Gajah perang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
Rescuing 13 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
Baris 14:
=== Penjinakan ===
Jenis gajah pertama yang dijinakkan adalah [[gajah Asia]], yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian. Penjinakan gajah—bukan sepenuhnya [[domestikasi]], karena gajah masih ditangkap di alam liar dan belum dibiakkan secara sengaja—kemungkinan dimulai di tempat-tempat berikut ini. Di [[India]], sekitar tahun 2000 SM pada masa [[Peradaban Lembah Sungai Indus]], gajah mulai dijinakkan.<ref>{{cite web
▲| url = http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?ParagraphID=ayt#1822
| title = HISTORY OF THE DOMESTICATION OF ANIMALS: Elephants
| first =
| last
| author =
| authorlink =
| coauthors =
| date
| month =
| year
| work
| publisher =
| location =
| page
| pages = 3
| at
| language =
| trans_title =
| format =
| doi
| archiveurl = https://web.archive.org/web/20170504035851/http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?ParagraphID=ayt#1822
| archivedate = 2017-05-04
| accessdate = 12-1-2011
| quote =
| ref
| separator =
| postscript =
| dead-url = no
}}</ref> Di [[Mesopotamia]] pada waktu yang kurang lebih sama, gajah juga diperkirakan mulai dijinakkan. Tempat lainnya adalah di [[Cina]], tempat bukti-bukti arkeologis menunjukkan adanya gajah liar di lembah [[Sungai Kuning]] pada masa [[Dinasti Shang]] (1600-1100 SM). Ini memunculkan dugaan Cina sebagai tempat awal penjinakkan gajah.<ref>Schafer, 289–290.</ref> Populasi gajah liar di Mesopotamia dan Cina berkurang secara drastis karena penebangan hutan dan meledaknya populasi manusia. Pada 850 SM, gajah Mesopotamia punah, dan pada 500 SM gajah Cina tinggal sedikit dan hanya terdapat di daerah selatan Sungai Kuning.
Menangkap gajah dari alam liar merupakan tugas yang sulit, tetapi cara ini diperlukan karena metode pembiakan memakan waktu yang lama untuk menghasilkan gajah dewasa yang siap tempur. Secara umum, gajah yang digunakan dalam perang adalah gajah jantan karena mereka lebih agresif. Selain itu, gajah betina dalam perang akan kabur dari gajah jantan, sehingga hanya gajah jantan yang dapat digunakan dalam perang, sedangkan gajah betina digunakan untuk keperluan [[logistik]].<ref>Kistler, hlm.xi.</ref>
Baris 53 ⟶ 52:
Tidak ada bukti pasti mengenai kapan persisnya gajah perang mulai digunakan. Himne religius [[Peradaban Weda|Weda]] India terawal. [[Rigweda]], bertahun antara akhir milenium kedua dan awal milenium pertama SM, menyebutkan tentang penggunaan gajah sebagai kendaraan—tepatnya dewa [[Indra]] yang mengendarai gajah putihnya, [[Airawata]]—namun tidak disebutkan mengenai penggunaan gajah dalam perang, dan lebih berfokus pada peran Indra dalam memimpin pasukan berkuda.<ref>{{cite web
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20230523225556/https://www.hinduwebsite.com/hinduism/vedicgods.asp
|
|
|
|
|
|
|dead-url = no
}}</ref> Sementara dalam kisah [[Mahabharata]], yang berasal dari sekitar abad kedelapan SM dalam bentuk terawalnya, dan [[Ramayana]], yang berasal dari sekitar abad keempat SM,<ref>Sankalia, 1963.</ref> menyebutkan adanya gajah perang, mengindikasikan awal penggunaan gajah dalam perang.<ref>Nossov, hlm. 10.</ref>
Raja-raja India kuno sangat memandang tinggi fungsi gajah perang. Beberapa raja bahkan berpendapat bahwa pasukan tanpa gajah sama lemahnya dengan hutan tanpa singa, kerajaan tanpa raja, keberanian tanpa senjata.<ref>Chakrvarti, hlm.48-9.</ref>
