Nomo Koeswoyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Noorrandi (bicara | kontrib)
k date of birth
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
}}
 
'''Koesnomo bin Koeswoyo''' atau '''Nomo Koeswoyo''' (21 Januari 1939 – 15 Maret 2023) adalah salah satu musikus Indonesia dari grup [[Koes Bersaudara]] yang beranggotakan kakak beradik keluarga Koeswoyo. Pada grup tersebut ia berposisi sebagai [[Drum|drummer]].
 
== Masa Kecil ==
Nomo Koeswoyo adalah anak kelima dari sembilan bersaudara keturunan pasangan Raden Koeswoyo (1909–2000) dan Rr. Atmini (1912–1969) di [[Kabupaten Tuban|Tuban]], [[Jawa Timur]]. Ia adalah adik dari [[Tonny Koeswoyo]] (1936–1987) dan kakak dari [[Yon Koeswoyo]] (1940–2018) dan [[Yok Koeswoyo]] (lahir 1943). Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ke -7 keturunan (trah) [[Sunan Muria]] di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada zaman penjajahan Belanda saat itu.
 
Masa kecil Nomo dilalui di kota [[Tuban]], [[Jawa Timur]] bersaudara saudara-saudaranya. Tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke [[Jakarta]] mengikuti mutasi Sang ayah berkarier hingga pensiun sebagai [[Pegawai negeri sipil|pegawai negeri]] di Kementrian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, [[Kebayoran baru]], Jakarta Selatan.
 
Dalam keluarganya ia biasa dipanggil dengan sebutan Nom. Pada masa remajanya ia dikenal bandel dan berjiwa keras, sehingga kerap berkelahi dengan temannya di luar. Ia adalah satu-satunya anak Koeswoyo yang pernah dipukul sampai pingsan oleh ayahnya karena kenakalannya. Ia juga pernah dipukul kepalanya dengan kayu kaso oleh adiknya Yok, sewaktu mereka bertengkar. Ia pula di antara saudara-saudaranya yang sempat merantau ke beberapa kota untuk mencari kerja, selepas menyelesaikan pendidikan SMA di Jakarta. Ia menyelesaikan sekolahnya di SMP XI dan SMA Taman Madya, di Jakarta. Ayahnya berharap Nomo menjadi sarjana, tapi Nomo ingin bekerja setamat sekolah menengah atas. Ayahnya tak mengizinkan, lalu Nomo memilih berkelana.<ref name="anton-djakarta.blogspot.com">http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html</ref> Hal itu dilakoninya mulai dari [[Surabaya]] sampai ke [[Belawan]], [[Sumatra Utara]]. Pekerjaan kasar dilakukan demi mencari kehidupan yang lebih baik, di antaranya sebagai tukang sapu, bersih-bersih rumah juragan genteng di Surabaya, sampai menjadi buruh kasar di luar pulau.<ref>http://tosuto.blogspot.com/2009/02/data-data-pribadi-1974.html</ref> Hal itu memompa kuat semangatnya untuk menjadi seorang yang berkepribadian tangguh.