Suku Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Galanjar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Galanjar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 56:
 
== Sejarah ==
=== Prasejarah ===
{{multiple image
Dirunut dari genealoginya, masyarakat etnis Banjar pada zaman dahulu merupakan satu kesatuan entitas yang sama dengan masyarakat Dayak lainnya di sekitar wilayah [[Pegunungan Meratus]] (khususnya dengan etnis Bukit atau kerap dikenali sebagai Dayak Meratus). Penelitian arkeologi pada zaman modern di kawasan Geopark Meratus mengungkapkan bahwa wilayah ini telah dihuni oleh manusia purba sejak zaman masa prasejarah.
| align = right
| direction = vertical
| header =
| width = 250
 
=== Sivilisasi ===
| image1 = Candi Agung (5).jpg
==== Kerajaan Dipa ====
| alt1 = Candi Agung
{{main|Kerajaan Negara Dipa}}
| caption1 = Balai Arkeologi Banjarmasin menemukan bukti bahwa situs Candi Agung di Amuntai, dibangun dan dihuni dua kali oleh leluhur suku Banjar pada abad ke-3 dan abad ke-8.<ref>https://www.youtube.com/watch?v=nNVN5hykKqs</ref>
 
==== BanjarKesultanan KualaBanjar ====
| image2 = Candi Agung.jpg
{{main|Kesultanan Banjar}}
| alt2 = Candi Agung
| caption2 = Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang [[Candi Agung]] yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
 
| image3 = Candi Laras Museum Lambung Mangkurat.JPG
| alt3 = Aretepak Candi Laras di Museum Lambung Mangkurat
| caption3 = Balai Arkeologi Banjarmasin menemukan bukti berdasarkan analisis arang karbon atau C14 bahwa situs-situs di Margasari yaitu situs Pematang Bata berusia pada abad ke-13 Masehi dan situs Candi Laras berusia pada abad ke-14 Masehi.<ref>https://www.youtube.com/watch?v=iWxUoGYtTq0</ref>
}}
 
Suku Banjar, merupakan nasion lama, penduduk asli dari bekas Kerajaan Banjar yang dihapuskan Belanda tahun 1860.<ref name="Kalimantan Selatan">{{cite book
| language= id
| url= https://books.google.co.id/books?id=3UoyAAAAIAAJ&q=Suku+Banjar,+merupakan+nasion+lama,+penduduk+asli+dari+bekas+Kerajaan+Banjar+yang+dihapuskan+Belanda+tahun+1860&dq=Suku+Banjar,+merupakan+nasion+lama,+penduduk+asli+dari+bekas+Kerajaan+Banjar+yang+dihapuskan+Belanda+tahun+1860&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjqmvKV-q7nAhUbcCsKHYPfCCsQ6AEIKzAA
| title= Sejarah daerah tematis zaman kebangkitan nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan
| last=
| first=
| publisher= Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat
| year= 1986
| contribution= Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
| pages= 166
}}</ref>
 
Suku bangsa Banjar terbentuk dari suku-suku Bukit, Maanyan, Lawangan dan Ngaju yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu yang berkembang sejak zaman [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] dan kebudayaan Jawa pada zaman [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]], dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Buddha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar.<ref>[http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-kalimantan-selatan/sosial-budaya Sosial Budaya Provinsi Kalimantan Selatan] - indonesia.go.id</ref> [[Suku bangsa]] Banjar terbagi menjadi tiga subsuku, yaitu '''(Banjar) Pahuluan''', '''(Banjar) Batang Banyu''', dan '''Banjar (Kuala)'''. Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke [[pegunungan Meratus]]. Banjar Batang Banyu mendiami lembah [[sungai Negara]], sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar [[Banjarmasin]] dan [[Martapura, Banjar|Martapura]]. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan [[bahasa Banjar]], yang terbagi ke dalam dua dialek besar yaitu '''Banjar Hulu''' dan '''Banjar Kuala'''. Nama '''Banjar''' diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun [[1860]]) adalah warga [[Kesultanan Banjarmasin]] atau disingkat '''Banjar''', sesuai dengan nama ibu kotanya pada mula berdirinya. Ketika ibu kota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di [[Martapura]]), nama tersebut tampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.<ref name="alfani">{{id}} Alfani Daud, Islam & masyarakat Banjar: diskripsi dan analisis kebudayaan Banjar, RajaGrafindo Persada, 1997, ISBN 979-421-599-6, 9789794215999</ref>
 
