Foto jurnalistik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
Baris 150:
# '''Atok Sugiarto''' lahir di Magelang 18 Juni 1962 mengawali karier pada tahun 90an sebagai kontributor naskah fotografi Majalah Fotomedia Jakarta lalu pada tahun 2000-2005 menjadi penulis fotografi di Koran Suara Pembaharuan Minggu. Kini perannya bukan hanya mengambil gambar, tetapi juga membagikan ilmunya terkait dengan fotografi jurnalistik. Ia mendapatkan lebih dari 50 penghargaan, beberapa diantaranya adalah ''Sport Photo Holland'' 1987, ''Best of Sport Journalism Japan'' 1990, ''Best Journalism China'' 1990, Penghargaan khusus sebagai Wartawan foto terbaik dari PWI dan masih banyak lagi.
# '''Oscar Motuloh''' lahir pada tanggal 19 Agustus 1959 mengawali karier sebagai reporter di Kantor Berita Antara pada tahun 1988, yang kemudian tahu 1990 masuk dalam divisi pemberitaan foto Kantor Berita Antara sebagai pewarta foto.<ref>{{Cite news|url=http://wartakota.tribunnews.com/2015/09/23/oscar-motuloh-raih-penghargaan-kebudayaan-2015|title=Oscar Motuloh Raih Penghargaan Kebudayaan 2015 - Warta Kota|date=2015-09-23|newspaper=Warta Kota|language=id-ID|access-date=2018-10-08}}</ref> Kariernya terus menanjak hingga sempat menjadi Direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara. Ia juga turut aktif sebagai salah satu pendiri organisasi resmi dan berbadan hukum yakni Pewarta Foto Indonesia (PWI). Berbagai penghargaan pun tak luput diterimanya, salah satunya Penghargaan Kebudayaan 2015 sebagai Pelopor Fotografi Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oscar juga termasuk dalam 30 Fotografer paling Berpengaruh di Asia versi ''Invisible Photographer Asia''.
# '''Adek Berry''' dengan nama lengkap Lestri Berry Wijaya lahir di Curup, Bengkulu pada tanggal 14 September 1971 sempat mengambil Pendidikan kedokteran gigi, namun dirasa kurang cocok dengan dirinya, sehingga pindah mengambil pertanian.<ref>{{Cite news|url=https://beritagar.id/artikel/figur/adek-berry-perempuan-pengabadi-peristiwa|title=Adek Berry, Perempuan pengabadi peristiwa|last=Tobing|first=Sorta|date=2018-02-09|newspaper=https://beritagar.id/|language=en-ID|access-date=2018-10-08|archive-date=2018-10-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20181008134948/https://beritagar.id/artikel/figur/adek-berry-perempuan-pengabadi-peristiwa|dead-url=yes}}</ref> Ketekunannya mengenai jurnalis dan fotografi sudah terlihat dari SMP. Sebelum resmi dinyatakan lulus dari perguruan tinggi, Ia mencari pekerjaan dan berhasil mendapatkan posisi sebagai reporter di Majalah Tiras. Setahun kemudian, Berry mendapatkan posisi yang diinginkannya menjadi pewarta foto di Majalah Tajuk. Saat Majalah Tajuk gulung tikar, Adek Berry mendapat tawaran untuk bekerja di Kantor Berita Prancis (''Agences-France Presse'' atau AFP) sebagai jurnalis foto.<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/health/read/3194346/kisah-adek-berry-jurnalis-foto-yang-liput-konflik-di-afghanistan|title=Kisah Adek Berry, Jurnalis Foto yang Liput Konflik di Afghanistan|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2018-10-08}}</ref> Ia menekuni jurnalis foto khususnya dalam bidang bencana alam dan konflik. Bencana alam di Indonesia selalu diabadikannya seperti tsunami Aceh dan gempa di Yogyakarta, serta berbagai kecelakaan pesawat. Adek Berry juga sudah biasa meliput konflik dalam maupun luar negeri, diantaranya kerusuhan 1998, kerusuhan Ambon 1999, dan meliput perang Afghanistan. Pengalaman Adek Berry membawanya mendapat berbagai macam penghargaan seperti NPPA (''The National Press Photographers Association'') dan ''Life Magazine'' (Amerika Serikat) serta ''TIME LightBox'' untuk bidang jurnalistik foto kategori bencana dan konflik.
== Bacaan tambahan ==
|