Malaikat jatuh: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Baris 77:
Tema mengenai malaikat jatuh dibahas dalam sejumlah [[katekismus]], termasuk katekismus Uskup [[George Hay]] yang menjawab pertanyaan "Dosa apa yang menyebabkan mereka jatuh?": "Dosa itu adalah kecongkakan, yang muncul dari keindahan dan anugerah agung yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Karena melihat diri mereka sendiri sebagai makhluk yang begitu mulia, mereka jatuh cinta pada diri mereka sendiri, dan, melupakan Allah yang menciptakan mereka, ingin menjadi setara dengan Pencipta mereka." Akibat dari kejatuhan ini adalah, "mereka segera kehilangan semua anugerah supranatural dan keindahan surgawi mereka: mereka diubah dari malaikat yang mulia menjadi iblis yang mengerikan; mereka diusir dari surga, dan dihukum ke dalam siksaan neraka, yang telah dipersiapkan untuk mereka."<ref>{{cite book|chapter=[[s:Works of the Right Rev. Bishop Hay of Edinburgh/Volume 1/Chapter 4|Chapter 4: On The Creation And Fall Of The Angels]]|title=Works of the Right Rev. Bishop Hay of Edinburgh|year=1871|publisher=William Blackwood and Sons|first=Rev. George|last=Hay|author-link=George Hay (bishop)}}</ref>
 
Dalam hal sejarah, teologi malaikat jatuh diperkirakan berakar pada [[Kitab Henokh (disambiguasi)|literatur Henokh]], yang mulai ditolak oleh orang Kristen pada abad ketiga. Anak-anak Allah kemudian diidentikkan hanya dengan orang-orang saleh, lebih tepatnya dengan keturunan Set yang telah digoda oleh wanita-wanita keturunan Kain. Penyebab kejahatan digeser dari kekuatan superior malaikat, ke manusia itu sendiri, dan ke awal sejarah: pengusiran Setan dan para malaikatnya di satu sisi dan dosa asal manusia di sisi lain.<ref name="Patricia Crone p. 4">Patricia Crone. The Book of Watchers in the Qurān, p. 4</ref><ref>{{harvnb|Reed|2005|p=218}}</ref> Namun, Kitab Para Penjaga, yang mengidentifikasikan anak-anak Allah sebagai malaikat jatuh, tidak ditolak oleh orang [[Kekristenan Suriah|Kristen Syria]] atau [[Gereja Tewahedo Ortodoks Etiopia]].<ref name="Patricia Crone p. 5">Patricia Crone. The Book of Watchers in the Qurān, p. 5</ref> Karya [[Agustinus dari Hippo]], [[de Civitate Dei]] (abad ke-5), menjadi pendapat utama [[demonologi]] Barat dan [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]].<ref name="ReferenceC">David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 39</ref> Dia menolak tulisan-tulisan Henokh dan menyatakan bahwa satu-satunya asal mula malaikat yang jatuh adalah pemberontakan Setan.<ref name="Heinz Schreckenberg 1992">Heinz Schreckenberg, Kurt Schubert, ''Jewish Historiography and Iconography in Early and Medieval Christianity'' (Van Gorcum, 1992, {{ISBN|978-9023226536}}), p. 253</ref><ref name="ReferenceD">David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 42</ref> Akibatnya, malaikat yang jatuh disamakan dengan setan dan digambarkan sebagai entitas spiritual non-seksual.<ref name="ReferenceE">Joad Raymond ''Milton's Angels: The Early-Modern Imagination'' OUP Oxford 2010 {{ISBN|978-0199560509}} p. 77</ref> Sifat persis dari tubuh spiritual mereka menjadi topik perdebatan selama [[Abad Pertengahan]].<ref name="ReferenceC"/> Agustinus mendasarkan deskripsinya tentang setan pada persepsinya tentang [[Daimon]] Yunani.<ref name="ReferenceC"/> Daimon dianggap sebagai makhluk spiritual, yang terdiri dari materi halus, sebuah gagasan yang juga digunakan untuk malaikat yang jatuh oleh Agustinus.<ref name="ReferenceF">David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 40</ref> Namun, para malaikat ini menerima tubuh halus mereka hanya setelah kejatuhan mereka.<ref name="ReferenceF" /> Para sarjana di kemudian hari mencoba menjelaskan rincian sifat spiritual mereka, dengan menyatakan bahwa tubuh halus itu merupakan campuran api dan udara, tetapi mereka masih terdiri dari unsur-unsur material. Yang lain menyangkal adanya hubungan fisik dengan unsur-unsur material, menggambarkan malaikat yang jatuh sebagai entitas spiritual murni.<ref>David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 49</ref> Tetapi bahkan mereka yang percaya bahwa malaikat yang jatuh memiliki tubuh halus tidak percaya bahwa mereka dapat menghasilkan keturunan.<ref>Jeffrey Burton Russell ''Satan: The Early Christian Tradition'' Cornell University Press 1987 {{ISBN|978-0801494130}} p. 210</ref><ref>David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 45</ref>
 