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur [[Sumatra]] dan [[Malaysia]]. Di Malaysia, suku Banjar digolongkan sebagai bagian dari [[Bangsa Melayu]].
 
Kesultanan Banjar sebelumnya meliputi wilayah provinsi [[Kalimantan Selatan]] dan [[Kalimantan Tengah]] seperti saat ini, kemudian pada abad ke-16 terpecah di sebelah barat menjadi [[kerajaan Kotawaringin]] yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma bin Sultan Mustain Billah dan pada abad ke-17 di sebelah timur menjadi [[kerajaan Tanah Bumbu]] yang dipimpin Pangeran Dipati Tuha bin Sultan Saidullah yang berkembang menjadi beberapa daerah: [[Sabamban]], [[Kerajaan Pagatan|Pegatan]], [[Kerajaan Kusan|Koensan]], [[Poelau Laoet]], [[Batoe Litjin]], [[Cantung|Cangtoeng]], [[Bangkalaan]], [[Sampanahan]], [[Manoenggoel]], dan [[Tjingal]].
 
Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer orang Banjar, selanjutnya dengan budaya ''maadam'', orang Banjar merantau hingga ke luar pulau misalnya ke [http://books.google.co.id/books?id=ITLRpPrrcykC&lpg=PA39&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=PA39#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true Kepulauan Sulu] bahkan menjadi salah satu dari lima etnis yang pembentuk [[Suku Suluk|Bangsa Suluk atau Tausug]] (yakni percampuran orang Buranun, orang Tagimaha, orang Baklaya, orang Dampuan/Champa dan orang Banjar).<ref name="Ongsotto, Et Al">{{en}} {{cite book|first=Ongsotto, Et Al|last=Ongsotto, Et Al|url=http://books.google.co.id/books?id=ITLRpPrrcykC&lpg=PA39&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=PA39#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true|title=Philippine History Module-based Learning I' 2002 Ed.|publisher=Rex Bookstore, Inc.|year=2002|isbn=9789712334498}} ISBN [http://books.google.co.id/books?id=ITLRpPrrcykC&printsec=copyright#v=onepage&q&f=false 971-23-3449-X]</ref><ref name="Edward Balfour">{{en}} {{cite book|first=[[Edward Balfour|Edward]]|last=Balfour|url=http://books.google.co.id/books?id=SIq_FvJUr40C&lpg=RA3-PA18-IA1&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=RA3-PA18-IA1#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true|title=The cyclopædia of India and of eastern and southern Asia, commercial industrial, and scientific: products of the mineral, vegetable, and animal kingdoms, useful arts and manufactures, Jilid 2|publisher=Bernard Quaritch|year=1885}}</ref><ref name="Theodor Waitz">{{de}}{{cite book|first=[[Theodor Waitz|Theodor]]|last=Waitz|coauthors=Georg Karl Cornelius Gerland|url=[http://books.google.co.id/books?id=U5otAAAAYAAJ&dq=orang%20banjar%20sulu&pg=PA54#v=onepage&q=orang%20banjar%20sulu&f=true|title=Anthropologie der naturvölker: Die Völker der Südsee. Pt.1 Die Malaien. Pt.2. Die Mikron esier und nordwestlichen Polynesier|publisher=F. Fleischer|year=1865}}</ref><ref name="Malayan miscellanies">{{en}} {{cite book|first=Malayan miscellanies|last=Malayan miscellanies|url=http://books.google.co.id/books?id=fBYIAAAAQAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=RA4-PA1#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false|title=Malayan miscellanies|publisher=Malayan miscellanies|year=1820}}</ref><ref name="J. H. Moor">{{en}} {{cite book|first=[[J. H. Moor|Moor]]|last=J. H.|url=http://books.google.co.id/books?id=fHhNAAAAYAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=RA1-PA31#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false|title=Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ...|publisher=F.Cass & co.|year=1837}}</ref><ref name="Gesellschaft für Erdkunde">{{de}}{{cite book|first=Gesellschaft für Erdkunde|last=Berlin|url=http://books.google.co.id/books?id=VBZDAAAAcAAJ&dq=banjar%20kulan&pg=PA122#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false|title=Zeitschrift der Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin: zugl. Organ d. Deutschen Geographischen Gesellschaft|volume= 2|publisher=Gesellschaft für Erdkunde|year=1867}}</ref><ref name="Zeitschrift">{{de}}{{cite book|first=Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin|last=Gesellschaft für Erdkunde zu Berlin|url=http://books.google.co.id/books?id=WKBNBfF74IAC&dq=banjar%20kulan&pg=PA122#v=onepage&q=banjar%20kulan&f=false|title=Zeitschrift|publisher=D. Reimer|year=1867}}</ref><ref name="The native races">{{en}} {{cite book|first=Edwin|last=Norris|pages=142|title=The native races of the Indian Archipelago: Papuans|publisher=Perpustakaan Publik Lyon|year=1853|url=http://books.google.co.id/books?id=P9dpkQy7tZ8C&dq=men%20of%20banjar%20sulu&hl=id&pg=PA142#v=onepage&q=men%20of%20banjar%20sulu&f=false}}</ref>
 
