Orang Melayu di Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8:
 
== Peran orang Melayu ==
Sejak kedatangan [[Melayu–Malaysia|orang Melayu]] ke [[Kerajaan Gowa]], peranannya tidak hanya sebagai pedagang dan ulama, tetapi juga memengaruhi kehidupan sosial dan politik kerajaan. Besarnya jumlah dan peranan orang Melayu di Kerajaan Gowa, menyebabkan [[Sultan Gowa|Raja Gowa]] ke-X Daeng Bonto Karaeng Tunipallangga (1545-1565) membangun sebuah masjid di Mangallekana untuk orang Melayu, sekalipun raja belum memeluk Islam.<ref>{{cite book|last =Daeng Patunru|first =Abdul Razak|authorlink =|coauthors =|title =Sejarah Gowa|publisher =Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan|date =1988|location =Jakarta|url =|doi =|isbn =|page =}}</ref> Dalam struktur kekuasaan kerajaan Gowa, banyak orang Melayu memegang peranan penting di istana kerajaan.
 
Pada masa pemerintahan raja Gowa X (1546–1565), seorang keturunan Melayu, [[Daeng Ri Mangallekana]] diangkat sebagai [[syahbandar]] kerajaan menggantikan [[Daeng Pamatte]]. Sejak saat itu secara turun temurun jabatan syahbandar dipegang oleh orang Melayu. Jabatan penting lainnya ialah sebagai juru tulis istana. Pada masa [[Hasanuddin dari Gowa|Sultan Hasanuddin]] (1653–1669), seorang Melayu yang bernama Encik Amin menjadi juru tulis istana sekaligus penyair. Karyanya masih bisa ditemui satu ini yaitu [[Syair Perang Mengkasar]].