Lie Kim Hok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Guru dan penerbit: Perbaikan info
Baris 28:
'''Lie Kim Hok''' ({{zh|c=李金福|p=Lǐ Jīnfú|poj=Lì Kim-hok}}, {{lahirmati|[[Bogor]], [[Jawa Barat]]|1|11|1853|[[Jakarta|Batavia]]|6|5|1912}}), adalah seorang [[guru]], [[penulis]], dan [[pekerja sosial]] berlatar belakang [[Tionghoa peranakan]] yang aktif di [[Hindia Belanda]] dan disebut sebagai "bapak [[sastra Tionghoa Melayu]]". Lahir di Buitenzorg (sekarang [[Bogor]]), [[Jawa Barat]], Lie lalu menempuh pendidikan formal di sekolah-sekolah misionaris, sehingga pada dekade 1870-an, ia telah fasih untuk berbicara dalam bahasa [[bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa dagang dan kreol Melayu|Melayu]], dan [[bahasa Belanda|Belanda]], tetapi belum dapat memahami [[bahasa Mandarin]]. Pada pertengahan dekade 1870-an, Lie menikah dan mulai bekerja sebagai editor di dua majalah yang diterbitkan oleh guru dan mentornya, yakni D. J. van der Linden. Pada tahun 1880, Lie berhenti dari pekerjaan tersebut, dan setahun kemudian, istrinya meninggal. Pada tahun 1884, Lie menerbitkan buku-buku pertamanya, termasuk [[syair]] ''[[Sair Tjerita Siti Akbari]]'' dan buku tata bahasa ''[[Malajoe Batawi]]''. Setelah van der Linden meninggal pada tahun 1885, Lie membeli perusahaan percetakan milik van der Linden dan mendirikan perusahaannya sendiri.
 
Mulai tahun 1885 hingga 1887, Lie pun menerbitkan sejumlah buku, termasuk ''[[Tjhit Liap Seng]]'', yang dianggap sebagai novel Tionghoa Melayu pertama. Ia juga mengakuisisi hak untuk mencetak ''[[Pembrita Betawi]]'', sebuah surat kabar yang berbasis di Batavia, sehingga ia pindah ke kota tersebut. Setelah menjual perusahaan percetakannya pada tahun 1887, Lie bekerja di berbagai bidang hingga akhirnya menemukan pekerjaan tetap pada tahun 1890 di sebuah penggilingan beras[[gabah]] yang dioperasikan oleh seorang temannya. Pada tahun 1891, Lie menikahi Tan Sioe Nio dan kemudian dikaruniai empat orang anak. Pada dekade 1890-an, Lie menerbitkan dua buku, dan pada tahun 1900, Lie menjadi anggota pendiri dari [[Tiong Hoa Hwe Koan]] (THHK). Lie lalu keluar dari THHK pada tahun 1904. Lie kemudian fokus melakukan penerjemahan dan kerja sosial hingga akhirnya meninggal akibat [[tifus]] pada usia 58 tahun.
 
Lie dianggap memberikan pengaruh pada jurnalisme, linguistik, dan sastra di Hindia Belanda, serta paling dikenal berkat karya sastranya. Sejumlah tulisannya juga telah dicetak beberapa kali. ''Sair Tjerita Siti Akbari'' bahkan telah diadaptasi menjadi drama panggung dan [[Siti Akbari|film layar lebar]]. Namun, akibat [[politik bahasa]] di Hindia Belanda dan Indonesia, karya-karyanya menjadi terpinggirkan. Saat sejumlah tulisannya terungkap sebagai adaptasi dari karya yang telah ada tanpa menyebutkan nama penulis aslinya, Lie pun mendapat kritik karena karyanya tidak asli. Walaupun begitu, kritikus lain menemukan bukti adanya inovasi dalam gaya penulisan dan penanganan alurnya.
Baris 56:
 
== Tiong Hoa Hwe Koan, penerjemahan, dan kematian ==
Pada tahun 1890, Lie mulai bekerja sebagai [[penyelia]] di penggilingan gabah yang dioperasikan oleh temannya, Tan Wie Siong. sebagaiPekerjaan seorangtersebut petinggi; pekerjaan ini akanpun menjadi sumber pendapatan utama daribagi pendapatannya selamaLie sisahingga hidupnyameninggal. PadaSetahun tahun berikutnyakemudian, iaLie menikahi Tan Sioe Nio, juniornya yang berumurberusia dua puluh20 tahun. Pasanganlebih barumuda. tersebutKeduanya memilikipun hidup dengan nyaman: gajinya mencukupi, dankarena pekerjaannyapekerjaan Lie tidak menghabiskan banyak tenaga dan gajinya cukup. IaUntuk mendorongmenambah pendapatannya, Lie agarkemudian kembali melakukan penerjemahan, dari bahasa Belanda ke bahasa Melayu atauataupun sebaliknya. Terkadang ia juga menerjemahkan surat tanah atau dokumen sahhukum lainnya. DiSelain lain waktuitu, ia juga menerjemahkan karya-karya sastra.,{{sfn|Tio|1958|pp=57–59}} Karya-karya tersebut meliputitermasuk ''De Graaf de Monte Cristo'' pada tahun 1894, sebuahyang merupakan terjemahan dari ''[[The Count of Monte Cristo|Le Comte de Monte-Cristo]]'' pada tahun 1894 karya [[Alexandre Dumas]],. Terjemahan yangtersebut ia selesaikan dalammelalui kerjasamanyakolaborasi dengan jurnalis [[orang Indo|Indo]], F. Wiggers.{{sfn|Tio|1958|pp=84–86}} DuaTerjemahan diantaranyatersebut meliputijuga dilengkapi dengan [[catatan kaki]] yanguntuk mendeskripsikan aspek kebudayaan Eropa yang mereka anggapdianggap sulit untuk dimengerti bagioleh para pembaca non-Eropa.{{sfn|Jedamski|2002|p=30}} Tiga tahun kemudian, Lie menerbitkan ''Hikajat Kong Hoe Tjoe'', sebuah buku tentangmengenai pengajaranajaran [[Konghucu]].{{sfn|Adam|1995|p=73}} IsinyaIsi buku tersebut berasal dari penulisantulisan-tulisan orang Eropa mengenai [[Konfusianisme]] dan pemaparan dari penjelasan teman-temannyateman Lie.{{sfn|Tio|1958|p=73}}
 
