Kabupaten Majalengka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
FazilyBot (bicara | kontrib)
k Revisi vandalisme atau spam
Tag: gambar rusak PAWS [2.1]
Fazily (bicara | kontrib)
k Pengembalian suntingan oleh FazilyBot (bicara) ke revisi terakhir oleh Hysocc
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 9:
| penduduk = 1307995
| penduduktahun = [[2020]]
| pendudukref = <ref name="MAJALENGKA">{{cite web|url=https://majalengkakab.bps.go.id/publication/2020/04/27/614dbdc2d9a288e2f221f5ba/kabupaten-majalengka-dalam-angka-2020.html|title=Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2020|website=www.majalengkakab.bps.go.id|accessdate=4 Januari 2021|fprmat=pdf|archive-date=2022-01-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20220126150533/https://majalengkakab.bps.go.id/publication/2020/04/27/614dbdc2d9a288e2f221f5ba/kabupaten-majalengka-dalam-angka-2020.html|dead-url=no}}</ref>
| kepadatan =
| agama = [[Islam]] 99,66%<br> [[Kristen]] 0,32%<br>- [[Protestan]] 0,27%<br>- [[Katolik]] 0,05%<br> [[Buddha]] 0,01%<br> Lainnya 0,01%<ref name="MAJALENGKA"/>
| IPM = {{increase}} 67,81 (0,678)<br>{{fontcolor|orange|Sedang}} ([[2021]])<ref name="IPM">{{cite web|url=https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|title=Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021|website=www.bps.go.id|accessdate=5 Maret 2022|archive-date=2021-12-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211201065917/https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html|dead-url=no}}</ref>
| kecamatan = 26 kecamatan
| kelurahan = 13 kelurahan
Baris 19:
| nomor_polisi = E ''xxxx'' U*/V*/W*/X*
| dau = Rp995.993.633.000,00
| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15|archive-date=2013-02-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20130214064515/http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873|dead-url=yes}}</ref>
| lambang = Lambang Kabupaten Majalengka.svg
| peta = [[File:Map of West Java highlighting Majalengka Regency.svg|200px]]
| koordinat = <!---- gunakan [[templat:coord]]. biasanya diisi dengan koordinat alun-alun, katedral, pelabuhan, bandara, kantor polisi, kantor bupati, ataupun gedung DPRD ----> {{coord|-6.8352731|108.2276548|display=title,inline}}
| pushpin_map = Indonesia Jawa Barat#Indonesia Java#Indonesia
| pushpin_label = Majalengka
Baris 29:
| tanggal =
| hari jadi = {{tanggal lahir dan umur|1490|06|7}}
| bahasa = [[Bahasa Sunda Majalengka|Sunda Majalengka]]<br>[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| motto = Sindangkasih sugih mukti<br>{{small|{{su icon}} Sikap mengayomi dan mengasihi untuk mewujudkan kesejahteraan<br>(1412 Masehi)}}
| kepala daerah = [[Bupati]]
| nama kepala daerah = [[Karna Sobahi|Dr. H. Karna Sobahi, M.M.Pd.]]
Baris 40:
| translit_lang1_type = [[Aksara Sunda]]
| translit_lang1_info = {{Sund|ᮙᮏᮜᮦᮀᮊ}}}}
'''Majalengka''' ([[aksara Sunda]]: ᮙᮏᮜᮦᮀᮊ) adalah sebuah wilayah [[kabupaten]] yang terletak di [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]], [[Indonesia]]. [[ibu kota|Ibu kotanya]] adalah [[Majalengka, Majalengka|kecamatan Majalengka Kota]]. Kabupaten ini berjarak 95 &nbsp;km sebelah timur laut dari [[Kota Bandung]] dan 56 &nbsp;km dari [[Kota Cirebon]].
 
