Kabupaten Pringsewu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kakroni014 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan kemungkinan spam pranala VisualEditor
Kakroni014 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 89:
*** [[Bonggol]] bambu dapat dijadikan sebagai bahan untuk seni pahat atau kreasi seni yang bernilai tinggi.
 
== Sejarah '''''[https://lampungpost.id/tag/pringsewu/ Kabupaten Pringsewu]''''' ==
Sejarah Kabupaten Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (''tiuh'') bernama ''Margakaya'' pada tahun [[1738]] [[Masehi]], yang dihuni masyarakat asli [[Suku Pubian|suku Lampung-Pubian]] yang berada di tepi aliran [[sungai Way Tebu]] (4& km dari pusat Kota Pringsewu ke arah selatan saat ini). Kemudian [[187]] tahun berikutnya, pada tahun [[1925]], sekelompok masyarakat dari [[Pulau Jawa]], melalui program kolonisasi oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], juga membuka areal permukiman baru dengan membabat hutan bambu yang cukup lebat di sekitar tiuh Margakaya tersebut. Karena begitu banyaknya pohon bambu di hutan yang mereka buka tersebut, oleh masyarakat desa yang baru dibuka tersebut dinamakan [[Pringsewu]], yang berasal dari [[bahasa Jawa]] yang artinya [[Bambu|Bambu Seribu]].
 
Baris 102:
Dalam sejarah perjalanan berikutnya, Kecamatan Pringsewu bersama sejumlah kecamatan lainnya di wilayah Lampung Selatan bagian barat yang menjadi bagian wilayah administrasi Pembantu Bupati Lampung Selatan Wilayah Kotaagung, masuk menjadi bagian wilayah Kabupaten Tanggamus berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1997, hingga terbentuk sebagai daerah otonom yang mandiri.
 
'''''[[Kabupaten Pringsewu]]''''' merupakan wilayah heterogen terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, dengan masyarakat Jawa yang cukup dominan, disamping masyarakat asli Lampung, yang terdiri dari masyarakat yang beradat Pepadun (Pubian) serta masyarakat beradat Saibatin (Peminggir).
 
== Pemerintahan ==