Benito Mussolini: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Hungaria |
||
Baris 153:
=== Wartawan politik, intelektual, dan sosialis ===
Pada bulan Februari 1909,<ref>Georg Scheuer: ''Mussolinis langer Schatten. Marsch auf Rom im Nadelstreif.'' Köln 1996, S. 21.</ref> Mussolini kembali meninggalkan Italia, kini untuk menerima pekerjaan sebagai sekretaris partai buruh di kota berbahasa Italia bernama [[Trento]], yang pada waktu itu masih bagian dari [[Austria-
Mussolini menganggap dirinya seorang intelektual. Pada masanya, ia memang dianggap rajin membaca. Pemikir-pemikir favoritnya dalam filsafat Eropa adalah antara lain Sorel, futuris Italia bernama [[Filippo Tommaso Marinetti]], sosialis Prancis bernama [[Gustave Hervé]], anarkis Italia [[Errico Malatesta]], serta filsuf Jerman [[Friedrich Engels]] dan [[Karl Marx]], para pendiri [[Marxisme]].<ref>Denis Mack Smith, ''Mussolini; A biography'' (1982) pp. 9–13</ref><ref>R.J.B. Bosworth, ''Mussolini'' (2002) pp. 55–68</ref> Mussolini mengajarkan dirinya sendiri bahasa Prancis dan Jerman dan ia menerjemahkan potongan-potongan tulisan dari [[Friedrich Nietzsche|Nietzsche]], [[Arthur Schopenhauer|Schopenhauer]] dan [[Kant]].
Baris 171:
Saat Perang Dunia I mulai meletus, dua partai sosialis,yaitu [[Partai Demokrat Sosial Jerman]] dan [[Partai Sosialis (Prancis)|Partai Sosialis]] dari Prancis mengumumkan dukungannya terhadap perang yang terjadi pada tanggal 4 Agustus 1914.<ref>{{Cite web|last=Sewell|first=Rob|date=4 Agustus 2014|title=4th August 1914: The Great Betrayal and Collapse of the Second International|url=https://www.marxist.com/4th-august-1914-the-great-betrayal-and-collapse-of-the-second-international.htm|website=In Defence of Marxism|language=en-gb|access-date=28 Mei 2022}}</ref> Waktu itu, para sosialis dari Austria, Britania, Prancis, dan Jerman yang sedang mengalami peningkatan [[nasionalisme]] menyokong keterlibatan negara mereka masing-masing dalam perang.{{sfn|Tucker|2005|p=884}} Meletusnya perang pun juga menyebabkan [[nasionalisme Italia]] meningkat tajam. Salah satu tokoh nasionalis Italia yang paling terkenal dan populer adalah Gabriele d'Annunzio, seorang pendukung perang yang menyokong konsep [[iredentisme Italia]] dan membantu merubah pandangan masyarakat Italia terhadap keterlibatan Italia dalam perang.{{sfn|Tucker|2005|p=335}}Dukungan ini juga diperkuat oleh [[Partai Liberal Italia]] di bawah kepemimpinan [[Paolo Boselli]] yang menyokong keterlibatan perang di pihak [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia I|Sekutu]] dan melalui [[Societa Dante Alighieri]] untuk menyebarluaskan nasionalisme Italia.{{sfn|Tucker|2005|p=219}}{{sfn|Tucker|2005|p=826}}Meskipun, kaum sosialis Italia masih memiliki suara yang berbeda terhadap dukungan mereka terhadap perang.{{sfn|Tucker|2005|p=209}} Sebelum Mussolini mengambil bagian dalam Perang Dunia I, sejumlah [[Sindikalisme|sindikalis]] revolusioner sudah menyatakan dukungannya terhadap perang, seperti [[Alceste de Ambris]], [[Filippo Corridoni]], [[Massimo Rocca]] dan [[Angelo Oliviero Olivetti]].{{sfn|Gregor|1979|p=176}} Pada akhirnya, [[Partai Sosialis Italia]] mulai memutuskan untuk menentang perang setelah peristiwa pembunuhan demonstran antimiliter yang menyebabkan terjadinya peristiwa [[Pekan Merah]].{{sfn|Tucker|2005|p=596}}
Pada awalnya, Mussolini mendukung keputusan partai untuk menolak perang. Dukungan ini ditunjukkannya dalam sebuah artikel yang ditulis pada bulan Agustus 1914. Mussolini menulis "Hentikan perang. Kami akan tetap netral." Akan tetapi, pandanganya berubah karena dia mulai memandang perang sebagai sebuah kesempatan, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi para sosialis dan orang Italia. Pandangan ini sangat terpengaruh dengan sentimen-sentimen [[Sentimen anti-Austria|anti-Austria]] yang dimiliki nasionalis di Italia sekaligus kepercayaanya bahwa perang dapat membantu [[Bangsa Italia]] di [[Austria-
[[Berkas:Italian Arditi.jpg|al=1918 group photo of Arditi corps showing daggers and black uniforms|kiri|jmpl|Foto para anggota korps Italia bernama [[Arditi]] pada tahun 1918. Mereka memegang belati sebagai simbol kelompok mereka. Seragam hitam milik Arditi dan topi [[Fez (topi)|fez]] diadaptasi oleh Mussolini dalam pendirian gerakan fasis miliknya.]]
