Sejarah Indramayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Miminsastra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor |
Miminsastra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 7:
Pada asal mula penghuni pertama daerah ini adalah bangsa Austronesia<ref name="Gray-et-al2009">{{cite journal | doi = 10.1126/science.1166858 | last1 = Gray | first1 = RD | last2 = Drummond | first2 = AJ | last3 = Greenhill | first3 = SJ | year = 2009 | title = Language Phylogenies Reveal Expansion Pulses and Pauses in Pacific Settlement | journal = Science | volume = 323 | issue = 5913| pages = 479–483 | pmid = 19164742 }}</ref><ref name="Diamond-2000">{{cite journal | doi = 10.1038/35001685 | last1 = Diamond | first1 = JM | year = 2000 | title = Taiwan's gift to the world | journal = Nature | volume = 403 | issue = 6771| pages = 709–710 | pmid = 10693781 }}</ref> yang datang dari [[penduduk asli Taiwan|Taiwan]] atau Yunan sejak periode 2000 SM, sampai 500 SM<ref>{{Cite web|last=|title=mengetahui asal usul lahirnya suku jawa|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/04/07/mengetahui-asal-usul-lahirnya-suku-jawa/|access-date=2020-4-7}}</ref>. Hal itu dapat diketahui melalui Genetika Manusia atau DNA <ref>{{Cite web|last=|title=Pemetaan Genetika Manusia|url=http://assets.kompas.com/data/photo/2015/10/12/1113035menyusuri-jejak-leluhur780x390.JPG/|access-date=2016-2-23|archive-date=2016-02-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20160223131403/http://assets.kompas.com/data/photo/2015/10/12/1113035menyusuri-jejak-leluhur780x390.JPG/|dead-url=unfit}}</ref> di Indonesia termasuk daerah Indramayu<ref>{{Cite web|last=|title=Mongoloid Indramayu|url=https://suryamalang.tribunnews.com/2019/10/17/temuan-tengkorak-misterius-di-indramayu-diduga-perempuan-ras-mongoloid-yang-hidup-di-abad-16/|access-date=2019-10-17}}</ref><ref>{{Cite web|last=|title=Austronesia Indramayu|url=https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4748160/tengkorak-misterius-di-indramayu-diduga-hidup-pada-abad-16/|access-date=2019-10-16}}</ref>.▼
Teori kedatangan manusia ke Nusantara, diantaranya adalah pendapat yeng menyatakan
▲
Berdasarkan teori Out of Taiwan, penutur bahasa Austronesia tiba terlebih dahulu di Filipina sekitar tahun 4500 hingga 3000 SM. Kemudian sekitar tahun 3500 hingga 2000 SM, manusia yang mendiami Filipina melakukan migrasi ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.
Baris 16 ⟶ 18:
Mengutip dari Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia yang ditulis oleh Bellwood, selain bahasa, kebudayaan lainnya yang mereka bawa antara lain pertanian (padi, jewawut, tebu, ubi, dan keladi raksasa), hasil laut berupa ikan dan kerang, domestikasi ternak (ayam), menguasai teknologi perkapalan, pembuatan gerabah, penggunaan beliung persegi, perhiasan kerang, tenun, dan kebiasaan makan sirih.
Sementara pada abad 21 era milenial generasi Z dimana pendidikan semakin merata, transportasi yang lebih maju dengan dukungan teknologi informasi yang cepat. Muncul Teori of Sundaland, yang menyatakan bahwa peradaban dari Nusantara/Sundaland yang menyebar dan mempengaruhi dunia lainnya
== Latar belakang ==
Salakanagara, Tarumanagara, Sunda, Galuh, hingga Pajajaran dari abad 2 masehi hingga 17 masehi meninggalkan banyak jejak prasasti dan tulisan sejarah dalam berbagai kitab kuno. Yang dilestarikan oleh Keraton Cirebon, Keraton Surakarta juga perpustakaan dalam dan luar negeri tentang wilayah yang terbentang dari barat dari Pulau Jawa hingga Sungai Cipamali adalah wilayah kekuasannya.
Diantaranya tertulis dalam '''''Suma Oriental que trata do Mar Roxo até aos Chins''''' ("Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina") adalah [[kompendium]] (''[[summa]]'') yang ditulis oleh [[Tomé Pires]] pada tahun 1512-1515, berisi informasi tentang kehidupan di wilayah [[Asia Timur]] dan [[Asia Tenggara]] pada abad ke-16.
