Khairun Jamil dari Ternate: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah tempat lahir mengubah parameter nama di infobox VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k membenarkan typo
 
Baris 35:
 
== Perdamaian dengan Gubernur Portugis di Maluku ==
Kesultanan Ternate dan pasukan Portugis mengadakan perjanjian damai pada tanggal 27 Februari 1570. Perjanjian ini diadakan setelah terjadi peperangan yang dimenangkan secara bergantian oleh kedua pihak. Pihak ProtugisPortugis ini diwakili oleh [[Lopez de Mesquita]] sebagai Gubernur Portugis di Maluku. Sementara pihak Kesultanan Ternate diwakili oleh Sultan Khairun. [[Lopez de Mesquita]] akan menyatakan sumpah perdamaiannya dengan melakukan [[misa]]. Sedangkan Sultan Khairun akan bersumpah menggunakan [[Al-Qur'an]].<ref>{{Cite book|last=Pattikayhatu, J. H., dkk.|date=1983|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12839/1/Sejarah%20perlawanan%20terhadap%20imperialisme%20dan%20kolonialisme%20di%20daerah%20maluku.pdf|title=Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Maluku|publisher=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|pages=17|url-status=live}}</ref> Perjanjian ini membahas tentang penghapusan hak-hak istimewa Portugis menyangkut monopoli perdagangan rempah-rempah, tetapi tetap diperbolehkan untuk berdagang dan bersaing dengan pedagang nusantara serta pedagang asing lainnya secara bebas.{{Butuh rujukan}}
 
Sultan Khairun dikenal sangat toleran. Rakyat Ternate yang telah memeluk Kristen dibiarkan menjalankan ibadahnya secara bebas, pusat-pusat kegiatan misionaris serta pembangunan gereja-gereja kembali diperbolehkan dibuka di Maluku. Namun suasana damai ini diam-diam dimanfaatkan Portugis untuk menyusun kembali kekuatan. Pada tahun 1569 Portugis membangun kembali benteng mereka di Ambon dan menyusun kekuatan menunggu waktu untuk bangkit kembali. Tokoh sentral dalam perlawanan terhadap Portugis di Maluku adalah Sultan Khairun dan ini disadari betul oleh mereka, untuk menguasai Maluku tokoh ini harus dilenyapkan. Maka dengan tipu muslihat Gubernur Lopez de Mesquita mengundang sang Sultan untuk berkunjung ke Bentengnya. Tanggal [[25 Februari]] [[1570]] Sultan Khairun memenuhi undangan itu, percaya akan niat baik Portugis sang Sultan datang dengan hanya ditemani segelintir pengawal, tak disangka dia dibokong dan dibunuh beserta pengawalnya atas perintah sang Gubernur. Gubernur De Mesquita berharap dengan matinya Sultan Khairun, rakyat Maluku akan patah semangat dan tercerai berai namun tak menyangka sama sekali perbuatannya ini justru akan membawa kehancuran bagi Portugis di Maluku.{{Butuh rujukan}}