Baris 99:
Penggunaan gajah dalam perang terus menyebar. Para penerus kekaisaran Aleksander, yaitu para [[Diadochi|Diadokhoi]], menggunakan ratusan gajah India dalam perang mereka. Penggunaan gajah perang oleh Diadokhoi yang paling terkenal adalah oleh [[Kekaisaran Seleukus|Kekaisaran Seleukos]], yang memperoleh gajah perangnya dari India. Perang antara Kekaisaran Seleukos dengan [[Chandragupta Maurya]] (Sandrokottos), pendiri Kekaisaran [[Maurya]] ([[Perang Seleukia-Maurya]]), pada 305 SM berakhir dengan penyerahan wilayah timur Seleukos yang cukup luas, yang ditukar dengan 500 ekor gajah perang India.<ref>Fox, 2006.</ref> Jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan keseluruhan pasukan gajah [[Maurya]], yang disebut-sebut mencapai 9.000 ekor gajah perang.<ref>Plinius, ''Naturalis Historia'' VI, 22.4.</ref> Seleukos menggunakan gajah perang mereka pada [[Pertempuran Ipsos]] empat tahun kemudian. Kekaisaran Seleukos juga menggunakan gajah perang untuk menghentikan [[Pemberontakan Makabim]] di [[Judea]]. Ketika itu, gajah-gajah perang berhasil membuat para prajurit [[Yahudi]], yang menggunakan senjata yang lebih sederhana, ketakutan. [[Eleazar Makkabeus]], pria termuda di antara [[Hasmonean]] bersaudara, berhasil membunuh seekor gajah perang dalam [[Pertempuran Beth Zakaria]]. Dia menusuk perut sang gajah dengan tombaknya sebelum akhirnya dia mati tertindih oleh badan gajah tersebut. Dia menyerang gajah tersebut karena secara salah mengira bahwa gajah itu mengangkut [[Antiokhos V]], raja Seleukos.<ref>[[1 Makabim]], 6:43-46.</ref> Meskipun dia keliru dan akhirnya mati, tindakannya menjadi terkenal.
Penggunaan pertama gajah perang di Eropa adalah pada tahun 318 SM oleh [[Polyperkhon]], salah satu mantan jenderal Aleksander Agung, ketika itu dia mengepung [[Megalopolis]] di [[Peloponnesos]] dalam [[Perang Diadokhoi]]. Dia mengerahkan 60 gajah yang dibawa dari Asia bersama pawang mereka. Seorang veteran dari pasukan Aleksander yang bernama Damis ikut membantu rakyat Megalopolis bertahan menghadapi gajah-gajah itu dan pada akhirnya Polyperkhon dikalahkan. Gjah-gajah itu kemudian diambil oleh [[Kassandros]] dan dipindahkan, sebagian lewat laut, ke medan tempur lainnya d Yunani. Diduga bahwa Kassandros adalah yang pertama kali membuat kendaraan laut pengangkut gajah. Beberapa gajah mati karena kelaparan pada tahun 316 SM ketika mengepungan kota [[Pydna]] di [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]]. Gajah-gajah Polyperkhon lainnya digunakan di berbagai wilayah di Yunani oleh Kassandros.<ref>
==== Mediterania ====
Bangsa [[Mesir Ptolemaios|Mesir]] dan [[Kartago]] juga menggunakan [[gajah]] untuk perang, seperti yang dilakukan oleh bangsa [[Numidia]] dan [[Kerajaan Kush|Kush]]. Jenis gajah yang digunakan adalah [[Gajah Afrika Utara|gajah hutan Afrika Utara]] (''Loxodonta africana pharaohensis''), yang kelak punah akibat [[overeksploitasi|eksploitasi yang berlebihan]].<ref>
