Kampung Jawa, Tondano Utara, Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JokoSanudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor
JokoSanudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
 
'''Kelurahan Kampung Jawa''' disebut juga ''Kampung Jawa Tondano / Jawa Tondano'', juga sering disingkat JaTon, merupakan salah satu [[kelurahan]] yang berada di kecamatan [[Tondano Utara, Minahasa|Tondano Utara]], [[Kabupaten Minahasa]], provinsi [[Sulawesi Utara]], [[Indonesia]]. Tempat ini berada di sebelah utara [[Danau Tondano]] dan berjarak sekitar 40&nbsp;km arah selatan dari [[kota Manado]] sekitar 60 menit perjalanan menggunakan mobil, atau berjarak 2&nbsp;km dari [[kota Tondano]]. dengan populasi yang bercampur. <ref>https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/budaya_jawa_tondano/</ref>
== Sejarah ==
 
Berawal dari ditangkapnya [[Kyai Modjo]] yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari [[Pangeran Diponegoro]] pada [[Perang Jawa]] (1825-1830)<ref>https://www.google.co.id/books/edition/Kisah_kisah_kecil_Beberapa_Tokoh_dalam_S/_GFVEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=jawa+tondano&pg=PA33&printsec=frontcover</ref>, pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutnya [[Kyai Modjo]] dan 63 orang pengikutnya diasingkan [[Belanda]] sebagai [[tahanan politik]] ke [[Minahasa]] [[Sulawesi Utara]]. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun [[1829]] hingga meninggal di sana pada tanggal [[20 Desember]] [[1848]] dalam usia 84 tahun. Kecuali [[Kyai Modjo]], semua pengikutnya (semuanya [[pria]] [[suku Jawa|Jawa]]) menikahi perempuan [[Suku Minahasa|Minahasa]] asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano<ref>https://tirto.id/dari-pengikut-kyai-mojo-lahirlah-kampung-muslim-jawa-tondano-cK6T</ref>. Selain Rombongan [[Kyai Modjo]], ada juga rombongan atau tokoh tokoh lain yang diasingkan ke Tondano oleh [[Belanda]] setelah rombongan [[Kyai Modjo]] berada di Tondano, diantaranya dari [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] dan [[Maluku]]. Termasuk [[Pangeran Perbatasari]] bin [[Panembahan Muhammad Said]] bin [[Pangeran Antasari]] dari [[Kesultanan Banjar]] yang ditangkap Belanda saat berada di [[Muara Pahu, Kutai Barat | Pahu]], [[Kesultanan Kutai|Kutai]] untuk meminta bantuan perang pada tahun [[1885]].
 
Tanggal 3 Mei 1830 diperingati sebagai hari lahir Kampung Jawa Tondano.<ref>{{Cite web|date=2013-05-03|title=Jaton Akan Jadi Kampung Wisata Budaya|url=https://republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/03/mm7xmf-jaton-akan-jadi-kampung-wisata-budaya|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-06-27}}</ref>
== Etnis ==
Penduduk Kampung Jawa Tondano adalah merupakan etnis baru percampuran [[Suku Jawa]], Suku Sumatra ( [[Palembang]], [[Aceh]] ), [[Suku Banjar]], [[Suku Arab]] dengan [[Suku Minahasa]]. Percampuran etnis ini mempengaruhi [[budaya]] dan [[kesenian]] di Jawa Tondano.
Baris 165 ⟶ 168:
:* '''[[Bojonegoro, Maesaan, Minahasa Selatan|Bojonegoro]]''', berada di Kecamatan [[Maesaan, Minahasa Selatan|Maesaan]], [[Kabupaten Minahasa Selatan]], [[Provinsi Sulawesi Utara]]
:* '''[[Ikhwan, Dumoga Barat, Bolaang Mongondow|Ikhwan]]''', berada di Kecamatan [[Dumoga Barat, Bolaang Mongondow|Dumoga Barat]], [[Kabupaten Bolaang Mongondow]], [[Provinsi Sulawesi Utara]]
 
== Sejarah ==
 
Berawal dari ditangkapnya [[Kyai Modjo]] yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari [[Pangeran Diponegoro]] pada [[Perang Jawa]] (1825-1830)<ref>https://www.google.co.id/books/edition/Kisah_kisah_kecil_Beberapa_Tokoh_dalam_S/_GFVEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=jawa+tondano&pg=PA33&printsec=frontcover</ref>, pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutnya [[Kyai Modjo]] dan 63 orang pengikutnya diasingkan [[Belanda]] sebagai [[tahanan politik]] ke [[Minahasa]] [[Sulawesi Utara]]. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun [[1829]] hingga meninggal di sana pada tanggal [[20 Desember]] [[1848]] dalam usia 84 tahun. Kecuali [[Kyai Modjo]], semua pengikutnya (semuanya [[pria]] [[suku Jawa|Jawa]]) menikahi perempuan [[Suku Minahasa|Minahasa]] asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano<ref>https://tirto.id/dari-pengikut-kyai-mojo-lahirlah-kampung-muslim-jawa-tondano-cK6T</ref>. Selain Rombongan [[Kyai Modjo]], ada juga rombongan atau tokoh tokoh lain yang diasingkan ke Tondano oleh [[Belanda]] setelah rombongan [[Kyai Modjo]] berada di Tondano, diantaranya dari [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kalimantan]] dan [[Maluku]]. Termasuk [[Pangeran Perbatasari]] bin [[Panembahan Muhammad Said]] bin [[Pangeran Antasari]] dari [[Kesultanan Banjar]] yang ditangkap Belanda saat berada di [[Muara Pahu, Kutai Barat | Pahu]], [[Kesultanan Kutai|Kutai]] untuk meminta bantuan perang pada tahun [[1885]].
 
Tanggal 3 Mei 1830 diperingati sebagai hari lahir Kampung Jawa Tondano.<ref>{{Cite web|date=2013-05-03|title=Jaton Akan Jadi Kampung Wisata Budaya|url=https://republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/03/mm7xmf-jaton-akan-jadi-kampung-wisata-budaya|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-06-27}}</ref>
 
== Galeri ==
Baris 177 ⟶ 174:
Berkas:Makam-kyai-modjo-2 Djoko Sanudin.jpg|Bangunan Makam Kyai Modjo
Berkas:Makam-kyai-modjo-3 Djoko Sanudin.jpg|Makam Kyai Modjo
Berkas:Daftar Lurah Kampung Jawa tondano - Joko sanudin.jpg
</gallery>