Mussolini kemudian mempertegas posisinya dengan mencela [[Blok Sentral]]. Ia mengatakan bahwa blok tersebut berisi para kekuasaan yang bersifat [[reaksioner]] karena banyak membuat rencana [[Imperialisme|imperialis]] terhadap Belgia dan Serbia, dan dalam sejarahnya, terhadap Denmark, Prancis, dan pada akhirnya akan menyerang orang Italia karena ada ratusan ribu orang Italia yang berada di bawah monarki Habsburg. Ia berargumen bahwa kejatuhan monarki-monarki Habsburg bersama dengan represi terhadap Turki yang dinilai "reaksioner", dapat menciptakan situasi yang lebih ideal bagi kelas pekerja. IMeskipun ia mendukung [[Entente Tiga|Entente]], namun dia tetap merespons sifat konservatif [[Kekaisaran Rusia]] dengan mengatakan bahwa mobilisasi yang dibutuhkan untuk perang akan melemahkan [[otoritarianisme]] reaksioner milik Rusia dan perang akan menimbulkan [[revolusi sosial]] di Rusia. Ia juga mengatakan, bahwa bagi Italia, perang akan menyelesaikan proses [[Penyatuan Italia]] dengan cara menyatukan orang Italia di Austria-
Seiring dengan semakin kokohnya posisi Mussolini tentang perang, ia juga semakin sering berselisih dengan kaum sosialis yang menolak perang. Ia menyerang para oposisi perang dan mengklaim bahwa para [[proletariat]] pendukung [[pasifisme]] mengambi langkah yang salah terhadap dengan proletariat pendukung [[Vanguardisme]] yang sedang mempersiapkan Italia masuk dalam perang revolusi. Ia mulai mengkritik Partai Sosialis Italia dan sosialisme itu sendiri, yang menurutnya telah gagal mengenali masalah-masalah nasional yang menjadi penyebab meletusnya perang.{{sfn|Gregor|1979|p=191}} Atas sikapnya inilah, ia dikeluarkan dari partai.
Baris 225:
Mussolini meminjam ide yang pertama kali dikembangkan oleh [[Enrico Corradini]] sebelum 1914, bahwa ada semacam konflik alamiah antara negara-negara "[[plutokrasi]]" seperti Britania dan negara-negara [[Negara proletariat|"proletariat"]] seperti Italia. Ia kemudian mengklaim bahwa masalah utama Italia adalah bahwa negara-negara "plutokratis" seperti Britania, sedang menutupi jalan Italia menuju ruang vital yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekonomi Italia.{{sfn|Kallis|2002|pp=48–50}} Mussolini menyamakan kemampuan perkembangan ekonomi sebuah negara dengan luas daerah negara tersebut. Maka, dalam pandangannya, masalah kemiskinan di Italia hanya dapat diselesaikan setelah menguasai ''spazio vitale'' yang dibutuhkan itu.{{sfn|Kallis|2002|p=50}}Meskipun [[rasisme biologis]] tidak terlalu dikedepankan dalam fasisme, daripada dalam [[Sosialisme Nasional]], sejak awal konsep ''spazio vitale'' sudah diterima secara rasis oleh masyarakat. Mussolini menekankan bahwa ada semacam "hukum alami" bagi orang-orang yang lebih kuat dan mereka boleh menguasai dan mendominasi masyarakat-masyarakat "inferior" seperti orang-orang Slavik "barbarik" yang hidup di [[Yugoslavia]]. Dalam sebuah pidato bulan September 1920, ia mengatakan:{{quote|Ketika berurusan dengan ras yang seperti Slavik itu, inferior dan barbar, kita tidak boleh terus menawarkan imbalan bagi mereka, kita juga harus memberikan hukuman ... Kita tidak boleh takut pengorbanan ... Perbatasan Italia harus mencapai [[Jalur gunung Brenner|jalur Brenner]], [[Snežnik|Monte Nevoso]], dan [[Pegunungan Alpen Dinari]] ... Aku berkata, kita bisa dengan mudah mengorbankan 500.000 orang Slav barbar untuk kepentingan 50.000 orang Italia ...