Benito Mussolini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230209)) #IABot (v2.0.9.3) (GreenC bot
Doc Taxon (bicara | kontrib)
Tag: gambar rusak
Baris 340:
[[Berkas:Bundesarchiv Bild 183-R69173, Münchener Abkommen, Staatschefs.jpg|al=group portrait Edward Chamberlain, Édouard Daladier, Adolf Hitler, Mussolini, and Count Ciano, as they prepared to sign the Munich Agreement|jmpl|Dari kiri ke kanan: [[Neville Chamberlain|Chamberlain]], [[Edouard Daladier]], Hitler, Mussolini, dan Menteri Luar Negeri Italia [[Galeazzo Ciano]], sebelum menandatangani [[Persetujuan München|Persetujuan Munchen]]]]
Meskipun Mussolini pernah dipenjara akibat mengejek Perang Italia-Turki di Afrika sebagai sebuah "[[delirium tremens]] nasionalis" dan "perang penaklukkan yang menyedihkan", setelah [[Krisis Abyssinia]] tahun 1935–6 Italia kembali menginvasi [[Etiopia]] dalam [[Perang Italia-Etiopia Kedua]]. Perang ini meletus setelah insiden di perbatasan yang sering dimasuki tentara Italia akibat perbatasan yang tidak jelas antara Etiopia dan [[Somalia Italia]]. Sejarawan masih berdebat mengenai alasan jelas penyerangan Etiopia tahun 1935. Beberapa sejarawan Italia seperti Franco Catalano dan Giorgio Rochat menyebut bahwa invasi tersebut merupakan sejenis aksi [[imperialisme sosial]]; mereka berpendapat bahwa [[Depresi Besar]] telah amat merusak prestise Mussolini dan ia membutuhkan perang untuk mengalihkan perhatian masyarakat.<ref name="Kallis, Aristotle p. 124">Kallis, Aristotle ''Fascist Ideology'', London: Routledge, 2000 p. 124.</ref> Sejarawan lain, seperti Pietro Pastorelli, berpendapat bahwa invasi tersebut dilakukan sebagai bagian program ekspansionis untuk menjadikan Italia kekuatan utama di daerah Laut Merah dan Timur Tengah.<ref name="Kallis, Aristotle p. 124" /> MacGregor Knox, seorang sejarawan Amerika, memberikan jalur tengah: perang tersebut meletus akibat alasan-alasan luar negeri maupun dalam negeri; Mussolini memang memiliki rencana ekspansionis jarak jauh dan kemenangan kebijakan luar negeri Mussolini akan menggalakkan kemenangan fasisme di dalam negeri.<ref name="Kallis, Aristotle p. 124" /> Tentara Italia jauh lebih kuat dibandingkan tentara Abyssinia dan mereka menang dengan cepat. Kaisar [[Haile Selassie]] terpaksa meninggalkan negeri dan Italia masuk ke ibukota [[Addis Ababa]]; Mussolini memproklamirkan sebuah imperium pada bulan Mei 1936. Etiopia kemudian masuk ke dalam [[Afrika Timur Italia]].<ref name="Red">{{Cite news|date=8 Januari 2008|title=Ethiopia 1935–36|url=http://www.icrc.org/Web/eng/siteeng0.nsf/htmlall/5RUHGM?OpenDocument&View=defaultBody&style=custo_print|publisher=icrc.org|archive-url=https://web.archive.org/web/20061201235400/http://www.icrc.org/Web/Eng/siteeng0.nsf/htmlall/5RUHGM?OpenDocument&View=defaultBody&style=custo_print|archive-date=1 Desember 2006|url-status=dead}}</ref>
[[Berkas:Flag of PrimeMussolini Ministeras Capo del governo of ItalyFascist (1927-1943)Italy.svg|al=Mussolini's personal standard a gold fasces on blue flag|kiri|jmpl|Bendera pribadi Mussolini]]
