Kapal jung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
interwiki
k foto + {{rapikan}} - perlu paragraf
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Kapal Jung''' adalah sejenis [[kapal]] [[kapal layar|layar]].
 
[[Gambar:Rigging4.png|thumb|200px|250px|right|Kapal Jung]]
 
:''"Orang [[Jawa]] sangat berpengalaman dalam seni navigasi. Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang menunjukkan bahwa orang [[Cina]] lebih berhak atas penghargaan ini, dan menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa."''
Baris 17 ⟶ 18:
Gambaran tentang jung Jawa secara spesifik dilaporkan [[Alfonso de Alberquerque]], komandan armada Portugis yang menduduki Malaka pada [[1511]]. Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal usul jung-jung terbesar. Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis.
 
[[Gambar:Zhengheship.gif|thumb|250px|right|Perbandingan antara kapal jung [[Cheng Ho]] ("kapal harta") ([[1405]]) dengan kapal "[[Santa Maria (kapal)|Santa Maria]]" [[Christopher Colombus|Colombus]].]]
Disebutkan, jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari [[Kerajaan Demak]] bobotnya mencapai 1000 [[ton]] yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada [[1513]].
 
Baris 25 ⟶ 27:
Jung pada abad ke-15 hingga ke-16 tidak hanya digunakan pada pelaut Jawa. Para pelaut Melayu dan Cina juga menggunakan kapal layar jenis ini. Jung memegang peranan penting dalam perdagangan Asia Tenggara masa lampau. Ia menyatukan jalur perdagangan Asia Tengara yang meliputi Campa (ujung selatan [[Vietnam]]) , Ayutthaya ([[Thailand]]), [[Aceh]], Malaka dan [[Makassar]].
 
Hanya saja, keadaan itu berbanding terbalik menjelang akhir [[abad ke-17]], ketika prangperang Jawa tidak bisa lagi membawa hasil bumi dengan jungnya ke pelbagai penjuru dunia. Bahkan, orang Jawa sudah tidak lagi punya galangan kapal. Kantor Maskapai Perdagangan Hindia Belanda ([[VOC]]) di [[Batavia]] melaporkan pada 1677 bahwa orang-orang [[Mataram]] di [[Jawa Tengah]] tidak lagi memiliki kapal-kapal besar.
 
Para sejarawan menyimpulkan, jung dan tradisi besar maritim Jawa hancur akibat ekspansi militer-perniagaan [[Belanda]]. Serta, sikap represif [[Sultan Agung]] dari Mataram terhadap kota kota pesisir utara Jawa. Lebih celaka lagi, raja-raja Mataram pengganti Sultan Agung bersikap anti perniagaan. Apa boleh buat, kejayaan jung Jawa hanya tinggal kenangan.