Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
→‎Hubungan dengan kekuatan regional: added link from portal britannica
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 163:
[[Kerajaan Panjalu]] yang berkuasa di [[Jawa]] bersama dengan [[Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]] yang berbasis di [[Sumatera]] sepanjang abad ke 12 hingga ke-13, tampaknya telah mempertahankan hubungan perdagangan dengan [[Tiongkok]] dan sampai batas tertentu dengan [[India]]. Catatan Cina mengidentifikasi kerajaan ini sebagai ''Tsao-wa'' atau ''Chao-wa'' (Jawa), sejumlah catatan Tiongkok menandakan bahwa penjelajah dan pedagang [[Cina]] sering mengunjungi kerajaan ini. Hubungan dengan India adalah hubungan budaya, karena sejumlah Rakawi ''(penyair atau sarjana)'' Jawa menulis literatur yang diilhami oleh mitologi, kepercayaan, dan epos [[Hindu]] seperti [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]].
 
Pada abad ke-11, hegemoni [[Sriwijaya]] di kepulauan [[Indonesia]] mulai menurun, ditandai dengan invasi Rajendra Chola dari [[Kerajaan Chola]] ke [[Semenanjung Malaya]] dan [[Sumatera]]. Melemahnya hegemoni Sriwijaya telah memungkinkan terbentuknya kerajaan-kerajaan [[regional]], seperti Panjalu, yang berbasis pertanian daripada perdagangan. Belakangan Kerajaan Kadiri berhasil menguasai jalur perdagangan rempah-rempah ke [[Maluku]].<ref>https://www.britannica.com/place/Kadiri</ref>
 
''Menurut berita Cina, dan kitab Ling-wai-tai-ta diterangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-orang memakai kain sampai di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka bersih dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan hijau. Raja mengenakan pakaian sutra, sepatu kulit dan perhiasan emas berukir. Rambutnya disanggul tinggi-tinggi di atas kepala. Setiap hari, dia akan menerima pejabat negara, dan menjalankan kerajaannya, di atas takhta persegi. Setelah pertemuan, pejabat negara akan membungkuk tiga kali kepada raja. Jika raja bepergian ke luar istana, raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai 700 tentara dan pejabat, sementara rakyatnya, orang-orang Panjalu, bersujud saat raja lewat. Tiga pangeran ditunjuk sebagai asisten raja. Ada pejabat bergelar simajie dan luojielian (rakryan). Mereka mengelola urusan negara bersama-sama seperti menteri utama di pusat, tetapi tidak memiliki gaji tetap, dihadiahi hasil bumi asli dan barang-barang lainnya. Di bawah mereka ada tiga ratus atau lebih juru tulis yang didelegasikan administrasi kota, perbendaharaan negara, lumbung, dan tentara. Para komandan militer dibayar dua puluh tael emas setahun. Tentara memiliki 30.000 tentara yang juga dibayar dengan jumlah emas yang bervariasi setiap tahun. Adat di negeri ini adalah melangsungkan akad nikah tanpa menggunakan mak comblang. Pihak keluarga laki-laki cukup memberikan hadiah berupa emas kepada keluarga pihak perempuan untuk dinikahkan. Mereka tidak menetapkan hukuman untuk sebagian besar kejahatan. Pihak yang bersalah hanya menebus dirinya dengan membayar denda dalam bentuk emas yang besarnya tergantung dari keseriusan kejahatannya. Hanya perampokan yang dihukum mati.