Mussolini awalnya menganggap bahwa ia telah [[Perjanjian Prancis-Italia|dibolehkan melakukan apa saja]] oleh Premier Prancis, [[Pierre Laval]]. Ia juga percaya bahwa Britania dan Prancis akan memaafkannya karena ia melawan revisionisme Hitler di Front Stresa. Ia sebal ketika Liga Bangsa-bangsa menyatakan bahwa Britania dan Prancis berinisiatif mencanangkan sanksi ekonomi pada Italia.<ref>Brecher, Michael and Jonathan Wilkenfeld. ''Study of Crisis''. [[University of Michigan Press]], 1997. p. 109.</ref> Dalam pandangan Mussolini, gerakan tersebut adalah sebuah gerakan munafik yang biasa dilakukan kekuatan-kekuatan imperial kuno yang berniat mencegah ekspansi alamiah negara-negara yang lebih muda dan miskin seperti Italia.<ref>John Whittam. ''Fascist Italy''. Manchester, England; New York: Manchester University Press. p. 165.</ref> Faktanya, meskipun Britania dan Prancis memang mengkolonisasi beberapa bagian Afrika, [[Perebutan Afrika]] sudah lama selesai sejak awal abad ke-20. Kini, dunia internasional menolak ekspansi kolonialis dan aksi-aksi Italia pun dilawan. Belum lagi, Italia dikritik akibat menggunakan [[gas mustard]] dan [[fosgen]] dalam peperangannya, juga untuk pendekatannya yang sama sekali tidak berwelas asih kepada tentara gerilya musuh.<ref name="Red" /> Antara tahun 1936 dan 1941, dalam operasi-operasi yang diluncurkan untuk "mempasifikasi" Etiopia, tentara Italia membunuh ratusan ribu warga sipil Etiopia, totalnya kira-kira mencapai 7% populasi penduduk Etiopia.<ref>Sullivan, Barry "More than meets the eye: the Ethiopian War and the Origins of the Second World War" pp. 178–203 from ''The Origins of the Second World War Reconsidered: A.J.P. Taylor and the Historians'', London: Routledge, 1999 p. 188.</ref> Mussolini memerintahkan Marsekal [[Rodolfo Graziani]] "meluncurkan dan melakukan secara sistematis kebijakan teror dan penghabisan melawan para pemberontak dan penduduk yang memberontak".<ref name="Strang, Bruce p. 22">Strang, Bruce ''On the Fiery Maret'', New York: Praeger, 2003 p. 22.</ref> Mussolini secara pribadi memerintahkan Graziani membunuh seluruh populasi lelaki di atas 18 tahun di satu kota. Di distrik lain, ia memerintahkan bahwa "seluruh narapidana, para pembantunya dan orang-orang yang tidak pasti pidananya akan harus dibunuh" sebagai bagian dari "likuidasi bertahap" masyarakat.<ref name="Strang, Bruce p. 22" /> Mussolini beranggapan bahwa [[Gereja Ortodoks Timur]] menginspirasi orang Etiopia agar mau melawan. Ia kemudian memerintahkan agar seluruh pendeta Ortodoks menjadi target balas dendam serangan gerilya.<ref name="Strang, Bruce p. 22" /> Mussolini mencanangkan Hukum Dekrit 880, yang membuat [[amalgamasi]] menjadi kejahatan yang dapat dituntut lima tahun penjara. Mussolini mengirimkan pesan yang amat jelas bahwa ia tidak ingin tentara dan pejabat yang bertugas di Etiopia berhubungan seksual dengan perempuan Etiopia dalam kondisi apa pun. Ia percaya bahwa hubungan multirasial membuat tentaranya kesulitan membunuh orang Etiopia.<ref name="Strang, Bruce p. 22" /> Mussolini lebih mendukung kebijakan yang brutal, antara lain karena ia percaya bahwa Etiopia bukan sebuah negara; menurutnya, orang hitam terlalu bodoh untuk punya rasa nasionalitas dan dengan demikian kaum gerilyawan itu cuma "bandit".<ref name="Strang, Bruce p. 232">Strang, Bruce ''On the Fiery Maret'', New York: Praeger, 2003 p. 23.</ref> Alasan lain adalah Mussolini berencana membawa jutaan kolonis Italia ke dalam Etiopia dan ia perlu membunuh penduduk Etiopia untuk memberikan ruang kepada kolonis Italia. Alasan terakhir ini juga digunakan di Libya.<ref name="Strang, Bruce p. 232"/>