Baris 29 ⟶ 33:
Setelah sempat "menghilang" berabad-abad, pada tahun [[1944]], Armando Z. Cortesão menerbitkan terjemahan ''Suma Oriental'' ke dalam [[bahasa Inggris]], berdasarkan versi salinannya yang ditemukan di Perpustakaan Chambre des Deputes di [[Paris]].
Dalam Suma Oriental tersebut, Tomé Pires memberitakan bahwa ''Çumda/Sunda'' mempunyai enam pelabuhan yaitu ''Bantam, Pomdam, Cheguide, Tamgaram, Calapa,'' dan ''Chemano/Cimanuk (Cotesao, 1967:166)''.
Sementara pelaut Portugis lainnya, Catatan de Barros, Kerajaan Sunda pada abad 15 masehi mempunyai enam pelabuhan yaitu ''Chiamo, Xacatra'' atau ''Caravam, Tangaram, Cheguide, Pondang,'' dan ''Bantam'' (Djajadiningrat, 1983:83).
Baris 37 ⟶ 41:
Tomé Pires juga memberikan gambaran keadaan masing-masing pelabuhan tersebut (Cotesao, 1967:170–173). ''Bantam'' merupakan pelabuhan besar terletak di tepi sungai. Dari pelabuhan ini perdagangan berlangsung hingga Sumatra dan Kepulauan Maladewa. Barang-barang yang diperdagangkan antara lain beras dan lada.
''Pomdam'' juga merupakan pelabuhan yang baik. Berada pada muara sungai. Kapal besar (''junk'') dapat berlabuh di sini. Barang dagangan berupa bahan makanan terutama beras, buah-buahan, bahan makanan dan lada. ''Cheguide'' merupakan pelabuhan bagus yang bisa didarati kapal besar. Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang ke Jawa dari Pariaman, Andalas, Tulangbawang, Sekampung dan tempat-tempat lain.
''Pelabuhan Calapa'' merupakan bandar yang paling bagus. Pelabuhan ini sangat penting dan terbagus di antara yang lain. Jalinan perdagangannya sangat luas yaitu hingga Sumatra, Palembang, ''Laue,'' ''Tamjompura,'' Malaca, Makasar, Jawa dan Madura, serta beberapa tempat lain.
''Pelabuhan Chemano/Cimanuk'' di Indramayu merupakan pelabuhan yang cukup ramai meskipun kapal besar tidak dapat berlabuh di sini. Di kota ini sudah banyak warga muslim. Perdagangan yang dijalin hingga seluruh Jawa.
Barang komoditas utama Kerajaan Sunda adalah lada dengan kualitas tinggi. Produksi lada diperkirakan 1000 bahar per tahunnya. Selain lada komoditas penting Kerajaan Sunda adalah cabai jawa dan buah asam. Kedua komoditas ini mampu memenuhi kebutuhan seribu kapal.
Hubungan dagang antara masyarakat pesisir dilakukan dengan perahu yang menyusuri laut pinggir pantai. Sebagaimana pemberitaan Tomé Pires, aktivitas perdagangan di pantai utara Jawa juga terjalin secara antar kota pelabuhan.
Baris 65 ⟶ 69:
Perdagangan secara insuler dilakukan dengan beberapa pelabuhan dagang di Pulau Jawa, sedangkan secara interinsuler dilakukan dengan beberapa daerah di Sumatera misalnya Pariaman, Andalas, Tulangbawang, Sekampung, Palembang, Laue, dan Tanjungpura; di Sulawesi dengan Makasar; dan secara internasional dengan Malaka, Maladewa, Pagan, dan Cina. Distribusi barang dari pelabuhan ke beberapa lokasi di pedalaman melalui jaringan jalan darat.
Kerajaan Sunda yang sebagian besar masyarakatnya sebagai
Tempat ideal untuk pelabuhan adalah muara sungai besar. Pada jaringan lalu lintas, fungsi pelabuhan juga sebagai penghubung antara jalan maritim dan jalan darat atau penghubung antara pelabuhan dengan kawasan pedalaman. Melalui sungai penduduk pedalaman dapat mengangkut hasil bumi ke pantai (Poesponegoro & Notosusanto, 2009 a:141).
Pelabuhan sebagai kota pantai harus memiliki fungsi kelautan. Laut tidak hanya dilihat sebagai faktor distorsi mobilitas tetapi juga sebagai lintas enerji barang, manusia, dan informasi dari pelabuhan satu ke kota lainnya (Nurhadi, 1995:87).
Pada masa akhir Kerajaan Sunda, peran pelabuhan-pelabuhan dagang tersebut mengalami kemunduran akibat serangan bertubi-tubi dari Demak dan Banten hingga VOC - Belanda yang datang pada abad 17 masehi. Dalam perkembangannya ada yang terus berlangsung tetapi ada pula yang surut dan berubah fungsi hanya sebagai pelabuhan nelayan saja.
