Penalaran: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rescuing 0 sources and tagging 4 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
||
Baris 2:
{{Sidebar|name=Penalaran (reasoning)|bodyclass=plainlist|title=Penalaran|image = [[File:Critical-Reasoning.png|250px|alt=]]|headingclass=navbox-abovebelow|contentclass=hlist|contentstyle=padding:0.15em<!--(otherwise too near heading)--> 0.5em 0.7em<!--(ditto)-->;|aboveclass=hlist|abovestyle=padding-bottom:0.7em;|above=Penalaran (reasoning)|heading1=[[Metode Penalaran]]|content1=* [[Induktif]]
* [[Deduktif]]
* [[Abduktif]]|navbarstyle=border-top:1px solid #aaa;}}'''Penalaran''' ([[kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-jv|ꦤꦭꦂ|nalar}}) adalah rangkaian [[kegiatan]] (aktivitas) berkapasitas secara sadar menerapkan [[logika]] untuk mencapai suatu [[kesimpulan]] (pendapat baru) dari satu atau lebih [[keputusan]]/pendapat yang telah diketahui ([[premis]]) sehingga dapat mengambil keputusan.<ref>{{cite book|last=Dewantara|first=Agustinus W.|date=2018|url=https://files.osf.io/v1/resources/t57qc/providers/osfstorage/5da93138f1b0a9000b62cfbb?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=LOGIKA: Seni Berpikir Lurus|place=[[Madiun]]|publisher=Wina Press|isbn=9786239 156206|pages=66|coauthors=}}</ref> Dapat pula diartikan sebagai [[akal]] yang merupakan [[kapasitas]] secara sadar menerapkan [[logika]] dengan menarik sebuah kesimpulan dalam metodologi dari informasi baru atau yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan berbagai pola yang beragam bertujuan mencari [[kebenaran]].<ref>{{cite book|last1=Honderich|first1=Ted|date=2005|url=https://id1lib.org/ireader/1049669|title=The Oxford Companion to Philosophy (2nd ed.)|place=[[USA]]|publisher=Oxford University Press|isbn=978-019-9264-79-7|pages=791|language=Inggris|url-status=live|coauthors=}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{cite book|last=Shidarta|date=2013|url=https://www.researchgate.net/profile/Shidarta-Shidarta/publication/354053170_Hukum_Penalaran_dan_Penalaran_Hukum_Buku_1_Akar_Filosofis/links/612130b5232f955865a0e3d9/Hukum-Penalaran-dan-Penalaran-Hukum-Buku-1-Akar-Filosofis.pdf|title=Hukum Penalaran dan Penalaran Hukum (Buku 1: Akar Filosofis)|place=[[Yogyakarta]]|publisher=Genta Publishing|isbn=978-602-98882-1-8|pages=2|coauthors=}}</ref> Penalaran juga merupakan proses berpikir yang bertolak dari [[ilmu]] [[empiris]] (atau dengan [[pengamatan]] empirik) yang positif dengan menghasilkan sejumlah konsep dan penjabaran.<ref>{{cite book|last1=Tumanggor|first1=Raja Oloan|last2=Suharyanto|first2=Carolus|date=2019|url=https://lintar.untar.ac.id/repository/penelitian/buktipenelitian_10707007_2A100730.pdf|title=Logika Ilmu Berpikir Kritis|place=[[Yogyakarta]]|publisher=PT Kanisius|isbn=978-979-21-6287-5|pages=96|language=id|coauthors=}}</ref> Maka, didasarkan pada pengamatan itu, maka akan terbentuk proposisi-proposisi yang sama atau sejumlah proposisi yang ditemui serta dianggap benar, maka orang menyimpulkan sebuah [[proposisi]] baru yang tidak diketahui sebelumnya. Proses pengamatan inilah yang disebut menalar.<ref>{{cite journal|last=Gunawan|first=|date=2016|title=Pemetaan Profil Kemampuan Penalaran Calon Guru Fisika di FKIP Universitas Mataram|url=https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article/download/427/406|journal=Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi|volume=2|issue=1|pages=2|doi=10.29303/jpft.v2i1.427|id=ISSN: 2407-6902|accessdate=2021-12-01}}</ref> Penalaran dilakukan dengan menggunakan perangkat [[silogisme]]. