Kurnianingrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 52:
Ia kembali ke Indonesia pada Desember 1950 dan disambut hangat oleh para pejabat kementerian pendidikan yang tertarik untuk mendengar pengalamannya di Australia. Ia diangkat menjadi kepala Sekolah Guru Atas dan ditugaskan untuk mengubah sekolah Belanda menjadi "lembaga republik".{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=190}} Pada 1951, bahasa Inggris menggantikan bahasa Belanda sebagai bahasa asing utama dari pemerinthan Indonesia dan Inspeksi Pengajaran Bahasa Inggeris (IPBI) didirikan pada 1953.{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=159}} Kurnianingrat mengajukan diri untuk masuk inspektorat tersebut dan diterima sebagai wakil direkturnya. Ia bergabung dengan direkturnya, [[Fritz Wachendorff]], dan anggota staf, [[Harumani Rudolph-Sudirdjo]].{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=191}} IPBI meminta bantuan [[British Council]] dan [[Ford Foundation]] dalam merencanakan silabus untuk untuk pengajaran bahasa Inggris pada lembaga-lembaga [[pendidikan dasar]]. Mereka juga mengadakan kursus dua tahun untuk melatih para guru bahasa Inggris.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Zainu'ddin|1997|pp=192–193}} Pada 1951, para sukarelawan Australia mulai datang di bawah naungan [[Australian Volunteers International|Volunteer Graduate Scheme]] (VGS), yang bekerja pada penugasan untuk pemerintahan Indonesia, termasuk di IPBI.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xv}} Kurnianingrat menaungi dan menjalin persahabatan dengan beberapa sukarelawan tersebut.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xvi}}
 
IPBI dibubarkan pada 1956, karena anak sulung Rudolph-Sudirdjo lahir dan Wachendorff menerima jabatan dosen di [[Universitas Indonesia]].{{sfn|Zainu'ddin|1997|p=198}} Kurnianingrat datang ke Amerika Serikat untuk belajar [[sastra Inggris]] dan [[linguistik]] di [[Universitas Cornell]] di [[Ithaca, New York]] setelah menerima beasiswa dari [[Ford Foundation]]. Ia menjalani dua tahun di universitas dan merampungkan tessitesis [[Magistrat]] tentang sejarah [[William Shakespeare]] di Indonesia.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}{{sfn|Stucki|1959|p=107}} Tesisnya menyoroti cikal bakal [[Komedi Stambul]], sebuah bentuk pertunjukan rakyat dari zaman kolonial akhir, yang mementaskan adaptasi-adaptasi karya seperti ''[[Hamlet]]''.{{sfn|Sutherland|1967|pp=95–96, 101}} Setelah kepulangannya, ia mulai mengajar di jurusan sastra Inggris di Universitas Indonesia, kemudian menjadi kepala jurusan pada Juni 1960.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=118}}
 
Msuknya media berbahasa Inggris pada akhir 1960an menimbulkan peningkatan pemahaman dan pemakaian bahasa tersebut pada masyarakat Indonesia.{{sfn|Tempo|1974|p=46}} Sekolah-sekolah bahasa mengajarkan bahasa Inggris dan penerbitan-penerbitan meluncurkan buku-buku pelajaran bahasa Inggris berkembang.{{sfn|Tempo|1974|p=49}} Namun, Kurnianingrat menyesalkan tingkat kemahiran berbahasa Inggris yang rendah secara umum karena sedikit orang yang mampu membayar biaya les privat.{{sfn|Tempo|1974|p=47}} Ia meraih tawaran dari [[Longman]] yang berbasis di [[London]] untuk menerbitkan buku pelajaran, namun ia menolaknya karena penerbitan tersebut tak ingin mencetak nama pengarang pada sampulnya. Sebuah penerbitan domestik, Bhratara, menerbitkan buku pelajaran buatannya yang berjudul ''Practical Conversations'' pada 1973.{{sfn|Tempo|1974|p=49}} Pada 1974, Kurnianingrat pensiun dari mengajar di Universitas Indonesia.{{sfn|Tempo|1974|p=47}} Ia mengajar privat pada tahun-tahun berikutnya.{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=119}} Pada usia 70an tahun, ia mengalami kehilangan penglihatan mata dan tak lagi menulis tanpa dibantu.{{sfn|McCarthy|Zainuddin|2017|p=xviii}} Untuk menghadapi kondisi tersebut, ia mempelajari [[Braille]].{{sfn|Zainu'ddin|1994|p=119}}