Tahun Gajah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 18:
Abrahah yang marah, melancarkan ekspedisi enam puluh ribu orang melawan Ka'bah di Mekah, dipimpin oleh seekor gajah putih bernama "Mahmud"<ref>{{cite book|last=Kistler|first=John M. ; foreword by Richard Lair|title=War elephants|year=2007|publisher=University of Nebraska Press|location=Lincoln|isbn=978-0803260047|page=177|chapter-url=https://books.google.com/books?id=-5RHK4Ol15QC&pg=PA177|chapter=The Year of The Elephant|quote=The lead elephant, named [[White elephant|'''Mahmud''']], stopped and knelt down, refusing to go further.|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20160109135635/https://books.google.com/books?id=-5RHK4Ol15QC&lpg=PA177&pg=PA177|archive-date=2016-01-09}}</ref> (dan mungkin dengan gajah lain - beberapa akun menyatakan ada beberapa gajah, atau bahkan sebanyak delapan gajah) untuk menghancurkan Ka'bah. Beberapa suku Arab berusaha melawannya di jalan, tetapi dikalahkan.<ref name="Hajjah" /><ref name="Watt">William Montgomery Watt (1961). [https://archive.org/details/in.gov.ignca.29762 ''Muhammad: Prophet and Statesman''], Oxford: Oxford University Press, p.&nbsp;7.</ref> [[Ibnu Katsir]] melaporkan bahwa saat sampai di daerah al-Mughammas, sebelah timur Makkah, Abrahah dan pasukannya merampok harta milik penduduk Makkah.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=711}}
 
Ketika berita kemajuan pasukan Abrahah datang, suku-suku Arab Quraisy, Bani Kinanah, [[Bani Khuza'ah]] dan Bani Hudzail bersatu mempertahankan Ka'bah. Seorang pria dari [[Kerajaan Himyar|Himyar]] dikirim oleh Abrahah untuk memberi tahu mereka bahwa Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah dan jika mereka melawan, mereka akan dihancurkan. [[Abdul Muthalib]] menyuruh orang-orang Makkah untuk berlindung di perbukitan sementara dia bersama beberapa anggota terkemuka Quraisy tetap berada di dalam lingkungan Ka'bah.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abrahah mengirim utusan mengundang Abdul Muthalib untuk bertemu dengan Abrahah dan mendiskusikan berbagai hal.{{sfn|Mubarakfuri|2006|hlmpage=711}}
 
Abdul Muthalib berdiri dan menemui Abrahah. Abdul Muthalib menuntut Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang sebelumnya telah dirampok oleh Abrahah di al-Mughammas. Abrahah dilaporkan mengatakan, "Kamu hanya membicarakan mengenai dua ratus unta milikmu yang telah diambil oleh pasukanku, mengapa kamu tidak membicarakan Ka'bah yang menjadi simbol agama dan nenek moyangmu? Padahal aku datang ke sini untuk menghancurkannya".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abdul Muthalib hanya menjawab, ''"Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka'bah itu memiliki pemiliknya sendiri [Tuhan], biarlah pemiliknya yang akan menjaganya"''. Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712–713}}
 
Referensi cerita di [[Qur'an]] agak pendek. Menurut [[Surah Al-Fil|Surah al-Fīl]], keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] bernama ''[[Ababil]]'' ({{lang-ar|أَبـابـيـل}}) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa [[Lava|batu kecil]] di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".<ref>Lihat {{Qref|102|3|b=yl}} sampai {{Qref|102|5|b=yl}}</ref>
 
Referensi cerita di [[al-Qur'an]] agak pendek. Menurut [[Surah Al-Fil|Surah al-Fīl]], keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] bernama ''[[Ababil]]'' ({{lang-ar|أَبـابـيـل}}) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa [[Lava|batu kecil]] di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".<ref>Lihat {{Qref|102|3|b=yl}} sampai {{Qref|102|5|b=yl}}</ref>
Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam (dalam bahasa arab hasbah) dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal ''al-Qamous'' (القاموس) by [[Fairuzabadi]].<ref>{{Cite book|title=Ibid|quote=Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī}}</ref>
 
Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam (dalam bahasa arab hasbah) dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal ''al-Qamous'' (القاموس) byoleh [[Fairuzabadi]].<ref>{{Cite book|title=Ibid|quote=Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī}}</ref>
 
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ''al-Abābīl'' ({{lang|ar|الأبابيل}}) adalah sekawanan burung yang terbang dan berkumpul.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}} Sementara [[Ibnu Abbas]] mengatakan bahwa maksudnya adalah "memiliki paruh yang panjang dan cakar seperti telapak kaki Anjing".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=715–716}} Sementara [[Ibnu Zaid]] mengatakan bahwa yang dimaksud ''al-Abābīl'' adalah berbagai macam burung yang terbang.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}}
 
== Syiah ==