Malaikat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 90:
Dalam Islam, seperti dalam Yudaisme dan Kristen, malaikat sering diwakili dalam [[Antropomorfisme]] yang dikombinasikan dengan gambar [[supernatural]], seperti sayap, berukuran besar atau memakai benda-benda surgawi.<ref>Stephen Burge ''Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik'' Routledge 2015 {{ISBN|978-1-136-50473-0}} pp. 97-99</ref> Al-Quran menggambarkan mereka sebagai "rasul dengan sayap — dua, atau tiga, atau empat (berpasangan): Dia [Tuhan] menambah Ciptaan sesuai keinginannya..." Karakteristik umum untuk malaikat adalah kebutuhan mereka yang hilang akan keinginan tubuh, seperti makan dan minum.<ref>Cenap Çakmak ''Islam: A Worldwide Encyclopedia [4 volumes]'' ABC-CLIO, 18.05.2017 {{ISBN|9781610692175}} p. 140</ref> Kurangnya afinitas mereka terhadap keinginan material juga diekspresikan oleh ciptaan mereka dari cahaya: Malaikat belas kasihan diciptakan dari ''nur'' (cahaya dingin) yang bertentangan dengan malaikat hukuman yang diciptakan dari ''nar'' (cahaya panas).<ref> Jane Dammen McAuliffe ''Encyclopaedia dari Qurʾān Volume 2'' Georgetown University, Washington DC hal. 45 </ref> Umat Islam umumnya tidak memiliki persepsi tentang penggambaran bergambar malaikat, seperti yang ditemukan dalam seni Barat.
Walaupun kepercayaan kepada malaikat-malaikat tetap salah satu dari [[Rukun Iman]] dalam [[Islam]], namun tidak dapat ditemukan dogmatis angelologi dalam tradisi Islam. Meskipun demikian, para ulama telah membahas peran malaikat
[[Ibnu Sina]], yang memanfaatkan [[Emanasi]] [[Neoplatonisme]] dari [[Al-Farabi]], mengembangkan hierarki ''angelologi Intellects'', yang diciptakan oleh "[[Monad (filsafat)]]". Oleh karena itu, ciptaan pertama oleh Tuhan adalah malaikat tertinggi yang diikuti oleh malaikat agung lainnya, yang diidentifikasi dengan Intellek rendah. Selanjutnya, terdapat malaikat rendah atau "bola bergerak", di mana pada gilirannya, memancarkan Intelek lainnya sampai mencapai batas intelek, yang memerintah atas jiwa-jiwa. Akal kesepuluh bertanggung jawab untuk mewujudkan bentuk materi dan menerangi pikiran.<ref>Abdullah Saeed ''Islamic Thought: An Introduction'' Routledge 2006 {{ISBN|9781134225651}} p. 101</ref><ref>Mark Verman ''The Books of Contemplation: Medieval Jewish Mystical Sources'' SUNY Press 1992 {{ISBN|9780791407196}} p. 129</ref>
|