Sejak akhir 1940-an, beberapa sejarawan berpendapat bahwa gajah hutan Afrika yang digunakan oleh Numidia, [[Pasukan militer Punik|Kartago]], dan Mesir tidak membawa [[rengga]] (tempat duduk) atau [[turret|menara kecil]] di punggungnya dalam pertempuran, mungkin karena fisiknya yang tidak sekuat gajah Asia.<ref>Scullard (1948); (1974) 240-45</ref> Beberapa referensi mengenai keberadaan rengga pada gajah perang Afrika hanyalah penggambaran puitis dan anakronistis, tetapi beberapa sumber lainnya juga tidak bisa begitu saja diabaikan. Ada kesaksian kontemporer yang secara jelas menyebutkan bahwa pasukan [[Juba I]] dari Numidia menggunakan gajah yang berengga pada 46 SM.<ref>Caesar, ''De Bello Africo'' 30.2, 41.2, 86.1.</ref> Pendapat ini dididukung oleh gambar gajah Afrika berengga pada koin [[Juba II]].<ref>J. Mazard, ''Corpus Nummorum Numidiae Mauretaniaeque'' (Paris 1955) 103, nº. 276, pl. 247</ref> Rengga juga diceritakan ada pada pasukan Ptolemaios dari Mesir. [[Polybius]] melaporkan bahwa dalam [[Pertempuran Raphia]] pada 217 SM, gajah-gajah perang milik [[Ptolemy IV|Ptolemaios IV]] membawa rengga; gajah-gajah ini jauh lebih kecil daripada gajah Asia yang digunakan oleh Kekaisaran Seleukos dan kemungkinan juga gajah hutan Afrika.<ref>Polybius v.84.2-7</ref> Juga ada bukti bahwa gajah perang Kartago dilengkapi dengan rengga atau menara kecil untuk keperluan militer tertentu.<ref>Rance (2009)</ref>
Baris 166:
Catatan sejarah [[Sri Lanka]] mengindikasikan penggunaan gajah sebagai kendaraan yang dinaiki oleh raja ketika sedang memimpin pasukan dalam pertempuran,<ref>{{cite web
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20160303173604/http://www.lankalibrary.com/wlife/elephants6.htm
|
|
|
|
|
|
|dead-url = no
}}</ref> dan beberapa gajah tercatat dalam sejarah. Gajah [[Kandula]] merupakan kendaraan raja [[Dutugamunu]], sedangkan [[Maha Pambata]], "Batu Besar", adalah kendaraan raja [[Elara]] dalam pertempuran pada 200 SM.<ref>{{cite web
| url = http://mahavamsa.org/2008/05/war-king-elara/
| title = War Against King Elara
| first =
| last =
| author =
| authorlink =
| coauthors =
| date =
| month =
| year =
| work = The Mhavamsa
| publisher =
| location =
| page =
| pages =
| at
| language =
| trans_title =
| format =
| doi =
| archiveurl = https://web.archive.org/web/20171216034859/http://mahavamsa.org/2008/05/war-king-elara/
| archivedate = 2017-12-16
| accessdate = 15-1-2011
| quote =
| ref =
| separator =
| postscript =
| dead-url = no
}}</ref>
Baris 227 ⟶ 229:
==== Eropa ====
Pada [[Abad Pertengahan]], gajah perang jarang digunakan di Eropa. [[Karel yang Agung]] menggunakan gajahnya, yang bernama [[Abul-Abbas]], ketika dia berperang dengan pasukan [[Denmark]] pada 804 Masehi.<ref>
[[Berkas:Bayon Angkor Relief1.jpg|jmpl|ka|250px|Pasukan [[Kerajaan Khmer]] dengan gajah perangnya melawan pasukan [[Orang Cham|Cham]] pada abad ke-12. Relief di kuil Bayon di [[Angkor]], [[Kamboja]].]]
[[Berkas:Naresuanbattlelephnt.jpg|jmpl|ka|250px|"[[Pertempuran Yuthahatthi|Pertempuran Besar Yuthahatthi]]" - Raja [[Siam]], [[Naresuan]], bertarung dengan putra mahkota [[Burma]] di dekat [[Suphanburi]] pada Janauri 1593. Patung di [[Muang Boraan]], provinsi [[Samut Prakan]], [[Thailand]].]]
Baris 283 ⟶ 285:
Meskipun demikian, di Asia Tenggara, gajah perang masih terus digunakan sampai akhir abad kesembilan belas. Salah satu kesulitan utama di kawasan ini adalah keadaan medan geografisnya dan gajah bisa melewati daerah yang sulit dengan lebih mudah dibandingkan jika menggunakan kavaleri kuda. Tentara Siam memanfaatkan gajah perang yang dipersenjatai dengan [[jingal]] sampai [[Perang Prancis-Siam 1893|Perang Prancis-Siam]] pada 1893, sedangkan [[Vietnam]] menggunakan gajah perang sampai sekitar tahun 1885, ketika terjadi [[Perang Sino-Prancis]].