Hubungan antara Banjar dengan [[Kepulauan Sulu]] atau [[Banjar Kulan]] terjalin ketika para pedagang Banjar mengantar seorang Puteri dari Raja Banjar untuk menikah dengan penguasa suku Buranun (suku tertua di Kepulauan Sulu). Salah satu rombongan bangsa Suluk yang menghindari kolonial Spanyol dan mengungsi ke Kesultanan Banjar adalah moyang dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
 
=== Banjar Pahuluan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen op de markt in Kandangan TMnr 60018750.jpg|jmpl|250px|ka|Orang [Banjar] Pahuluan puak Amandit (Kandangan)]]
Sangat mungkin sekali pemeluk [[Islam]] sudah ada sebelumnya di sekitar [[keraton]] yang dibangun di [[Banjarmasin]], tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi [[Sultan Suriansyah]], memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu ''bubuhan raja-raja''. Perilaku raja ini diikuti elit ibu kota, masing-masing tentu menjumpai penduduk pedalaman, yaitu [[suku Dayak Meratus|Orang Bukit]], yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama.
 
Untuk kepentingan [[keamanan]], atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek permukiman tersendiri. Komplek permukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek permukiman ''[[bubuhan]]'', yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan [[keluarga]]-keluarga lain yang bergabung dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat ''balai'' di kalangan masyarakat orang Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di [[Pegunungan Meratus]] ini tampaknya [[wilayah]] permukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan '''Pahuluan'''. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat [[Banjar) Pahuluan]], yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur orang Bukit ikut membentuknya. [[Banjar Pahuluan]] ini kerap disebut sebagai Urang Pahuluan yang saat ini tersebar di 6 Kabupaten yang disebut [[Banua Anam]]. Keenam kabupaten tersebut adalah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.<ref name="alfani"/>
 
=== Banjar Batang Banyu ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Riviergezicht met moskee TMnr 10016657.jpg|jmpl|250px|ka|Perkampungan orang [Banjar] Batang Banyu puak Nagara Daha]]
[[Masyarakat]] (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat [[kekuasaan]] yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu [[sungai Negara]] atau cabangnya yaitu [[sungai Tabalong]]. Sebagai warga yang berdiam di [[ibu kota]] tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. [[Daerah]] tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari [[suku Dayak Maanyan|Orang Maanyan]] (dan [[Suku Dayak Lawangan|Orang Lawangan]]), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Banjar Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal '''Pahuluan''' yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara [[penduduk]] Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai [[pedagang]] dan pengrajin.<ref name="alfani"/>
 
