Anci La Ricci: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 68:
== Kehidupan awal ==
Anci La Ricci lahir dengan nama Syamsir Arifin pada 17 Agustus 1953. Ia lahir di [[Kalosi, Alla, Enrekang|Kalosi]], [[Kabupaten Enrekang|Kewedanan Enrekang]], [[Sulawesi]] – [[Indonesia]] dan dibesarkan di [[Kota Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]. Ia merupakan putra sulung dari sembilan bersaudara dari pasangan almarhum H. Latembo dan Nanting. Anci La Ricci terlahir dari orang tua yang tidak ahli dalam dunia seni maupun musik, ia mengaku bakatnya dalam menyanyi diturunkan oleh teman-temannya di Makassar. Enam adiknya yang lain juga mengikuti dan berkarier di dunia musik. Dan dua diantaranya, yakni Anti La Ricci dan Syam Alam menjadi penyanyi dan pemusik nasional. Anci La Ricci mengaku bakat dan kemampuan bermusiknya mulai ditunjukkan ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1967, ketika Anci La Ricci menginjak masa remaja kira-kira berusia 14 tahun, Anci La Ricci adalah seorang gitaris utama (melodi/''lead'') dan pimpinan utama untuk mendirikan grup band hard rock yang bernama Stones, yang beranggotakan Amir sebagai pemain bassist, Rudy sebagai pemain kibordis, Jamal pemain drummer, Jafar sebagai gitaris
== Ciri khas ==
Baris 77:
== Perjalanan karier ==
Pada wawancara di acara TV "In Life Makassar", [[GOTV Makassar]] tahun 2015, Anci La Ricci menceritakan perjalanan karier bermusiknya. Pada
Perjalanan karier seorang Anci La Ricci untuk menjadi seorang penyanyi terkenal ternyata sangat berliku. Kehidupannya dulu yang cukup sulit membuat Anci bekerja apapun sebelum mencapai mimpinya menjadi seorang penyanyi. Ia pernah menggantungkan hidupnya dengan menjadi penjahit di sebuah lapak kayu kecil di Jalan Cendrawasih, Kotamadya Makassar. Ia memang suka menyanyi, namun pantang baginya mengamen, karena menurutnya tak pantas jika sebuah karya seni dihargai sangat murah. Prinsip yang dimilikinya tidak akan mengobral musik dengan mengamen, tetapi berkarya itu harus dijual mahal.
|