Kerajaan Pagaruyung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amaikpiliang (bicara | kontrib)
Perbaikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Amaikpiliang (bicara | kontrib)
Perbaikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 141:
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara [[Kaum Padri]] dan [[Kaum Adat]]. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya Kaum Padri dibawah pimpinan [[Tuanku Pasaman]] menyerang Pagaruyung pada tahun 1815. [[Muning Alamsyah dari Pagaruyung|Sultan Arifin Muningsyah]] terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan ke [[Lubuk Jambi, Kuantan Mudik, Kuantan Singingi|Lubuk Jambi]].<ref>{{cite book|last=Francis||first=E.|title=Herinneringen uit den Levensloop van een Indisch Ambtenaar van 1815 tot 1851: Medegedeeld in briefen door E. Francis|publisher=van Dorp|year=1859}}</ref><ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>
 
Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada [[Belanda]], dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan [[Inggris]] sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka.<ref name="Amran"/> Pada tanggal [[10 Februari]] [[1821]]<ref name="Stuers">{{cite book|last=Stuers||first=H.J.J.L.|coauthor= Veth, P.J.|title=De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra|publisher=P.N. van Kampen|year=1849}}</ref> [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan TangkalTunggul Alam Bagagarsyah]], yaitu kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yang berada di [[Padang]],<ref name="Dobbin"/> beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerja sama dalam melawan Kaum Padri. Walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung.<ref name="Amran"/> Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda.<ref name="Kep" /> Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari Kaum Padri, pada tahun 1824 atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah kembali ke Pagaruyung, tetapi pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah, raja terakhir di Minangkabau ini, wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung.<ref name="Dobbin"/>
 
[[Berkas:Naar-beide-zijden-front.jpg|jmpl|kiri|250px|Pasukan Belanda dan [[Kaum Padri|Padri]] saling berhadapan di medan perang. Lukisan sekitar tahun 1900.]]