=== Banjar Kuala ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Scheepvaartverkeer op een zijrivier van de Martapoera Bandjermasin Borneo TMnr 10014062.jpg|jmpl|250px|ka|Perkampungan orang Banjar [Kuala].]]
Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke [[Banjarmasin]] (terbentuknya [[Kesultanan Banjarmasin]]), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan [[suku Dayak Ngaju|orang Ngaju]], yang seperti halnya dengan masyarakat Bukit dan masyarakat Maanyan serta Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama [[Islam]]. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibu kota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya '''''orang Banjar''''', sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar [[Tanah Banjar]], mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.<ref name="alfani"/>
 
Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari [[Kerajaan Negara Daha|kerajaan Daha]] dalam bentuk [[kerajaan Banjar]] Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk [[Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Banjarmasih]] ketika tahun 1526 didirikan. Dalam [[amalgamasi]] (campuran) baru ini telah bercampur unsur budaya [[Melayu]], [[Suku Jawa|Jawa]], Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama [[Islam]], berbahasa [[Bahasa Banjar|Banjar]] dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam [[keraton]]. Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah grup atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.
 
Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah [[Martapura]]. Yang kedua tinggal di sepanjang [[sungai Tabalong]] dari muaranya di [[sungai Barito]] sampai dengan [[Kelua, Tabalong|Kelua]]. Yang ketiga tinggal di kaki [[pegunungan Meratus]] dari [[Tanjung, Tabalong|Tanjung]] sampai [[Pelaihari, Tanah Laut|Pelaihari]]. Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik [[Maanyan]], kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan [[Kaharingan]], dengan ejekan orang [[Tanah Dusun|Dusun]], orang [[Tanah Dayak|Biaju]], Bukit dan sebagainya.<ref>{{id}} Mohamad Idwar Saleh; Sekilas Mengenai [[Daerah Banjar]] dan Kebudayaan Sungainya Sampai Dengan Akhir Abad ke-19, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru 1986.</ref>
 
Ketika [[Pangeran Samudera]] mendirikan kerajaan Banjar, ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Belandean, Patih Belitung, Patih Kuwi dan sebagainya serta orang [[Suku Dayak Bakumpai|Bakumpai]] yang dikalahkan. Demikian pula [[penduduk]] [[Kerajaan Negara Daha|Daha]] yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Maanyan. Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai [[bahasa ibu]] baru dan meninggalkan bahasa ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.<ref>[[Idwar Saleh]], makalah Perang Banjar 1859-[[1865]], [[1991]].</ref>
 
=== Sosio-historis ===
Secara sosio-historis masyarakat Banjar adalah kelompok sosial heterogen yang terkonfigurasi dari berbagai sukubangsa dan ras yang selama ratusan tahun telah menjalin kehidupan bersama, sehingga kemudian membentuk identitas etnis (suku) Banjar. Artinya, kelompok sosial heterogen itu memang terbentuk melalui proses yang tidak sepenuhnya alami (priomordial), tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang cukup kompleks.<ref>Tim Haeda dalam ''Islam Banjar; Tentang Akar Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius'', 2009</ref>
 
[[Islam]] telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok yang ada di sekitarnya yang kini disebut sebagai [[Suku Dayak|Dayak]], yang umumnya masih menganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat [[Dayak]] dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.<ref name="alfani"/>
 
