Agama di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonas Carsten (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Jonas Carsten (bicara | kontrib)
update
Baris 25:
}}
[[Berkas:Indonesia Religion Percentage.png|410x410px|jmpl|Peta persebaran agama di Indonesia berdasarkan hasil [[Sensus Penduduk Indonesia 2010|sensus 2010.]]]]
'''Agama di Indonesia''' terdiri atas berbagai macam agama. Dalam sensus resmi yang dilirik oleh Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk Indonesia berjumlah 272273,32 juta jiwa dengan 86,8893% beragama [[Islam]], 10,5855% [[Kristen]] (7,4947% [[Kristen Protestan]], 3,0908% [[Kristen Katolik]]), 1,71% [[Agama Hindu|Hindu]], 0,7574% [[Agama Buddha|Buddha]], 0,0305% [[Agama Konghucu|Konghucu]], dan 0,0503% agama lainnya.
 
Ideologi [[Indonesia]] adalah [[Pancasila]], pada sila pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ideologi ini adalah kompromi antara gagasan [[negara Islam]] dan [[negara sekuler]].{{sfnm|1a1=Intan|1y=2006|1p=40|2a1=Lindsey|2a2=Pausacker|2y=1995|2p=|3a1=Hosen|3y=2005|3pp=419–40|4a1=Seo|4y=2013|4p=44|5a1=Ropi|5y=2017|5p=61 dll}} Awalnya diusulkan "kewajiban sya'riat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di dalam undang-undang, tetapi akhirnya hal itu dihapus dengan tujuan untuk mengayomi semua masyarakat [[Indonesia]]. [[Undang-Undang Dasar 1945]] menyatakan bahwa "negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".<ref>{{cite web|last=|first=|date=|title=Undang-Undang Dasar 1945|url=https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945|website=JDIH DPR RI|access-date=11 Januari 2021}}</ref> Dalam Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, negara secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.{{sfnm|1a1=Hosen|1y=2005|1pp=419–440|2a1=Shah|2y=2017|2p=|3a1=Marshall|3y=2018|3pp=85–96}} Belakangan, aliran kepercayaan ([[agama asli Nusantara]]) juga telah diakui melalui Putusan [[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia]] tanggal 7 November 2017.<ref name="Trisno_S_Sutanto">{{cite web|url=https://crcs.ugm.ac.id/id/perspective-id/12692/dekolonisasi-masyarakat-adat-catatan-dari-seminar-pgi.html|author=Sutanto, Trisno S.|title=Dekolonisasi Masyarakat Adat: Catatan dari Seminar PGI|publisher=''Program study agama dan lintas budaya Sekolah Pascasarjana [[Universitas Gadjah Mada]]''|date=26 April 2018|access-date=28-02-2019|archive-date=2019-03-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20190301074806/https://crcs.ugm.ac.id/id/perspective-id/12692/dekolonisasi-masyarakat-adat-catatan-dari-seminar-pgi.html|dead-url=yes}}</ref><ref name="Siregar">{{cite conference |surname=Siregar |given=Rospita Adelina |editor1=Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd, M.Hum |editor2=Dr. Demsy Jura, M.Th |title=Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila |book-title=Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018 |place=Jakarta |publisher=[[Universitas Kristen Indonesia|UKI Press]] |date=2018 |pages=173–77 |url=http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf |isbn=978-979-8148-96-5 |ref=harv}}</ref>{{sfn|Marshall|2018|pp=85–96}} Dalam sejarahnya, konflik antaragama juga telah terjadi di Indonesia. [[Transmigrasi|Program transmigrasi]] secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.<ref name="transcon">{{cite web |title=Transmigration |work=Prevent Conflict |date=April 2002 |url=http://www.preventconflict.org/portal/main/background_transmigration.php | access-date=13-10-2006}}</ref>