Konten dihapus Konten ditambahkan
Roby diery (bicara | kontrib)
Merapihkan artikel
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Amaikpiliang (bicara | kontrib)
Perbaikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 81:
 
== Etimologi ==
Ada tiga kemungkinan asal kata ''riau'' yang menjadi nama provinsi ini. Pertama, dari [[bahasa Portugis|kata Portugis]], ''[https://en.wiktionary.org/wiki/rio rio]'' berarti [[sungai]].<ref>[[Suwardi MS]] (1991). [http://www.worldcat.org/title/budaya-melayu-dalam-perjalanannya-menuju-masa-depan/oclc/29530430 ''Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180221035440/http://www.worldcat.org/title/budaya-melayu-dalam-perjalanannya-menuju-masa-depan/oclc/29530430 |date=2018-02-21 }}. [[Pekanbaru]]: Yayasan Penerbit MSI-Riau.</ref><ref name="Kondisisosbud-setneg">[http://www.indonesia.go.id/in/provinsi-riau/sosial-budaya/6022-kondisi-sosial-budaya-riau "Kondisi Sosial Budaya Provinsi Riau"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180304175653/http://indonesia.go.id/in/provinsi-riau/sosial-budaya/6022-kondisi-sosial-budaya-riau |date=2018-03-04 }}. Sekretariat Negara, diakses 17 Oktober 2013.</ref> Pada tahun 1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri [[Sungai Siak]], dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] yang melarikan diri setelah kejatuhan [[Kesultanan Malaka]].<ref>Schnitger, F. M., Fürer-Haimendorf, C. ., & Tichelman, G. L. (1939). ''[http://books.google.co.id/books/about/Forgotten_Kingdoms_in_Sumatra.html?id=dcYUAAAAIAAJ&redir_esc=y Forgotten kingdoms in Sumatra] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230124082749/https://books.google.co.id/books/about/Forgotten_Kingdoms_in_Sumatra.html?id=dcYUAAAAIAAJ&redir_esc=y&hl=id |date=2023-01-24 }}''. Leiden: E. J. Brill.</ref>
 
Versi kedua menyebutkan bahwa ''riau'' berasal dari kata ''riahi'' yang berarti air laut. Kata ini diduga berasal dari tokoh [[Sinbad al-Bahar]] dalam kitab [[Seribu Satu Malam]],<ref name="Kondisisosbud-setneg"/> dan versi ketiga menyebutkan bahwa kata ini berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata ''rioh'' atau ''riuh'', yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja.{{Butuh rujukan}}
Baris 107:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Sultan van Siak met rijksgroten in de afdeling Bengalis oostkust van Sumatra TMnr 60012313.jpg|kiri|jmpl|256px|Sultan Siak bersama para tetua adat di ''afdeling'' Bengkalis pada 1888. Siak menyerahkan Bengkalis kepada Belanda pada tahun 1873.]]
 
[[Kesultanan Siak Sri Inderapura]] didirikan oleh [[Raja Kecil]] dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada tahun 1723.<ref name="Andaya2">Leonard Y. Andaya (1972). ''[http://www.jstor.org/discover/10.2307/41492060?uid=2134&uid=2&uid=70&uid=4&sid=21102792685163 RAJA KECHIL AND THE MINANGKABAU CONQUEST OF JOHOR IN 1718] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230124082744/https://www.jstor.org/stable/41492060 |date=2023-01-24 }}''. ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'', Vol. 45, No. 2 (222), pp. 51-75</ref> Siak segera saja menjadi sebuah kekuatan besar yang dominan di wilayah Riau: atas perintah Raja Kecil, Siak menaklukkan [[Rokan]] pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di [[Pulau Bintan]].<ref name="Barnard">Barnard, T. P., (2003), ''[http://www.jstor.org/discover/10.2307/3351340?uid=2134&uid=2&uid=70&uid=4&sid=21102792685163 Multiple centres of authority: society and environment in Siak and eastern Sumatra, 1674-1827] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230124082758/https://www.jstor.org/stable/3351340 |date=2023-01-24 }}'', KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.</ref> Namun keagresifan Raja Kecil ini segera ditandingi oleh orang-orang Bugis pimpinan Yang Dipertuan Muda dan Raja Sulaiman. Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan di lepas pantai timur Sumatra di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali dan menaklukkan beberapa kawasan di [[Semenanjung Malaya]].<ref>{{Citation | author1=Ryan, N. J. (Neil Joseph) | title=The making of modern Malaysia and Singapore : a history from earliest times to 1966 | URL=http://books.google.co.id/books/about/The_making_of_modern_Malaysia_and_Singap.html?id=naJuAAAAMAAJ&redir_esc=y | publication-date=1969 | publisher=Oxford University Press | edition=4th ed., rev | isbn=978-0-19-638120-6 | accessdate=2013-10-18 | archive-date=2023-01-24 | archive-url=https://web.archive.org/web/20230124082753/https://books.google.co.id/books/about/The_making_of_modern_Malaysia_and_Singap.html?id=naJuAAAAMAAJ&redir_esc=y&hl=id | dead-url=no }}</ref>
 
