Sutiyoso: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 10:
Awal tahun 2004, ia meluncurkan sistem angkutan massal dengan nama bus [[TransJakarta]] atau lebih populer disebut [[Busway]] sebagai bagian dari sebuah sistem transportasi baru kota. Setelah sukses dengan [[Koridor I]], bus TransJakarta dikembangkan untuk [[Koridor II]] dan [[Koridor III]]. Sisten transportasi kota modern juga segera melibatkan ''[[subway]]'' dan [[monorel]].
Keberadaan Busway, semula ditentang beberapa pihak terutamanya pengguna kendaraan pribadi karena mengurangi satu jalur jalan agar dapat dilewati bus-bus Busway. Selain itu, pembangunan halte-halte Busway juga mengakibatkan sebagian pepohonan yang berada di pembatas jalan harus ditebang. Di lain pihak, Busway juga telah disambut baik penggunanya karena dianggap lebih nyaman dari angkutan umum sejenis lainnya. Bahkan, Busway bukan hanya sebagai sarana transportasi perkotaan modern untuk [[angkutan massal]] tetapi bukan berfungsi sebagai bus [[pariwisata]] kota. Busway yang melewati Koridor III menempuh berbagai fasilitas pemerintah pusat terutama sisi barat [[Komplek Sekretariat Negara]], [[Jalan Thamrin]], [[Komplek Monas]], [[Kantor Pemerintah DKI Jakarta]], bekas [[Kantor Wakil Presiden RI]], Gedung [[Kedutaan Amerika Serikat]], dan [[Stasiun Gambir]].
Mulai [[4 Februari]] [[2006]], ia melarang siapapun yang berada di wilayah DKI merokok di sembarang tempat. Larangan merokok dilakukan di tempat-tempat umum, seperti [[halte]], [[terminal]], ''[[mall]]'', perkantoran dan lain sebagainya. Meskipun program ini telah diefektifkan sejak [[6 April]] [[2006]] ternyata masih saja banyak orang yang tidak mengindahkan larang merokok di sembarang tempat itu. Pengawasan yang kurang cermat dan tindakan yang tidak tegas dari aparat serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya merokok menyebabkan peraturan pemerintah menjadi terhambat untuk direalisasikan.
|