Pembantaian Santa Cruz: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 49:
Pembantaian ini memaksa [[pemerintah Portugal]] untuk menggencarkan diplomasinya. Portugal mendorong negara-negara [[Uni Eropa]] untuk menekan Indonesia, tetapi gagal. [[Britania Raya]], misalnya, memiliki hubungan ekonomi erat dengan Indonesia yang melibatkan penjualan senjata.<ref>{{Cite web |url=http://www.caat.org.uk/publications/countries/indonesia-0604.php |title=CAAT Publications - Arms to Indonesia Factsheet<!-- Bot generated title --> |access-date=2019-11-12 |archive-date=2008-09-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080917180244/http://www.caat.org.uk/publications/countries/indonesia-0604.php |dead-url=yes }}</ref>
 
Masyarakat Australia mengkritik pemerintahnya yang mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur. Pemerintah Australia saat itu sudah mempererat kerja sama dengan militer Indonesia. Pada 1999, Australia sementara memutus hubungan militer akibat kekerasan yang terjadi usai referendum kemerdekaan tahun itu.<ref name = "Reuters">[http://www.etan.org/et2004/november/01-07/04adf.htm "Australia should avoid ties with Indonesia military: Study"]. ''[[Reuters]]''. Retrieved on 16 August 2007.</ref> Menteri Luar Negeri Australia, [[Gareth Evans (politikus)|Gareth Evans]], menyebut peristiwa ini "anomaliAnomali, bukan bagian kebijakan pemerintah [Indonesia]".<ref>[https://books.google.co.uk/books?id=k9Ro7b0tWz4C&lpg=PA179&dq=%22an%20aberration%2C%20not%20an%20act%20of%20state%20policy%22&pg=PA179#v=onepage&q=%22an%20aberration,%20not%20an%20act%20of%20state%20policy%22&f=false ''The Specter of Genocide: Mass Murder in Historical Perspective''], Robert Gellately, Ben Kiernan, Cambridge University Press, 2003, page 179</ref>
 
Kejadian ini kini diperingati sebagai [[Hari Pemuda]] oleh negara [[Timor Leste]] yang merdeka. Tragedi [[12 November]] ini dikenang oleh bangsa Timor Leste sebagai salah satu hari yang paling berdarah dalam sejarah mereka, yang memberikan perhatian internasional bagi perjuangan mereka untuk merebut kemerdekaan.