Pada akhir abad ke-18, Siak telah menjelma menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur [[Sumatra]]. Pada tahun 1761, [[Sultan Abdul Jalil Syah III]] mengikat perjanjian eksklusif dengan [[Belanda]], dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan. Walau kemudian muncul dualisme kepemimpinan di dalam tubuh kesultanan yang awalnya tanpa ada pertentangan di antara mereka, Raja Muhammad Ali, yang lebih disukai Belanda, kemudian menjadi penguasa Siak, sementara sepupunya Raja Ismail, tidak disukai oleh Belanda, muncul sebagai ''Raja Laut'', menguasai perairan timur Sumatra sampai ke [[Laut Cina Selatan]], membangun kekuatan di gugusan [[Pulau Tujuh]].<ref name="Barnard1">Barnard, T.P., ''[http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=5365E9E69F47A7FB44C03D5C80572F47.journals?fromPage=online&aid=90305 Texts, Raja Ismail and Violence: Siak and the Transformation of Malay Identity in the Eighteenth Century] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131028223920/http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=5365E9E69F47A7FB44C03D5C80572F47.journals?fromPage=online&aid=90305 |date=2013-10-28 }}'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32, No. 3 (Oct., 2001), pp. 331-342.</ref> Tahun 1780, Siak menaklukkan daerah [[Langkat]], termasuk wilayah [[Deli]] dan [[Serdang]]. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama mereka dengan [[VOC]], pada tahun 1784 Siak membantu tentara Belanda menyerang dan menundukkan [[Selangor]], dan sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan [[Raja Haji Fisabilillah]] di [[Pulau Penyengat]].
Baris 133:
 
==== Masa Orde Baru ====
Setelah jatuhnya Orde Lama, Riau menjadi salah satu tonggak pembangunan ekonomi Orde Baru yang kembali menggeliat.<ref name="Orba">Samad, R. S., & Zulkarnain (2010). ''[http://books.google.co.id/books/about/Negara_dan_masyarakat.html?id=_VJdewAACAAJ&redir_esc=y Negara dan masyarakat: Studi penetrasi negara di Riau Kepulauan masa Orde Baru] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230124082817/https://books.google.co.id/books/about/Negara_dan_masyarakat.html?id=_VJdewAACAAJ&redir_esc=y&hl=id |date=2023-01-24 }}''. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.</ref> Pada tahun 1944, ahli geologi NPPM, [[Richard H. Hopper]] dan [[Toru Oki]] bersama timnya menemukan sumur minyak terbesar di Asia Tenggara yaitu di [[Minas, Siak]]. Sumur ini awalnya bernama ''Minas No. 1''. Minas terkenal dengan jenis minyak Sumatra Light Crude (SLC) yang baik dan memiliki kadar belerang rendah.<ref>[http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/geliat-industri-hulu-minyak-indonesia "Geliat Industri Hulu Minyak Indonesia"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131104042109/http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/08/geliat-industri-hulu-minyak-indonesia |date=2013-11-04 }}. ''[[National Geographic]] Indonesia'', diakses 23 Oktober 2013</ref> Pada masa awal 1950-an, sumur-sumur minyak baru ditemukan di Minas, Duri, Bengkalis, [[Pantaicermin, Tapung, Riau|Pantaicermin]], dan Petapahan. Eksploitasi minyak bumi di Riau dimulai di Blok Siak pada September 1963, dengan ditandatanganinya kontrak karya dengan PT California Texas Indonesia (kini menjadi [[Chevron Pacific Indonesia]]).<ref>[http://www.antarariau.com/berita/25720/perebutan-secuil-ladang-di-negeri-kaya-minyak-(bagian-1).html "Perebutan Secuil Ladang di Negeri Kaya Minyak"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160331080246/http://www.antarariau.com/berita/25720/perebutan-secuil-ladang-di-negeri-kaya-minyak-(bagian-1).html |date=2016-03-31 }}.''[[ANTARA]]'', 26 Maret 2013. Diakses 23 Oktober 2013.</ref> Provinsi ini sempat diandalkan sebagai penyumbang 70 persen dari produksi minyak nasional pada tahun 1970-an.<ref name="tinggalsejarah">[http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=92483 "Sumur Minyak di Riau Tinggal Sejarah"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305055518/http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=92483 |date=2016-03-05 }}. ''[[JPNN]]'', 19 Mei 2011. Diakses 23 Oktober 2013</ref>
 