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan [[premis]] dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi. Hubungan antara premis dan konklusi disebut [[konsekuensi logis|konsekuensi]].<ref>{{cite journal|last=Sobur|first=Kadir|date=2015-11-02|title=Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan|url=https://media.neliti.com/media/publications/196422-ID-logika-penalaran-dan-argumentasi-hukum.pdf|journal=Jurnal Ilmu Ushuluddin|volume=14|issue=2|pages=399|doi=10.30631/tjd.v14i2.28|id=|accessdate=2021-12-01}}</ref>. Menurut [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Depdiknas]], penalaran adalah cara penggunaan nalar; pemikiran atau cara berpikir [[Logika|logis]], proses [[Budi|mental]] dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.<ref>{{Cite book|last=Depdiknas|date=2008|title=Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa|location=Jakarta|publisher=Gramedia Utama|pages=950|url-status=live}}</ref> Sedangkan, Ilmiah berpendapat bahwa penalaran merupakan cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari beberapa premis yang ada. Sehingga tidak semua berpikir adalah bernalar. Kegiatan berpikir yang bukan bernalar misalnya mengingat-ingat sesuatu dan melamun.<ref>{{Cite book|last=Depdiknas|date=2010|title=Ilmiah, kemahiran matematika|location=Yogyakarta|url-status=live}}</ref> Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan landasan logika untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar.
== Konsep ==
Konsep dasar penalaran merupakan pernyataan. Pernyataan inilah yang kemudian dipergunakan dalam pengolahan dan juga perbandingan.<ref name=":1">{{cite book|last=Rozani Syafei|first=An Fauzia|date=2020|url=http://repository.unp.ac.id/31585/1/Buku_DDF_Buk_Susi_2020.pdf|title=Dasar-Dasar Filsafat|place=[[Padang]]|publisher=CV Berkah Prima|isbn=978-602-5994-52-4|pages=13|coauthors=}}</ref> Secara [[etimologi]], penalaran berdasarkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia|KKBI]] berasal kata dasar "nalar" diartikan pertimbangan tentang baik buruk dan sebagainya dan atau [[akal]] [[budi]] pada setiap [[keputusan]] harus didasarkan hal-hal sehat.<ref>{{cite book|last=Tim Pusat Bahasa Depdiknas|first=|date=2008|url=https://id1lib.org/ireader/1124084|title=Kamus Bahasa Indonesia|place=[[Jakarta]]|publisher=Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-689-779-1|pages=1064|coauthors=}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Penalaran dengan akal yang dimaksudkan sebagai kapasitas agar dapat menjelaskan dan menilai bahwa pernyataan yang dimaksudkan itu masuk akal (''make sense'').<ref>{{cite book|last1=Soedirto|first1=Krismastono|date=2018|url=https://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/6632/Krismastono_143332-p.pdf|title=Penalaran Ilmiah (Scientific Reasoning)|place=[[Bandung]]|publisher=Unpar Press|isbn=978-602-6980-66-3|pages=1|coauthors=}}</ref> Mengingat hakikat manusia ialah merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak,<ref>{{cite journal|last=Sobur|first=Kadir|date=2015-11-02|title=Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan|url=https://media.neliti.com/media/publications/196422-ID-logika-penalaran-dan-argumentasi-hukum.pdf|journal=Jurnal Ilmu Ushuluddin|volume=14|issue=2|pages=392|doi=10.30631/tjd.v14i2.28|id=|accessdate=2021-12-01}}</ref> maka penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang [[abstrak]] dengan simbil perwujudan berupa [[simbol]] (lambang). Proposisi simbol yang digunakan dalam penalaran berbentuk kalimat pernyataan dengan perwujudan penalaran berupa [[argumen]] yang mana dapat menentukan kebenaran konklusi dari [[premis]].