Perebutan kekuasaan selain terjadi di Cheguide juga di Sunda Kelapa. Pada 1527 Sunda Kelapa berhasil direbut oleh pasukan Banten. Kondisi seperti ini menyebabkan terputusnya hubungan antara kawasan pesisir dengan pusat Kerajaan Sunda di pedalaman. Jalan niaga Kerajaan Sunda satu persatu jatuh ke tangan pasukan Islam, sehingga raja hanya dapat bertahan di pedalaman (Poesponegoro & Notosusanto, 2009:395).▼
Keadaan pada 1775–1778 di Tatar Sunda tersisa hanya ada tiga pelabuhan yaitu Bantan, Batavia, dan Cheribon (Stockdale, 1995:193).
Penyebab menurunnya fungsi pelabuhan terjadi karena beberapa faktor. Hal yang umum terjadi karena adanya perebutan kekuasaan. Utamanya pada abad 17 adalah blokade oleh VOC terhadap pelabuhan-pelabuhan Sunda, selain memonopoli perdagangan komoditi-komoditi mahal dan penting yang berasal dari Tatar Sunda juga membatasi pergerakan orang yang masuk dan keluar.
▲Perebutan kekuasaan selain terjadi di Cheguide juga di Sunda Kelapa. Pada 1527 Sunda Kelapa berhasil direbut oleh pasukan Banten. Kondisi seperti ini menyebabkan terputusnya hubungan antara kawasan pesisir dengan pusat Kerajaan Sunda di pedalaman. Jalan niaga Kerajaan Sunda satu persatu jatuh ke tangan pasukan
Selain karena perebutan kekuasaan, tidak berfungsinya pelabuhan juga disebabkan faktor alam. Sebagai contoh adalah pelabuhan Chemanuk (Cimanuk, Indramayu).
'''Tatar Sunda, Tanah Idola'''
[[Bangsa Austronesia]] yang mendiami daerah ini juga sering disebut sebagai penduduk pribumi sebagai suku bangsa di Indonesia yang meliputi wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Utara Kabupaten Karawang, Utara Kabupaten Subang (Jawa Barat), Kabupaten Cilegon dan Kota Serang (Banten)<ref>{{Cite web|last=|title=suku jawa di Indonesia|url=https://www.gramedia.com/literasi/mengenal-asal-usul-dan-adat-istiadat-5-suku-terbesar-di-jawa/|access-date=2021}}</ref>.▼
Perkembangan awal itu juga yang membentuk [[Yawadwipa|Jawa Dwipa]]<ref>{{Cite web|last=|title=mengetahui asal usul lahirnya suku jawa|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/04/07/mengetahui-asal-usul-lahirnya-suku-jawa/|access-date=2020-4-7}}</ref>. Dalam pengertian Jawa Dwipa atau ''yavadvip(a)'' (''dwipa'' berarti "pulau", dan ''yava'' berarti "jelai" atau juga "biji-bijian"). <ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3"/><ref>[http://veda.wikidot.com/malay-words-sanskrit-origin Malay Words of Sanskrit Origin]</ref> maksud dari biji-bijian ini adalah [[jewawut]] (''Setaria italica'') atau [[padi]], keduanya banyak ditemukan di pulau jawa sebelum masuknya pengaruh dari India dan bisa dikatakan, bahwa pulau ini memiliki banyak nama sebelumnya, termasuk kemungkinan berasal dari kata ''jau'' yang berarti "jaúh".<ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3">Raffles, Thomas E.: "The History of Java". Oxford University Press, 1965 </ref>. Mengenai hal biji-bijian seperti padi sebagai peradaban jawa dwipa masih bertahan di Indramayu sebagai penghasil biji padi<ref>{{Cite web|last=|title=Pertanian Indramayu|url=https://matapantura.republika.co.id/posts/171699/indramayu-raih-penghargaan-dari-mentan-capai-produksi-padi-tertinggi-di-indonesia/|access-date=2022-8-14}}</ref>.▼
[[Bangsa Austronesia]] yang datang mendiami daerah Indramayu dan bercampur baur dengan penduduk yang lebih dulu bermukim, memunculkan ciri-ciri khas dalam berbahasa. Misalnya migrasi dari wilayah tengah dan timur Pulau Jawa karena mobilitas sosial maupun karena bencana alam gunung Merapi yang meletus dan peperangan Mataram dengan Trunajaya dari Madura di wilayahnya.