Memasuki abad dua puluh, gajah yang tak dilatih bertempur digunakan untuk tujuan militer sampai [[Perang Dunia II]],<ref>
{{cquote|Mereka [gajah] membangun banyak jembatan bagi kami, mereka membantu membuat dan meluncurkan lebih banyak kapal bagi kami daripada yang [[Helene]] lakukan bagi Yunani. Tanpa mereka gerak mundur kami dari [[Burma]] akan menjadi lebih sukar dan gerak maju untuk melakukan pembebasan akan menjadi lebih lambat dan sulit.}}
Baris 290 ⟶ 292:
|title=FM 3-05.213 (FM 31-27) Special Forces Use of Pack Animals
|publisher=[[John F. Kennedy Special Warfare Center and School]]
|year=2004
|year=2004}}</ref> Catatan terakhir mengenai penggunaan gajah dalam perang terjadi pada 1987 ketika [[Irak]] diduga menggunakan gajah untuk mengangkut persenjataan berat untuk digunakan di [[Kirkuk]].▼
|access-date=2011-01-16
|archive-date=2018-09-27
|archive-url=https://web.archive.org/web/20180927090756/https://fas.org/irp/doddir/army/fm3-05-213.pdf
|dead-url=no
▲
== Penggunaan taktis ==
Baris 319 ⟶ 326:
=== Kelemahan ===
Gajah perang juga memiliki kelemahan. Gajah memiliki kecenderungan tersendiri untuk panik. Jika memperoleh luka yang sangat menyakitkan atau jika pengendaranya mati, gajah akan mengamuk dan berlari tak terkendali <ref name=HELLAS:NET/> serta bisa mengakibatkan kerugian pada kedua belah pihak yang sedang bertempur. Infantri Romawi yang berpengalaman kadang mencoba untuk memotong belalai gajah dengan tujuan membuat gajah tersebut panik dan berlari ke belakang barisan mereka sendiri. ''Skirmisher'' cepat yang bersenjatakan lembing juga sering berusaha menghalau gajah, karena lembing dan senjata sejenisnya dapat membuat panik gajah. Gajah perang kadang tak terlindungi pada bagian samping, karena itu infantri Romawi yang menggunakan api atau barisan tembiang yang banyak, misalnya [[Triarii]], akan berusaha membuat gajah musuh memperlihatkan bagian sampingnya. Dengan begitu, gajah tersebut akan menjadi rentan terhadap tusukan tembiang atau lembing ''skirmisher''. Olahraga kavaleri [[pancang tenda]] tumbuh dari rezim pelatihan bagi para penunggang kuda untuk melumpuhkan atau menghalau gajah perang.<ref>
Nilai guna gajah perang berbeda-beda bagi daerah barat dan timur. Di barat, misalnya Romawi, militer lebih mengutamakan kedisplinan infantri dan kavaleri berkuda. Sementara di timur, gajah perang lebih banyak digunakan karena mereka mengandalkan rasa takut dan teror untuk mengalahkan musuh. Pada abad kesembilan belas, adalah muncul tren untuk membandingkan perbedaan tersebut.<ref>Said, 1978.</ref> Salah satu sejarawan berkomentar bahwa gajah perang "telah terbukti mudah gugup dan gampang waswas pada suara-suara tak dikenal dan karena alasan inilah gajah perang rentan memecah barisan dan melarikan diri."<ref>Jayawardhene, (1994).</ref> Meskipun demikian, penggunaan gajah perang yang berlangsung selama ribuan tahun menunjukkan bahwa unit ini memang berguna dalam medan pertempuran.
Baris 375 ⟶ 382:
{{Commonscat|War elephants}}
* {{en icon}} [http://www.clickfire.com/viewpoints/articles/political/elephants.php Penggunaan Gajah dalam Militer pada Periode Yunani dan Romawi]
* {{en icon}} [http://www.artsrilanka.org/essays/elephants/index.html Gajah dalam Sejarah dan Budaya Sri Lank] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070822160044/http://www.artsrilanka.org/essays/elephants/index.html |date=2007-08-22 }}
* {{en icon}} [http://horsesandswords.blogspot.com/2006/05/battle-of-khajwa.html Pertempuran Khajwa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141229185222/http://horsesandswords.blogspot.com/2006/05/battle-of-khajwa.html |date=2014-12-29 }}
|