Tiga Dara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
| editing = Soemardjono
| distributor = [[Perfini]]
| released = {{Film date|1956|
| runtime = 115 menit
| country = Indonesia
Baris 30:
'''''Tiga Dara''''' adalah sebuah film komedi musikal Indonesia yang dirilis pada tahun 1956 dan disutradarai oleh [[Usmar Ismail]] serta dibintangi oleh [[Chitra Dewi]], [[Mieke Wijaya]], dan [[Indriati Iskak]].
Diproduksi menggunakan dana pemerintah dan ditulis dalam upaya membangkitkan Perfini dari keterpurukan, ''Tiga Dara'' ditujukan untuk komersial meskipun Ismail tidak setuju dengan karya-karya semacam itu. Setelah dirilis pada bulan
Sejak perilisannya, ''Tiga Dara'' dianggap menjadi karya klasik dari perfilman Indonesia, dengan tema-tema yang masih relevan dengan masyarakat Indonesia modern. Film tersebut diremake dengan judul ''Tiga Dara Mencari Cinta'' pada 1980 oleh Djun Saptohadi dan mempengaruhi ''[[Pacar Ketinggalan Kereta]]'' (1989) karya [[Teguh Karya]]. Sebuah remake kedua, ''Ini Kisah Tiga Dara'', yang diproduksi oleh [[Nia Dinata]] dan dirilis pada September 2016. Pada 2015 ''Tiga Dara'' direstorasi dan dikonversi dalam bentuk digital [[4K]] oleh Laboratorium L'immagine Ritrovata dan tayang di bioskop pada bulan Agustus 2016.
Baris 67:
''Tiga Dara'' disutradarai dan diproduksi oleh [[Usmar Ismail]] untuk Perusahaan Film Nasional (lebih dikenal sebagai Perfini).{{sfn|Kristanto|2007|p=46}} Meskipun Ismail ingin "tidak akan mempertimbangkan segi komersial" pembuatan film ketika ia mendirikan Perfini pada 1950,{{sfn|Said|1982|p=49}} ia terpaksa mengakui kebutuhan untuk membuat sebuah film yang menguntungkan karena Perfini masih kekurangan uang. Setelah kegagalan ''[[Lagi-Lagi Krisis]]'' (1955) dan ''[[Tamu Agung]]'' (1955), situasi keuangan perusahaan tersebut bergejolak, dan Ismail memberhentikan sejumlah stafnya.{{sfn|Biran|2009|p=152}} Dengan hanya sedikit bantuan keuangan dari pemerintah untuk produksi berikutnya,{{efn|Pada 1956, Perfini meraih [[rupiah Indonesia|Rp]] 2,500,000 untuk memdanai produksi film {{harv|Ismail|1958|p=9}}.}}{{sfn|Ismail|1958|p=9}} Ismail berkolaborasi dengan M. Alwi Dahlan untuk menulis sebuah film yang akan menjadi populer di kalangan audien.{{sfn|Kristanto|2007|p=46}} Cerita yang dihasilkan, yang terinspirasi oleh film komedi musikal 1936 ''[[Three Smart Girls]]'' (''Tiga Gadis Cerdas''),{{sfn|Anwar|1991|p=3}} adalah ''Tiga Dara''.{{sfn|Kristanto|2007|p=46}}
Produksi ''Tiga Dara'' dimulai pada