Masyarakat Banjar bukanlah suatu yang hadir begitu saja, tetapi ia merupakan konstruksi historis secara sosial suatu kelompok manusia yang menginginkan suatu komunitas tersendiri dari komunitas yang ada di kepulauan Kalimantan. Etnik Banjar merupakan bentuk pertemuan berbagai kelompok etnik yang memiliki asal usul beragam yang dihasilkan dari sebuah proses sosial masyarakat yang ada di daerah ini dengan titik berangkat pada proses Islamisasi yang dilakukan oleh [[Kesultanan Demak|Demak]] sebagai syarat berdirinya [[Kesultanan Banjar]]. '''Banjar''' sebelum berdirinya Kesultanan Islam Banjar belumlah bisa dikatakan sebagai sebuah ksesatuan identitas suku atau agama, namun lebih tepat merupakan identitas yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat
 
Suku Banjar yang semula terbentuk sebagai ''entitas politik'' terbagi 3 grup (kelompok besar) berdasarkan teritorialnya dan unsur pembentuk suku berdasarkan persfektif kultural dan genetis:
# Grup Banjar Pahuluan adalah campuran orang Melayu-Hindu dan orang Bukit yang berbahasa [[rumpun bahasa Melayik|Melayik]] (unsur Bukit sebagai ciri kelompok)
# Grup Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Maanyan, orang Lawangan, orang Bukit dan orang Jawa-Hindu Majapahit (unsur Maanyan seperti Debagai ciri kelompok). Di Kalsel masih dapat ditemukan komunitas sub-Dayak Maanyan yang masih menganut adat Kaharingan yang bertetangga dengan perkampungan suku Banjar seperti Dayak Warukin, Dayak Balangan, dan Dayak Samihim.
# Grup Banjar Kuala<ref>Inti Orang Banjar Kuala yang asli adalah penduduk mula-mula yang menempati sungai Kuin sebelum tahun 1612, setelah tahun tahun 1612 mereka dipindahkan ke Martapura yang menjadi cikal bakal penduduk Martapura. Menurut laporan Radermacher dalam tahun 1780 penduduk Kuin (Banjar Lama) hanya berjumlah 100 orang, sedangkan di Tatas 2000 orang. Pada awal abad ke-18 di Banjarmasin mulai didirikan perkampungan suku pendatang seperti kotta-blanda, Kampung Cina, Melayu, Arab, Jawa, Bugis dan lain-lain. Di Martapura juga terbentuk Kampung Melayu, Kampung Jawa, pendatang [[suku Suluk]] dan lain-lain</ref> adalah campuran orang Kuin, orang Batang Banyu, orang Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai),<ref>menempati kawasan Alalak</ref> orang Kampung Melayu,<ref>Kelurahan Melayu Banjarmasin, mereka mengklaim sebagai penduduk "asli" Banjarmasin dengan logat bicara yang khas</ref> orang Kampung Bugis-Makassar,<ref name="Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin">Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin</ref> orang Kampung Jawa,<ref>Kelurahan Kertak Baru Ulu Banjarmasin</ref> orang Kampung Arab,<ref name="Kelurahan Pasar Lama Banjarmasin"/> dan sebagian orang [[Cina Parit]] yang masuk Islam (unsur Ngaju sebagai ciri kelompok). Proses amalgamasi masih berjalan hingga sekarang di dalam grup Banjar Kuala yang tinggal di kawasan Banjar Kuala - kawasan yang dalam perkembangannya menuju sebuah kota metropolitan yang menyatu (Banjar Bakula).
 
Dengan mengambil pendapat [[Idwar Saleh]] tentang inti suku Banjar, maka percampuran suku Banjar dengan orang Ngaju/serumpunnya (Kelompok Barito Barat) yang berada di sebelah barat Banjarmasin ([[Kalimantan Tengah]]) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga. Di sebelah utara [[Kalimantan Selatan]] terjadi percampuran suku Banjar dengan orang Maanyan/serumpunnya (Kelompok Barito Timur) seperti Dusun, Lawangan dan [[suku Pasir]] di [[Kalimantan Timur]] yang juga ber[[bahasa Lawangan]], dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang Banyu. Percampuran suku Banjar di [[tenggara]] [[Kalimantan]] yang banyak terdapat suku Bukit kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.
 
== Sistem kekerabatan ==