Riau juga menjadi tujuan utama program [[transmigrasi]] yang dicanangkan oleh pemerintahan [[Soeharto]]. Banyak keluarga dari [[Pulau Jawa]] yang pindah ke perkebunan-perkebunan [[kelapa sawit]] yang baru dibuka di Riau, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri yang kini berjumlah cukup signifikan.<ref>[http://finance.detik.com/read/2012/05/03/100547/1907819/4/80-petani-sawit-di-riau-transmigran-asli-jawa "80% Petani Sawit di Riau Transmigran Asli Jawa"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141211095953/http://finance.detik.com/read/2012/05/03/100547/1907819/4/80-petani-sawit-di-riau-transmigran-asli-jawa |date=2014-12-11 }}. ''[[Detik.com]]'', 3 Mei 2012. Diakses 23 Oktober 2013.</ref>
Baris 140:
Pada tahun 1999, [[Saleh Djasit]] terpilih menjadi putra daerah asli Riau kedua (selain [[Arifin Achmad]]) dan pertama dipilih oleh DPRD Provinsi sebagai gubernur. Pada tahun 2003, mantan Bupati Indragiri Hilir, [[Rusli Zainal]], terpilih menjadi gubernur, dan terpilih kembali lewat pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2008. Mulai tanggal 19 Februari 2014, Provinsi Riau secara resmi dipimpin oleh gubernur, [[Annas Maamun]]. Baru memimpin 7 Bulan, Annas Maamun dilengserkan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menangkap Tangan Annas Maamun dalam kasus Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Kuansing. Saat ini provinsi Riau dipimpin oleh [[Arsyadjuliandi Rachman]] (Andi Rachman).
 
Setelah kejatuhan Orde Baru, Riau menjadi salah satu sasaran provinsi yang akan dimekarkan. Pada tahun 2002, pemerintah menetapkan pemekaran [[Kepulauan Riau]] yang beribu kota di [[Tanjung Pinang]], dari provinsi Riau.<ref>[http://www.setneg.go.id ]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120130185716/http://www.setneg.go.id/ |date=2012-01-30 }}<span> [<nowiki>http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=294&filename=UU_no_25_th_2002.pdf</nowiki> "UU Nomor 25 Tahun 2002"]</span> {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120516111800/http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=294&filename=UU_no_25_th_2002.pdf |date=2012-05-16 }}. Situs resmi Sekretariat Negara Republik Indonesia, diakses 26 Oktober 2013</ref>
 
== Kondisi dan sumber daya alam ==
Baris 153:
 