[[Agustinus]], dalam karyanya [[de Civitate Dei]] menggambarkan dua kota (Civitates) yang berbeda dan berlawanan satu sama lain seperti terang dan kegelapan.<ref name="ReferenceG">Christoph Horn ''Augustinus, De civitate dei'' Oldenbourg Verlag 2010 {{ISBN|978-3050050409}} p. 158</ref> Kota duniawi disebabkan oleh tindakan pemberontakan para malaikat yang jatuh dan dihuni oleh orang-orang jahat dan setan (malaikat yang jatuh) yang dipimpin oleh Iblis. Di sisi lain, kota surgawi dihuni oleh orang-orang benar dan para malaikat yang dipimpin oleh Tuhan.<ref name="ReferenceG" /> Meskipun, pembagian [[Ontologi|ontologisnya]] ke dalam dua kerajaan yang berbeda menunjukkan kemiripan dengan dualisme [[Maniisme|Manichean]], Agustinus berbeda dalam hal asal-usul dan kuasa kejahatan. Dalam karya-karya Agustinus, kejahatan berasal dari [[kehendak bebas]]. Agustinus selalu menekankan [[kedaulatan Allah]] atas para malaikat jatuh.<ref>Neil Forsyth ''The Old Enemy: Satan and the Combat Myth'' Princeton University Press 1989 {{ISBN|978-0-691-01474-6}} p. 405</ref> Oleh karena itu, penduduk kota duniawi hanya dapat beroperasi dalam kerangka kerja yang diberikan Tuhan.<ref name="ReferenceD" /> Pemberontakan para malaikat juga merupakan akibat dari [[Kehendak bebas|kebebasan memilih]] yang diberikan Tuhan. Malaikat yang taat diberikan anugerah, yang memberi mereka pemahaman yang lebih dalam tentang sifat Allah dan tatanan dunia. Diterangi oleh anugerah yang Tuhan berikan, mereka menjadi tidak mampu merasakan keinginan untuk berbuat dosa. Akan tetapi, malaikat-malaikat lain tidak diberkati dengan anugerah itu, sehingga mereka tetap mampu berbuat dosa. Setelah para malaikat ini memutuskan untuk berbuat dosa, mereka jatuh dari surga dan menjadi setan.<ref>Jeffrey Burton Russell ''Satan: The Early Christian Tradition'' Cornell University Press 1987 {{ISBN|978-0801494130}} p. 211</ref> Dalam pandangan Agustinus tentang malaikat, mereka tidak dapat bersalah karena keinginan daging karena mereka tidak memiliki daging, tetapi mereka dapat bersalah karena dosa-dosa yang berakar pada roh dan akal budi seperti [[kesombongan]] dan [[Iri|iri hati]].<ref>David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 47</ref> Akan tetapi, setelah mereka mengambil keputusan untuk memberontak kepada Allah, mereka tidak dapat berbalik.<ref>Joad Raymond ''Milton's Angels: The Early-Modern Imagination'' OUP Oxford 2010 {{ISBN|978-0199560509}} p. 72</ref><ref>David L Bradnick ''Evil, Spirits, and Possession: An Emergentist Theology of the Demonic'' Brill 2017 {{ISBN|978-9-004-35061-8}} p. 44</ref> [[Katekismus Gereja Katolik]] tidak mengartikan "kejatuhan para malaikat" secara harfiah, tetapi sebagai penolakan yang radikal dan tidak dapat dibatalkan terhadap Allah dan pemerintahan-Nya oleh beberapa malaikat yang, meskipun diciptakan sebagai makhluk yang baik, dengan bebas memilih yang jahat, dosa mereka tidak dapat diampuni karena karakter yang tidak dapat dibatalkan dari pilihan mereka, bukan karena cacat dalam belas kasihan ilahi yang tak terbatas.<ref>{{cite web|url=https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1C.HTM |title=Catechism of the Catholic Church, "The Fall of the Angels" (391–395) |publisher=Vatican.va |access-date=2012-07-03 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120904224955/https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1C.HTM |archive-date=2012-09-04 }}</ref>