|Benito Mussolini, pidato di [[Pula|Pola]], 20 September 1920<ref name="Sestani2012-02">{{cite book |chapter-url= http://www.provincia.lucca.it/scuolapace/uploads/quaderni/ricordo2012.pdf |title= I profugi istriani, dalmati e fiumani a Lucca |language= it |trans-title=The Istrian, Dalmatian and Rijeka Refugees in Lucca |publisher= Instituto storico della Resistenca e dell'Età Contemporanea in Provincia di Lucca |chapter= Il confine orientale: una terra, molti esodi |trans-chapter=The Eastern Border: One Land, Multiple Exoduses |date= 10 Februari 2012 |editor= Sestani, Armando |pages= 12–13}}{{dead link|date=Juli 2017 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes}}</ref><ref>{{cite book |chapter-url= http://www.znaci.net/00001/179.pdf |first= Jože |last= Pirjevec |chapter= The Strategy of the Occupiers |title= Resistance, Suffering, Hope: The Slovene Partisan Movement 1941–1945 |year= 2008 |isbn= 978-961-6681-02-5 |page= 27 |access-date= 30 Oktober 2012 |archive-date= 20 April 2013 |archive-url= https://web.archive.org/web/20130420093806/http://znaci.net/00001/179.pdf |url-status= live }}</ref>}}
Saat Italia mengokupasi daerah-daerah yang dulunya menjadi bagian dari negara [[Austria-
[[Berkas:Benito Mussolini crop.jpg|kiri|jmpl|Mussolini di tahun 1920an]]
Dengan cara yang sama, Mussolini berpendapat bahwa Italia memang harus menjalankan kebijakan [[Imperialisme|imperialis]] di Afrika karena ia memandang orang kulit hitam "lebih rendah" daripada orang kulit putih.{{sfn|Kallis|2002|p=52}} Mussolini mengklaim bahwa dunia dapat dibagi berdasarkan hirarki ras dan sejarah tidak lebih dari sekadar perjuangan Darwinian untuk meraih kekuasaan dan teritori antarras.{{sfn|Kallis|2002|p=52}} Mussolini—turut dengan gerakan [[eugenika]] di [[Eugenika di Amerika Serikat|Amerika Serikat]] dan [[Eugenika di Britania Raya|Britania Raya]], dan negara dan koloni Eropa lainnya pada masa yang sama, seperti [[Eugenika di Brasil|Brazil]]—menganggap tingkat kelahiran yang tinggi di Afrika dan Asia sebagai ancaman terhadap "ras kulit putih". Ia sering menanyakan pertanyaan retoris: "Apakah para kulit hitam dan kulit kuning itu sudah di pintu kita?" yang harus dijawab dengan, "Ya, mereka sudah ada!" Mussolini percaya bahwa Amerika Serikat akan mengalami kehancurannya karena orang kulit hitam Amerika lebih banyak daripada kulit putih; dengan demikian, orang kulit hitam akan menguasai Amerika Serikat dan merendahkan negara itu ke tingkatan mereka. Fakta bahwa Italia mengalami overpopulasi dianggap sebagai bukti vitalitas budaya dan jiwa orang Italia, yang kemudian dijadikan dasar untuk mendirikan koloni di daerah-daerah yang menurut Mussolini, secara sejarah, memang punya Italia, pewaris [[Imperium Romawi]]. Dalam cara pikir Mussolini, [[demografi]] menentukan takdir. Negara-negara dengan populasi yang tinggi adalah negara-negara yang ditakdirkan untuk menaklukkan negara lainnya. Negara dengan populasi rendah adalah negara yang ditakdirkan mati. Maka, [[natalisme]] menjadi sangat penting bagi Mussolini karena ia menganggap bahwa hanya peningkatan tingkat kelahiran yang mampu memastikan kedigdayaan Italia dan mengamankan ''spazio vitale''. Menurut penghitungan Mussolini, agar dapat turut dalam perang besar, Italia harus mencapai populasi sejumlah 60 juta orang. Ia kerap menuntut perempuan Italia agar memiliki lebih banyak anak demi mencapai angka itu.{{sfn|Kallis|2002|p=52}}
|