=== Suku bangsa ===
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Berdasarkan [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]] menunjukkan bahwa [[Suku Melayu]] adalah masyarakat terbesar dengan komposisi 33,20% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Suku bangsa lainnya yaitu [[Suku Jawa|Jawa]] (29,20%), [[Suku Batak|Batak]] (12,55%), [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] (12,29%), [[Suku Banjar|Banjar]] (4,13%), [[Suku Bugis|Bugis]] (1,95%), [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] (1,85%), [[Suku Sunda|Sunda]] 1,42%, [[Suku Nias|Nias]] 1,30%, dan suku Lainnya 2,11%.<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=23 Oktober 2021|pages=23, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref> Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, bagian selatan Rokan Hilir, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka</ref>
 
[[Berkas:Rumah Melayu Bangkinang.JPG|jmpl|300px|ka|[[Bangkinang (kota)|Rumah Melayu Bangkinang]] di Pekanbaru]]
Baris 252:
Bahasa Melayu, yang dikenal sebagai bahasa Melayu Riau, merupakan bahasa yang dipertuturkan secara luas oleh etnis [[Suku Melayu|Melayu]] yang merupakan penduduk asli Riau khususnya di daerah pesisir, seperti [[Kabupaten Rokan Hilir|Rokan Hilir]], [[Bengkalis]], [[Kota Dumai|Dumai]], [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Indragiri Hulu|Indragiri Hulu]], [[Kabupaten Indragiri Hilir|Indragiri Hilir]] dan di sekitar pulau-pulau. Menurut Sensus 2010, bahasa Melayu dipertuturkan oleh 1,8 juta penduduk.<ref name=":6" />
 
Bahasa Minangkabau dipergunakan secara luas di bagian barat Riau yang berbatasan dengan Sumatra Barat dan sebagai bahasa perniagaan di perkotaan. Selain dipakai oleh pendatang dari Sumatra Barat, bahasa ini juga dipertuturkan oleh penduduk asli [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], dan [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]]. Ketiga daerah tersebut mempunyai budaya yang serumpun dengan daerah tetangganya di Sumatra Barat, serta mempunyai dialek tersendiri. Pada umumnya, penutur asli tersebut tidak menyebutkan bahasanya sebagai bahasa Minang, tapi sebagai bahasa tersendiri.<ref>Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) ''Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985).'' Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131033747/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/1685/ |date=2021-01-31 }}</ref><ref>Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) ''persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h.'' Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210130022127/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/3413/ |date=2021-01-30 }}</ref><ref name=":4">{{Cite web|title=Kampar, antara Melayu dan Minangkabau - WACANA|url=http://www.wacana.co/2017/02/kampar-antara-melayu-dan-minangkabau/|website=www.wacana.co|language=Indonesia|access-date=2018-07-03}}{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui ([[:Kategori:Pemeliharaan CS1: Bahasa nan tidak diketahui|link]])</ref> Dialek-dialek Minang yang tersebar di Riau antara lain, [[Bahasa Kampar|dialek Kampar]] (''bahaso Ocu''),<ref>Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. ''Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung''. 30 November 2011: 1-18. [https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180817023105/https://anzdoc.com/bahasa-ocu-akulturasi-antara-bahasa-minangkabau-dengan-bahas.html |date=2018-08-17 }}</ref><ref name=":12">Said, C., (1986), ''Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.</ref> [[Dialek Kuantan|dialek Kuantan Singingi]], dialek Rokan, dialek Basilam, dan dialek Indragiri.<ref>Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. ''Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau''. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180812115450/http://118.98.223.79/petabahasa/infobahasa2.php?idb=20&idp=Riau|date=2018-08-12}}</ref> Menurut Sensus 2010, bahasa Minangkabau dipertuturkan oleh 272 ribu penduduk.<ref name=":6">Sugono, Dendy, Sasangka, S.S.T. Wisnu, Rivay, Ovi Soviaty, et al., 2017. ''Bahasa dan peta bahasa di Indonesia.'' Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ISBN 9786024373762 [http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210131022024/http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/7191/ |date=2021-01-31 }}</ref>
 
Bahasa-bahasa dari [[Rumpun bahasa Batak|Rumpun Bahasa Batak]], juga dipertuturkan di provinsi Riau. Khususnya [[bahasa Mandailing]] yang dipertuturkan luas di Kabupaten Rokan Hulu.<ref name=":0" />