== Sejarah ==
Baris 48:
# [[Kerajaan Sindangkasih]], dipimpin oleh seorang puteri bernama Nyi Rambut Kasih
 
Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.<ref name="daerah.sindonews.com">{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1033199/29/nyai-rambut-kasih-ratu-majalengka-nan-sakti-dan-cantik-1439564268|title=Nyai Rambut Kasih, Ratu Majalengka nan Sakti dan Cantik|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-03-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20180320043804/https://daerah.sindonews.com/read/1033199/29/nyai-rambut-kasih-ratu-majalengka-nan-sakti-dan-cantik-1439564268|dead-url=no}}</ref>
 
=== Kerajaan Talaga Manggung ===
==== Raja Batara Gunung Picung ====
Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, dia adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. [[Sunan Talaga manggung]] putra Pandita [[Prabu Darmasuci]] putra [[Batara Gunung Picung]] putera [[Suryadewata]] putera bungsu dari Maharaja [[Sunda]] [[Galuh]] Prabu [[Ajiguna Linggawisesa]] (1333-1340) di [[Galuh]] [[Kawali]], [[Ciamis]]. Penguasa [[Kerajaan Sunda Galuh]] biasanya digelari '''Siliwangi'''. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka.Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agam yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu.Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga–Salawangi di daerah Cakrabuana.Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing.Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu.Raja berputera 6 orang yaitu &nbsp;:- Sunan Cungkilak–Sunan Benda–Sunan Gombang–Ratu Panggongsong Ramahiyang- Prabu Darma Suci- Ratu Mayang KarunaAkhir pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Darma Suci.
 
==== Raja Prabu Darma Suci ====
Baris 61:
 
==== Raja Sunan Talaga Manggung ====
Sunan Talaga Manggung merupakan raja yang terkenal sampai sekarang karena sikap dia yang adil dan bijaksana serta perhatian dia terhadap agama Hindu, pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat.Hubungan baik terjalin dengan kerajaan-kerajaan tetangga maupun kerajaan yang jauh, seperti misalnya dengan [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]], [[Pakuan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]], [[Kesultanan Cirebon|Kerajaan Cirebon]] maupun [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]].Dia berputera dua, yaitu &nbsp;:- Raden Pangrurah–[[Ratu Simbarkencana]] Raja wafat akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak beberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Palembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk konde sewaktu tidur.Dengan meninggalnya Palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden Kusumalaya Ajar Kutamanggu dan dianugrahi 8 orang putera di antaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung.
 
==== Raja Ratu Simbarkencana ====
Baris 74:
 
==== Raja Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum ====
Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang putri &nbsp;''Sunan Parung'', saudara sebapak &nbsp;''Ratu Pucuk Umun'' &nbsp;suami &nbsp;Pangeran Santri &nbsp;) melahirkan 6 orang putera yaitu &nbsp;:- Prabu Haurkuning - &nbsp;Sunan Wanaperih &nbsp;- [[Dalem Lumaju Agung]]- Dalem Panuntun–Dalem Panaekan Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam.Dia sebelum wafat telah menunjuk putera-puteranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya &nbsp;:Sunan Wanaperih memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji; Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja; Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan dia banyak yang menjabat sebagai Bupati.Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan Kulur.Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ Sangiang Kecamatan Talaga.
 
==== Raja Sunan Wanaperih ====
Terkenal &nbsp;[[Sunan Wanaperih]], di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam. Dia berputera 6 orang, yaitu &nbsp;:- Dalem Cageur–Dalem Kulanata–Apun Surawijaya atau Sunan Kidul- Ratu Radeya–Ratu Putri - &nbsp;Dalem [[Wangsa Goparana]]. Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra &nbsp;[[Syekh Abdul Muhyi]] &nbsp;dari Pamijahan bernama Sayid Faqih Ibrahim lebih dikenal [[Sunan Cipager]]. &nbsp;Dalem Wangsa Goparana &nbsp;pindah ke [[Sagalaherang, Subang|Sagalaherang Cianjur]], kelak keturunan dia ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati [[Raden Aria Wira Tanu I|Wiratanudatar I]] di Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi dia digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya menikah dengan putri Cirebon bernama Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon.Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak yaitu–Dipati Suwarga-Mangunjaya–Jaya Wirya–Dipati Kusumayuda–Mangun Nagara–Ratu Tilarnagara Ratu Tilarnagara menikah dengan &nbsp;Bupati Panjalu &nbsp;(Kerajaan Panjalu Ciamis) yang bernama &nbsp;Pangeran Arya Sacanata &nbsp;yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu &nbsp;:- Pangeran Dipati Wiranata- Pangeran Secadilaga atau pangeran Raji Pangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh puteranya Pangeran Secanata Eyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu Cirebon menggantikan Pangeran Secanata. Arya Secanata memerintah ± tahun 1762.
 
