Al Washliyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
MarDumai (bicara | kontrib)
k Gambar MIT Medan.
Baris 28:
 
Perseteruan antara dua kubu tersebut menjadi bahan pembicaraan di ''Debating Club'' Maktab al-Islamiyah Tapanuli (MIT), [[Medan]] sejak 1928. MIT didirikan pada Mei 1918 oleh para ulama Kaum Tua dari [[Mandailing]], [[Tapanuli]].<ref>{{Cite book|title=Sejarah Maktab al-Islamiyah Tapanuli|first=Abubakar|last=Ya'qub|publisher=Perdana Publishing|year=2020|location=Medan}}</ref> Pada 30 November 1930, para pelajar dan guru agama MIT mendirikan Al Jam'iyatul Washliyah. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pendirian Al Washliyah antara lain [[Arsyad Thalib Lubis|H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis]], [[Abdurrahman Syihab|H. Abdurrahman Syihab]], [[Ismail Banda|H. Ismail Banda]], [[Yusuf Ahmad Lubis|H. Yusuf Ahmad Lubis]], [[Adnan Lubis|H. Adnan Nur Lubis]], [[Syamsuddin Kular|H. Syamsuddin]], [[Nukman Sulaiman|H. Sulaiman]], dan lain-lain. Ketua pertama Al Washliyah dijabat oleh H. Ismail Banda.<ref name="was2">{{Cite book|title=Al-Jam'iyatul Washliyah 1930-1942: Api dalam Sekam di Sumatera Timur|first=Chalidjah|last=Hasanuddin|year=1988|publisher=Penerbit Pustaka|location=Bandung}}</ref>
[[Berkas:Museum Al Washliyah.jpg|kiri|jmpl|Gedung Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan, kini menjadi Museum Al Washliyah.]]
 
Al Washliyah mendapat dukungan dari beberapa ulama Kaum Tua Sumatra Timur seperti [[Syekh Muhammad Yunus]], [[Ja'far Hasan|Syekh Ja'far Hasan]], [[Syekh Ilyas Kadi]], dan [[Hasan Ma'shum|Syekh Hasan Maksum]] yang juga membina lembaga Kaum Tua dari para pelajar [[suku Melayu|Melayu]], [[Al Ittihadiyah]].<ref name="was1"/><ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/kiai-abdurrahman-syihab-haji-ismail-banda-syekh-muhammad-arsyad-thalib-lubis-syekh-muhammad-yunus-syekhul-ulama-al-jamiyatul-washliyah-medan/|title=Syekh Muhammad Yunus: Syekhul Ulama Al-Jam’iyatul Washliyah Medan|website=Tarbiyahislamiyah|date=10 Juli 2020|access-date=3 November 2021}}</ref> Dukungan dari alim ulama yang sebagian besar memiliki hubungan dengan kesultanan-kesultanan di Sumatra Timur memberikan akses kepada Al Washliyah dalam menyebarkan pengaruh dengan mendirikan madrasah-madarasah Al Washliyah, menjadi penyelenggara hari-hari besar Islam di lingkungan kesultanan, dan lain-lain. Al Washliyah mengadakan pawai [[Maulid Nabi]] secara besar-besaran di Medan pada 1934 dan 1935 dengan mengundang murid-murid dan para pengurus Al Washliyah se-Sumatra Timur.<ref name="was2"/>