Di abad ke-1, sampai abad ke-6 atau tahun 671 masehi, penduduk daerah ini mulai membentuk kelompok berdasarkan bahasa mereka seperti [[Bahasa Jawa Banyumasan|Bahasa Ngapak]] yang digunakan oleh masyarakat jawa lama<ref>{{Cite web|last=|title=Jawa Dwipa|url=https://www.rmoljawatengah.id/galuh-purba-kerajaan-tertua-di-jawa-ada-di-purbalingga-ini-jawabannya/|access-date=2022-3-28}}</ref> yang meliputi [[Indramayu]], [[Cirebon]], [[Brebes]], [[Tegal]], [[Pemalang]], [[Bumiayu]], [[Banyumas]], [[Cilacap]], [[Purbalingga]], [[Banjarnegara]], [[Kebumen]], [[Kedu]], [[Kulonprogo]] dan [[Purwodadi]] termasuk juga penggunaan bahasa jawa ngapak pada wilayah tersebut<ref>{{Cite web|last=|title=Bahasa Jawa Ngapak|url=https://m.merdeka.com/histori/menguak-jejak-kerajaan-galuh-purba-di-tanah-jawa.html/|access-date=▼
▲
Menurut penulis Portugis [[Tomé Pires]] tersebut, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain [[Kerajaan Sunda|Sunda]] (Banten), [[Pontang]], [[Cigede]], [[Tamgara]] dan [[Cimanuk]] yang juga dimiliki Pajajaran. Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut ''Kalapa'' dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama ''Dayo'' (dalam bahasa Sunda modern sekarang: '''dayeuh''' berarti kota) dalam tempo dua hari.
Nama ''Dayo'' didengarnya dari penduduk atau pembesar Pelabuhan Kalapa. Orang Pelabuhan Kalapa menggunakan kata ''dayeuh'' bila bermaksud menyebut ibu kota dalam percakapan sehari-hari.
Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak [[abad ke-5]] dan saat itu disebut Sundapura. Pada [[abad ke-12]], pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan [[lada]] yang sibuk milik [[Kerajaan Sunda]], yang memiliki ibu kota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi [[Kota Bogor]].
Kapal-kapal asing yang berasal dari [[Tiongkok]], [[Jepang]], [[India]] Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti [[porselen]], [[kopi]], [[sutra]], [[kain]], wangi-wangian, [[kuda]], [[anggur]], dan zat warna untuk ditukar dengan [[rempah-rempah]] yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Seperti diketahui pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa merebut kota pelabuhan Malaka, di [[Semenanjung Malaka]]. Malaka dijadikan basis untuk penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.
[[Tome Pires]] sendiri adalah salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari [[Sumatra]], [[Kesultanan Malaka|Malaka]], Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan, bahwa (Sunda) Kalapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa buah pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang [[Suku Melayu|Melayu]], Jepang dan Tionghoa.
Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan ''lanchara'', yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.
Tome Pires ikut mencatat juga kemajuan zaman keemasan pemimpin besar Sri Baduga yang menjabat Raja waktu itu dengan komentar "''The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men''" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).
Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil ''tammarin'' (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.
Lalu pada tahun 1522 Gubernur [[Alfonso d'Albuquerque]] yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa
Maka pada tanggal [[21 Agustus]] [[1522]] dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan (Sunda) Kalapa akan menerima barang-barang yang diperlukan.
Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau [[Padraõ|''padraõ'']] dibuat untuk memperingati peristiwa itu.
[[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Padrao dimaksud]] disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda [[Mundinglaya Dikusumah]]. Padraõ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.
Demak (di Jawa bagian tengah) menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman bagi ekonomi kerajaannya. Sehingga melakukan serangan loncat katak, melalui Banten dengan pimpinannnya yaitu Fatahillah, seorang menantu Sultan Demak namun juga menantu Sultan Gunung Jati dari Cirebon.
Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanannya, “Summa Oriental (1513 – 1515)”, dia menuliskan bahwa:
''The Sunda kingdom take up half of the whole island of Java; others, to whom more authority is attributed, say that the Sunda kingdom must be a third part of the island and an eight more. It ends at the river chi Manuk. They say that from the earliest times God divided the island of Java from that of Sunda and that of Java by the said river, which has trees from one end to the other, and they say the trees on each side line over to each country with the branches on the ground.''
Tentang Kerajaan Sunda ini, Tome Pires menggambarkan bahwa, menurut berita lokal, Kerajaan Sunda luasnya setengah pulau Jawa dan ada juga yang menyebut luasnya sepertiga ditambah seperdelapan luas pulau Jawa.