Karena film-film musikal populer di kalangan penonton Indonesia, ''Tiga Dara'' dibuat dalam genre ini. Film tersebut menampilkan tujuh lagu karya Sjaiful Bachri (yang juga bertugas sebagai [[penyunting suara (pembuatan film)|penyuntingan suara]]) serta satu oleh [[Ismail Marzuki]] dan dua oleh Oetjin Noerhasjim.<ref>{{harvnb|Anwar|1991|p=2}}; {{harvnb|Ismail|1957|loc=00:01:07}}.</ref> Hanya Mieke Wijaya yang menyediakan vokalnya sendiri; aktor-aktor lainnya di-isi suara-nya oleh Sam Saimun, Elly Sri Kudus, [[Bing Slamet]], Djuita, S. Effendy, dan Sitti Nurochma.{{sfn|Ismail|1957|loc=00:01:09}} Kameramen jangka panjang Perfini [[Max Tera]] menangani sinematografi untuk film [[hitam-putih]] tersebut, menggunakan peralatan yang tersedia di perusahaan tersebut, dan Soemardjono bertugas dalam penyuntingannya.<ref>{{harvnb|Kristanto|2007|p=46}}; {{harvnb|Anwar|1991|p=2}}.</ref>
Baris 86:
== Perilisan dan sambutan ==
''Tiga Dara'' tayang perdana pada
Negotiasi untuk mengirimkan ''Tiga Dara'' ke [[Federasi Malaya|Malaya]] dimulai setelah perilisannya, dan film tersebut diekspor, kembali meraih kesuksesan, dalam pertukaran untuk impor film Malaya ''Mega Mendung''.{{efn|Peristiwa tersebut tak lazim; umumnya tiga film Malaya diimpor untuk setiap film Indonesia yang diekspor {{harv|''Java-Bode'' 1957}}.}}<ref>{{harvnb|Ismail|1983|pp=135–136}}; {{harvnb|''Java-Bode'' 1957}}.</ref> Pada akhir 1950an, film tersebut ditayangkan di beberapa kota Italia, termasuk [[Roma]], serta di Yugoslavia.{{Sfn|Ismail|1983|pp=135–136}} Setelah Floris Ammannati melihat penayangan Roma-nya, ia mengundang Ismail untuk menampilkan ''Tiga Dara'' di [[Festival Film Internasional Venesia ke-20|Festival Film Venesia 1959]]<!--on 26 August-->; Ismail menyepakatinya, meskipun ia menganggap penayangan Venesia-nya gagal.{{efn|Dalam laporannya tentang festival tersebut, Ismail menyatakan bahwa ''Tiga Dara'' gagal memukau para penonton karena film tersebut tidak memberikan subjudul apapun. Sehingga, para penonton tidak dapat mengikuti jalan ceritanya, meskipun mereka tetap menikmati musiknya {{harv|Ismail|1983|p=136}}.}}<ref>{{harvnb|Utama|Antosiamo|Indrayati|1987|p=163}}; {{harvnb|Ismail|1983|p=136}}.</ref> ''Tiga Dara'' ditayangkan di [[Nugini Belanda]] pada Agustus 1960{{sfn|''Nieuw Guinea Koerier'' 1960}} dan di [[Suriname]] pada Agustus 1963.{{sfn|''Niuew Suriname'' 1963}}
Baris 100:
== Warisan ==
''Tiga Dara'' telah diakui sebagai karya klasik pada perfilman Indonesia dan sering disiarkan di televisi, terhitung sejak TVRI menayangkannya pertama kali pada tahun 1971.{{sfn|Makhsara|2016b}} Sebuah retrospektif 1989 tentang Perfini dalam majalah ''[[Tempo (majalah Indonesia)|Tempo]]'' menyatakan bahwa film tersebut masih menampilkan pesona kejujuran dan kenyataan umum dalam karya Ismail sebelumnya,{{sfn|Utama|Antosiamo|Indrayati|1987|p=163}} dan dalam sebuah buku memorial 1991 untuk Ismail, [[Rosihan Anwar]] menyatakan bahwa tema-tema ''Tiga Dara'' masih sejalan bagi bangsa Indonesia.{{Sfn|Anwar|1991|p=5}} Pendapat yang sama diutarakan oleh sutradara film [[Nia Dinata]] pada 2016.{{sfn|Galikano|2016}}
[[Berkas:Nia Dinata.jpg|jmpl|lurus|kiri|[[Nia Dinata]] membuat ulang ''Tiga Dara'' dengan judul ''[[Ini Kisah Tiga Dara]]'' pada 2016.]]
|