[[Berkas:Phoa Keng Hek.jpg|jmpl|alt=Sebuah foto hitam-putih seorang pria Tionghoa mengenakan jas menghadap ke depan|Bekas teman sekolah LieyangLie yang bernama [[Phoa Keng Hek]], salah satu pendiri [[Tiong Hoa Hwe Koan]].]]
DenganPada sembilantahun belas1900, bersama 19 orang beretnisetnis Tionghoa lainnya, termasuk bekasmantan teman sekolah-nyasekolahnya yang bernama [[Phoa Keng Hek]], Lie adalahmendirikan seorangorganisasi pembentukansosial keanggotaandan sistem sekolah dan organisasi sosial [[Tiong Hoa Hwe Koan]] (THHK) pada tahun 1900.{{sfn|Adam|1995|p=72}} BerusahaDitujukan untuk memperjuangkanmempromosikan hak asasi etnis Tionghoa padayang waktusaat itu ketika mereka [[Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia|dianggap sebagai warga kelas dua]]{{efn|Pada masa tersebut pemerintahan kolonial Belanda membagi tiga kelompok, setiap kelompok memiliki hak-hak yang berbeda. Tingkat tertinggi adalah orang-orang Eropa, diikuti dengan etnis Tionghoa dan "timur asing" lainnya. Kelompok etnis pribumi, meliputi Sunda dan [[orang Jawa|Jawa]], berada di tingkat terbawah {{harv|Tan|2008|p=15}}.}} dan menetapkan standardisasimenyediakan pendidikan formal terstandar kepada para pelajar beretnis Tionghoa diyang manatidak Belandadisediakan tidakoleh melakukannyaBelanda, organisasi tersebut berdasarkandidasarkan pada pengajaranajaran Konghucu dan membuka sekolah-sekolah yang terbuka untuk laki-laki danmaupun perempuan. THHK bergeraklalu cepattumbuh pesat dan masukberkembang ke dalamsejumlah bidang-bidang. yangLie berbeda, dan Liepun membantu pembentukan kelompokklub debat, kelompokdan klub olahraga, danserta penyelenggaraan acara amal dan konser amal.{{sfn|Tio|1958|pp=63–71}} DariMulai tahun 1903 sampaihingga 1904, Lie menjadiadalah anggotapengurus pada badan tersebutTHHK, utamanyadan terutama bertugasbertindak sebagai bendaharanyabendahara.{{sfn|Setyautama|Mihardja|2008|pp=253–254}}
 
Lie meninggalkan THHK pada 1904, tetapi ia tetap aktif dalam karya sosial. Meskipun kesehatannya buruk,{{sfn|Tio|1958|p=59}} ia menulis opini untuk harian ''Sin Po'' dan ''Perniagaan''.{{sfn|Tio|1958|pp=58–59, 82–83}} Ia juga melakukan penerjemahan secara ekstensif. Pada 1905, Lie menerbitkan volume pertama dari novel bertemakan Tionghoa terakhir buatannya, ''Pembalasan Dendam Hati''. Diikuti oleh ''Kapitein Flamberge'', sebuah terjemahan dari ''Le Capitaine Belle-Humeur'' karya [[Paul Saunière]], pada tiga tahun kemudian. Pada tahun-tahun setelahnya, ia menerjemahkan beberapa buku yang menampilkan karakter petualang fiktif yang bernama [[Rocambole (karakter)|Rocambole]] karya [[Pierre Alexis Ponson du Terrail]], dimulai dengan ''Kawanan Pendjahat'' pada 1910. Dua terjemahan terakhir diterbitkan di surat kabar dan diluncurkan sebagai sebuah novel setelah kematian Lie: ''Geneviève de Vadans'', dari sebuah buku yang berjudul ''De Juffrouw van Gezelschap'', dan ''Prampoean jang Terdjoewal'', dari ''Dolores, de Verkochte Vrouw'' karya Hugo Hartmann. Sisa-sisa terjemahan diselesaikan oleh seorang jurnalis bernama Lauw Giok Lan.{{sfn|Tio|1958|pp=84–86}}