember]] , [[Kota Surabaya|Surabaya]] bagian Utara, [[Kabupaten Lumajang|Lumajang]], dan sebagian [[Kabupaten Gresik|Gresik]] biasanya menguasai 2 bahasa yaitu [[bahasa Madura]] dan [[bahasa Jawa]].
 
[[Suku Madura]] terkenal karena gaya bicaranya yang keras, blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (''abhântal ombâ' asapo' angèn''/'''أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين'''). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ''ango'an potè tolang etembheng pote mata''/'''أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ''' artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[carok]] pada sebagian masyarakat Madura.