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk [[Pikiran|pemikiran]] [[manusia]] adalah aktivitas [[pikiran|berpikir]] yang saling berkait sehingga penalaran mensyaratkan [[proposisi]] dan proposisi mengandaikan pengertian yang mana apabila "tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi".<ref>{{cite journal|last=Weruin|first=Urbanus Ura|date=2017|title=Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum|url=https://media.neliti.com/media/publications/196422-ID-logika-penalaran-dan-argumentasi-hukum.pdf|journal=Jurnal Konstitusi|volume=14|issue=2|pages=381|doi=10.31078/JK1427|accessdate=2021-12-01}}</ref> Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula [[proposisi]] dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran.<ref>{{cite book|last1=Jauhari|first1=Yahya|last2=Rozani Syafei|first2=Azhari|last3=|first3=Darmawan|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu/xiDyDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Penalaran+juga+merupakan+aktivitas+berpikir+yang+abstrak|title=Filsafat ilmu [sumber elektronis]|place=[[Yogyakarta]]|publisher=Deepublish|isbn=978-623-02-1263-5|pages=131|coauthors=}}</ref> Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Baris 46:
=== Metode penalaran ===
[[Penalaran abduktif]] (abduksi) adalaah bentuk penalaran yang tidak sesuai dengan deduktif atau induktif, karena dimulai dengan serangkaian pengamatan yang tidak lengkap dan berlanjut ke penjelasan yang paling mungkin untuk kelompok pengamatan.<ref>{{Cite web|last=Bradford|first=Alina|date=2017|title=Deductive Reasoning vs. Inductive Reasoning|url=https://www.livescience.com/21569-deduction-vs-induction.html|website=livescience.com|language=en-EN|access-date=2021-12-03}}</ref> Penalaran abduktif juga disebut retroduksi adalah bentuk inferensi logis yang dirumuskan dan dikembangkan oleh filsuf Amerika bernama Charles Sanders Peirce yang dimulai pada sepertiga terakhir abad-19. Penalaran abduktif diartikan dengan kesimpulan untuk penjelasan.<ref>{{cite book|last=Sober|first=Elliott|date=2004|url=https://id1lib.org/ireader/3583973|title=Core Questions in Philosoph: A Text with Readings (Fourth Edition)|place=[[New Jersey]]|publisher=Prentice Hall|isbn=0131898698|pages=24|language=en-EN|url-status=live|coauthors=}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Abduktif berbeda dari induksi yang hasil pengamatan dari eksperimen dapat dan atau akan terjadi di mana saja. Penalaran ini dimulai dengan pengamatan atau serangkaian pengamatan dan kemudian mencari kesimpulan yang paling sederhana dan paling mungkin dari pengamatan.<ref>{{Cite web|last=Widiawati|first=Ana|date=2021|title=Pengertian Kesimpulan : Metode Cara Membuat dan Contoh|url=https://penerbitbukudeepublish.com/pengertian-kesimpulan/|website=penerbitbukudeepublish.com|language=id-ID|access-date=2021-12-03}}</ref> Proses penalaran abduktif tidak seperti penalaran deduktif yang mana menghasilkan kesimpulan yang masuk akal tetapi tidak memverifikasinya secara positif. Kesimpulan abduktif tidak harus memiliki ketentuan yang pernyataan mengandung ketidakpastian atau keraguan seperti "terbaik tersedia" atau "paling mungkin". Misalnya, dalam contoh serangan jantung dan atlet angkat besi, H2 hanya mengatakan bahwa H1 salah. Maka, H2 paling mungkin mengatakan hal seperti ini.<ref>{{cite book|last=Sober|first=Elliott|date=2004|url=https://id1lib.org/ireader/3583973|title=Core Questions in Philosoph: A Text with Readings (Fourth Edition)|place=[[New Jersey]]|publisher=Prentice Hall|isbn=0131898698|pages=31|language=en-EN|url-status=live|coauthors=}}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite news|last=Zulfikar|first=Fahri|date=2021|title=5 Jenis Paragraf Lengkap dengan Penjelasan dan Contohnya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5688902/5-jenis-paragraf-lengkap-dengan-penjelasan-dan-contohnya|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|access-date=2021-12-08}}</ref>
Penalaran [[Matematika]] Selain penalaran deduktif dan induktif, terdapat beberapa jenis penalaran yang lain. Piaget mengidentifikasi beberapa penalaran dalam tingkat operasional formal yaitu: penalaran konservasi, penalaran proporsional, penalaran pengontrolan variabel, penalaran probabilistik, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial.<ref>{{Cite book|last=R. W. Dahar|date=1998|title=Teori-teori Belajar|location=Jakarta|publisher=Erlangga|pages=52|url-status=live}}</ref>
|