Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
Baris 25:
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|kiri|Jatinangor sekitar tahun 1885.]]
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web |url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150135/http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |dead-url=yes }}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]