Jabal an-Nur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Syahira Rizkia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 29:
 
''Jabal an-Nuur'' (disebut juga '''Jabal an-Nur''' atau '''Jabal Nur'''), atau diartikan dalam [[bahasa Arab]] جبل النور sebagai "Gunung Cahaya", adalah sebuah gunung dekat kota [[Mekkah]] di Hejaz, [[Arab Saudi]]<ref>{{cite web|title=Jabal al-Nour (The Mountain Of Ghar Hira (Cave of Hira)| url=http://mecca.net/muslim-videos/jabal-al-nour-the-mountain-of-light-and-cave-of-hira/#/video/first-revelation-cave-of-hira | work=16 September 2015}}</ref> Gunung ini menjadi salah satu tempat yang paling istimewa dan sering dikunjungi di kota Mekkah. Di gunung ini terdapat sebuah goa kecil berukuran 1,75 hasta yang dikenal sebagai ''Ghar Hira'' atau [[Gua Hira]].<ref>Mubārakfūrī, Ṣafī -R. Ar-Raheeq Al-Mak̲h̲tūm = The Sealed Nectar: biography of the noble prophet. Riyadh, Saudi Arabia, 2002. Print.</ref> Gunung ini memiliki tinggi 640 meter. Gunung ini juga dipercaya umat Muslim sebagai tempat di mana Nabi Islam [[Muhammad]] menerima wahyu pertama dari Allah melalui [[Malaikat]] [[Jibril]].
 
== Sejarah ==
Ketika mengunjungi Makkah atau melaksanakan ibadah haji dan umrah, Jabal Nur adalah tempat yang familiar bagi kaum Muslimin. Tempat ini menjadi saksi atas munajat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jabal Nur memiliki ketinggian sekitar 624 meter di atas permukaan laut dengan batuan yang terjal melapisi permukaannya, dan kemiringannya mencapai sekitar 60 derajat. Puncak Jabal Nur setinggi sekitar 200 meter dengan bentuk puncak yang tajam, dan diperlukan sekitar setengah jam untuk mendekatinya.<ref name=":0">{{Cite web|last=Aaron|date=2023-11-17|title=Sejarah Lengkap Jabal Nur » Nabawi Mulia - Umroh jogja dan Haji Khusus Jogja|url=https://www.nabawimulia.co.id/sejarah-lengkap-jabal-nur/|language=en-US|access-date=2024-02-29}}</ref>
 
Dari puncak Jabal Nur, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah kota Makkah dari ketinggian, termasuk Masjidil Haram yang terlihat jelas tanpa ada gangguan dari gedung-gedung tinggi. Untuk mengunjungi Jabal Nur, perjalanan harus dilakukan ke arah utara dari kota Makkah, dengan jarak sekitar 5 km dari Masjidil Haram.<ref name=":0" />
 
Nama Jabal Nur berasal dari arti "gunung yang bercahaya". Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering mengunjungi Jabal Nur, terutama di dalam Gua Hira, tempat beliau menyendiri dan merenungkan dari keramaian kota Makkah. Gua Hira adalah tempat di mana malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyampaikan wahyu pertama dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah wahyu pertama turun, melalui serangkaian peristiwa panjang, Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul hingga Isra dan Mi’raj.<ref name=":1">{{Cite web|date=2022-06-03|title=Jabal Nur, Titik Awal Nabi Muhammad SAW Diangkat Jadi Nabi Terakhir - Indonesiainside.id|url=https://indonesiainside.id/alamaak/2022/06/03/jabal-nur-titik-awal-nabi-muhammad-saw-diangkat-jadi-nabi-terakhir|language=id|access-date=2024-02-29}}</ref>
 
Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Gua Hira menjadi titik awal cahaya Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Beliau, dengan wahyu-Nya, mampu mengatasi kegelapan dan kesesatan yang melanda bumi pada masa itu dan bahkan hingga akhir zaman. Pemilihan nama Jabal Nur atau Gunung Cahaya untuk tempat yang biasa digunakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk merenung dan menerima wahyu tersebut tidaklah mengherankan mengingat peran vital Gua Hira dalam sejarah Islam.<ref name=":1" />
 
Alasan Rasulullah memilih berkhalwat di Gua Hira, Jabal Nur, dapat dipahami dari kecenderungannya sejak kecil untuk menyendiri. Beliau tidak suka bergaul ramai-ramai dan hal ini berlanjut hingga dewasa. Saat mencapai usia 40 tahun, keinginan Rasulullah untuk menjauh dari keramaian semakin kuat, dan Gua Hira di Jabal Nur menjadi tempat ideal untuk berkhalwat.<ref name=":0" />
 
Akses ke Gua Hira memerlukan perjalanan mendaki gunung selama sekitar satu jam. Gua tersebut mampu menampung empat hingga lima orang, memiliki kondisi gelap karena sedikit cahaya matahari yang dapat masuk. Dengan tinggi yang sebatas berdiri, jika tidak ada bangunan tinggi di Masjidil Haram, pengunjung dapat melihat Ka’bah dari mulut gua bagian belakang.<ref name=":0" />
 
== Penamaan ==