Keberadaan kesenian tari gandai dalam kehidupan rakyat Mukomuko yang diyakini telah berlangsung lama. Ada yang menyebutkan tari gandai telah ada semenjak Kerajaan Anak Sungai yang diperkirakan ada pada abad ke-15 (tahun 1600-an). Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja pada tahun 1691, yakni Sultan Gulumatsyah (Raja yang dikirim oleh [[Kerajaan Pagaruyung|Kerajaan Pagarurung]]). Asal usul keberadan tari gandai pada masyarakat Mukomuko dan Pekal, sama-sama dipercaya berasal dari kisah atau mitos [[Malin Deman, Mukomuko|Malin Deman]] dan [[Puti Bungsu]]. Kisah tersebut yang menjadi awal atau asal mula adanya tari gandai dalam kehidupan masyarakat Mukomuko, dan Pekal. Konon, dulunya tari gandai ditarikan oleh saudara Puti Bungsu yang berjumlah 6 orang untuk menghibur Malin Deman. Kemudian, Malin Deman membuat suling (serunai) dari bambu ([[Bambu|buluh]]) untuk mengiringi tarian tersebut. Dalam perkembangannya, ''tari gandai'' ditampilkan sebagai pelengkap upacara adat, seperti dalam upacara bimbang ([[perkawinan]]), sunat rasul, dan perayaan lainnya. Kemudian juga ditampilkan pada upacara penyambutan tamu, perayaan ulang tahun kabupaten, lomba, dan lain-lainnya.<ref name=":0">https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf. Hal.28</ref>