=== Kerajaan Sindangkasih ===
==== Mandala Sindangkasih dan Kerajaan Sindangkasih ====
Kerajaan dan wilayah Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari kata Sunda. Pada mulanya kata ''“Sunda”'' atau ''“Suddha”'' dalam bahasa Sanskerta diterapkan pada nama sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pulau Jawa yang dari jauh tampak putih karena tertutup abu asal gunung tersebut.<ref name="Auroux">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=JqxnjTKaQvQC&pg=PA188&lpg=PA188&dq=Gonda,+1973&source=bl&ots=WGuh2A2UFt&sig=mo650Aid1ZEBV6k1Dudf0w7NKkI&hl=ban&sa=X&ved=0ahUKEwiP0O_u95_aAhVIlpQKHdJYBvcQ6AEILDAC#v=onepage&q=Sunda&f=false|title=History of the Language Sciences / Geschichte der Sprachwissenschaften / Histoire des sciences du langage. 1. Teilband|last=Auroux|first=Sylvain|last2=Koerner|first2=E. F. K.|last3=Niederehe|first3=Hans-Josef|last4=Versteegh|first4=Kees|date=2008-07-14|publisher=Walter de Gruyter|isbn=9783110194005|language=en|access-date=2018-04-04|archive-date=2023-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230305180258/https://books.google.co.id/books?id=JqxnjTKaQvQC&pg=PA188&lpg=PA188&dq=Gonda,+1973&source=bl&ots=WGuh2A2UFt&sig=mo650Aid1ZEBV6k1Dudf0w7NKkI&hl=ban&sa=X&ved=0ahUKEwiP0O_u95_aAhVIlpQKHdJYBvcQ6AEILDAC#v=onepage&q=Sunda&f=false|dead-url=no}}</ref>
 
Keberadaan kerajaan Sindangkasih pada tahun [[1480]] atau pertengahan abad ke-15.<ref name="Barat">{{Cite web|url=http://www.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1050|title=Kabupaten Majalengka - Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat|last=Barat|first=Pemerintah Provinsi Jawa|website=www.jabarprov.go.id|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-04-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20180404134823/http://www.jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1050|dead-url=yes}}</ref> Kerajaan Sindangkasih disebutkan dalam berbagai naskah ''[[Babad]]'' di tanah Sunda. Pandangan masyarakat Sunda bahwa kemandalaan sering kali disebut sebagai kerajaan. Pandangan ini muncul karena struktur kemandalaan yang juga memiliki prajurit pengamanan sering kali diersamakan dengan kerajaan. Termasuk Kemandalaan Sindangkasih, [[Mandala Sindangkasih]] dipertukarkan pengertiannya dengan kerajaan.
 
Kesulitan pengertian dalam historiografi modern Barat, struktur kerajaan adalah sebuah struktur badan, wilayah dan administratif. Pandangan ini berbeda bagi masyarakat [[Nusantara]]. Bisa kita cermati bahwa [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]], [[Majapahit]] dan [[Tarumanagara]] juga disebut [[Mandala]].
 
