Kesultanan Palembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Para Penguasa Palembang (1455-1823)[1]: Menambahkan alur cerita sejarah yg mengkisahkan sultan Muhammad Tjing Djamaluddin WMWN Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 232:
|20
|1819-1821
|Sultan Palembang Darussalam Ke-IX
(Versi Inggris/Belanda menyebut
[[Sultan Ahmad Najamuddin III|Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu]] Bin [[Mahmud Badaruddin II dari Palembang|Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin]]
|
Baris 246 ⟶ 248:
|
|7 Oktober 1823
|'''''<u>Menurut Catatan dari trah zuriat Pangeran Ratu:</u>'''''
Kesultanan Palembang Darussalam (Vakum) 7 Oktober 1823 karena tidak mau takluk pada kolonial Belanda dan juga menolak untuk diangkat menjadi Sultan boneka oleh penjajah, dan 4 Sultan Palembang Darussalam dibuang yaitu Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin Bin Sultan Muhammad Bahauddin dan Putra Mahkota Sultan Muhamad Tjing Djamaludin wangsa martaradja wijaya negara yg sebelumnya bergelar Pangeran Achmad Bolonson wangsa Martaradja Wijaya Negara Pangeran Ratu Ibn Susuhunan Mahmud Badaroeddin pada tanggal 4 Syawal 1236 H dibuang ke Manado, Kemudian Bulan Jumaidil akhir 1240 Sultan Suhunan Husin Dhiauddin Bin Sultan Muhammad Bahauddin dibuang Kolonial Belanda Ke Batavia yg sekarang kota jakarta, Serta Tahun 1241 H, Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom Bin Sultan Susuhunan Husin Dhiauddin ditangkap dan di Buang oleh Kolonial Belanda ke Banda, Kemudian dibuang lagi ke Manado, sampai sekarang Makam Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom belum ditemukan.
|