Jadi, jelaslah bahwa perpaduan kedua [[kerajaan]] ini disebut dengan nama [[Kerajaan Sunda]].
Keterangan keberadaan kedua kerajaan tersebut juga terdapat pada beberapa sumber sejarah lainnya. Prasasti di [[Bogor]] banyak bercerita tentang [[Kerajaan Sunda]] sebagai kelanjutan dari Tarumanagara, sedangkan [[prasasti]] di daerah [[Sukabumi]] bercerita tentang keadaan Kerajaan Sunda sampai dengan masa [[Sri Jayabhupati|Sri Jayabupati.]]
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, pada tahun 670 M, ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Kerajaan Sunda sangat kaya. Kerajaan ini memiliki empat ribu kuda yang didatangkan dari Pariaman dan pulau-pulau lain. Raja memiliki empat puluh gajah. Emas enam karat juga ditemukan di kerajaan ini. Asam berlimpah yang berguna untuk dibuat cuka oleh penduduk.
Kota tempat raja berada disebut kota besar atau dayeuh. Kota tersebut memiliki bangunan-bangunan yang dibuat dengan baik dari kayu dan daun palem. Rumah raja memiliki 330 tiang kayu setebal drum anggur yang tingginya 8 meter. Kota tersebut dapat ditempuh selama 2 hari dari pelabuhan utama.
Raja Sunda merupakan olahragawan dan pemburu ulung. Tahta kerajaan turun dari ayah kepada anak laki-laki. Orang Sunda sangat jujur. Perempuan bangsawannya cantik-cantik. Penduduknya ramah (tidak garang). Mereka gemar akan senjata yang dihias. Kerisnya mengkilat.
Orang Sunda di pantai bergaul denga para pedagang dari pedalaman. Mereka terbiasa berdagang, Orang Sunda sangat sering datang ke Malaka. Mereka membawa lancara (kapal kargo yang beratnya seratus lima puluh ton). Kerajaan Sunda memiliki 6 kapal jung dan banyak lancara.
▲
▲Di abad ke-1, sampai abad ke-6 atau tahun 671 masehi, penduduk Tatar Sunda termasuk di Indramayu memiliki beragama bahasa, selain bahasa Sunda kuno, bahasa internasional dari India, Cina dan lainnya, maka di daerah ini mulai membentuk kelompok berdasarkan bahasa
2021-11-24}}</ref>.
Berdasarkan catatan sejarawan Belanda Van der Meulen, telah berdiri Kerajaan Galuh Purba yang bertahan hingga abad ke-6 M dengan wilayah kekuasaan yang meliputi daerah Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Kedu, Kulonprogo dan Purwodadi.
Berdasarkan prasasti Bogor, pamor kerajaan Galuh Purba sempat mengalami penurunan saat Dynasti Syilendra, di Jawa Tengah, mulai berkembang. Pusat kota Kerajaan Galuh Purba sempat dipindah ke Kawali (dekat Garut).
Di sini, kerajaan itu mengganti namanya menjadi Kerajaan Galuh Kawali. Inilah zaman kemunduran Kerajaan Galuh Purba. Pada saat itu, di wilayah timur berkembang Kerajaan Kalingga yang konon merupakan kelanjutan dari Kerajaan Galuh Kalingga, sebuah Kerajaan di wilayah Galuh Purba. Di barat Pulau Jawa berdiri Kerajaan Tarumanegara yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Salakanegara, maka ketika Purnawarman menjadi Raja Tarumanegara, kerajaan Galuh Kawali berada di bawah Kerajaan Tarumanegara.
Masa kejayaan Kerajaan Galuh Purba mulai beranjak naik, saat Tarumanegara diperintah oleh Raja Candrawarman. Saat itu, kerajaan bawahan Tarumanegara mendapatkan kekuasaannya kembali, termasuk Galuh Kawali. Pada masa Tarumanegara, Pemerintahan Raja Tarusbawa Wretikandayun, Raja Galuh Kawali memisahkan diri (merdeka) dari Tarumanegara dan mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga.
Lalu kerajaan ini mengubah kembali namanya menjadi Kerajaan Galuh, dengan pusat pemerintahan di Banjar Pataruman.
Jejak Kerajaan Galuh ini bisa dilihat dari kajian bahasa E.M. Uhlenbeck tahun 1964, dalam bukunya: “A Critical Survey of Studies on the Languages of Java and Madura” yang menyatakan, bahasa keturunan Galuh Purba masuk ke dalam rumpun basa Jawa bagian kulon atau Bahasa Jawa Ngapak-ngapak (atau Banyumasan).
'''Kerajaan Sriwijaya'''
|