Dalam pengertian historis, sosial dan politik, istilah "[[mandala]]" juga digunakan untuk menunjukkan formasi politik tradisional Asia Tenggara (seperti federasi kerajaan atau negara-negara atau kerajaan kecil). Ini diadopsi oleh para sejarawan Barat abad ke-20 dari wacana politik [[India]] kuno sebagai sarana untuk menghindari istilah 'negara' dalam pengertian konvensional. Tidak hanya negara-negara [[Asia Tenggara]] yang tidak sesuai dengan pandangan Cina dan [[Eropa]] tentang negara yang ditetapkan secara teritorial dengan perbatasan tetap dan aparatur birokrasi, tetapi mereka berbeda jauh dalam arah yang berlawanan: pemerintahan didefinisikan oleh pusatnya daripada batas-batasnya, dan itu bisa tersusun dari banyak pemerintahan jajahan lainnya tanpa mengalami integrasi administratif. Kerajaan seperti Bagan, [[Ayutthaya]], [[Kerajaan Champa|Champa]], [[Kerajaan Khmer|Khmer]], [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] dikenal sebagai "mandala" dalam pengertian ini.<ref name="chinabuddhismencyclopedia.com">{{Cite web|url=http://www.chinabuddhismencyclopedia.com/en/index.php?title=Mandala|title=Mandala - Chinese Buddhist Encyclopedia|website=www.chinabuddhismencyclopedia.com|language=en|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-04-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20180402101433/http://www.chinabuddhismencyclopedia.com/en/index.php?title=Mandala|dead-url=no}}</ref>
 
Beberapa Mandala atau kemandalaan di tatar Sunda ada yang berkembang menjadi kerajaan. Misalnya [[Mandala Indraprahasta]] menjadi Kerajaan Indraprahasta; [[Mandala Wanagiri]] menjadi Kerajaan Wanagiri; [[Mandala Kendan]] menjadi Kerajaan Kendan dengan rajanya yang termashur Gururesi atau Rajaresi Manik Maya berlokasi di Rancaekek Bandung sekarang. [[Mandala Bitung Giri]] menjadi [[Kerajaan Talaga Manggung]] Dan banyak lagi contoh lainnya.
Baris 96:
 
==== Mitos Nyi Rambut Kasih ====
Kerajaan Sindangkasih dipimpin oleh seorang ratu, yaitu Ratu Nyi Rambut Kasih.<ref name=":0" /> Ia anak dari Ki Gedeng Sindang kasih yang berasal dari kata Gede Ing Sindangkasih. Artinya Pembesar atau Pemimpin di Sindangkasih. Itu bukan nama orang tetapi sebutan saja. Sama halnya dengan sebutan [[Sri Baduga Maharaja|Siliwangi]]. hal ini telah menjadi budaya di Sunda bahwa menyebut nama orang apalagi pembesar adalah Tabu. Begitu pula orang yang disapa akan merasa dihormati.
 
Inilah yang menyulitkan menelusuri sejarah Sunda di wilayah pedalaman (tengah pulau) termasuk Sindangkasih. Sumber-sumber luar seperti dari Catatan Musafir [[Republik Rakyat Tiongkok|China]], [[Portugal|Portugis]] dan [[Arab Saudi|Arab]] bisa menjadi sumber sejarah ([[Protosejarah|Proto-Sejarah]]). Catatan [[Belanda]] bisa menjadi sumber sejarah, karena dianggap bersumber dari dalam negeri. Keberadaan Sindangkasih merujuk wilayah [[Majalengka, Majalengka|Kota Majalengka]] Sekarang ada dalam tulisan catatan Belanda mengenai perjalan selama masa perkebunan kopi: Namun tdak menyebutkan secara jelas bahwa Sindangkasih adalah kerajaan, tetapi Sindangkasih adalah Kota Majalengka sekarang.
Baris 121:
Berdasarkan data surat dari Rangga Gempol III di atas, menunjukan data bahwa wilayah Sindangkasih (Majalengka kota sekarang) adalah bagian dari [[Kerajaan Sumedang Larang]].
 
Meskipun awalnya Mandala merupakan sebuah tempat suci keagamaan, tetapi penyebutannya mencakup ke dalam wilayah yang lebih luas. Kota Majalengka sekarang dahulu disebut Sindangkasih. Hingga abad ke-18–abad ke-19, Setidaknya dalam buku ''"[[Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië|Tijdschrift voor neërlands indie]]"'' tahun [[1844]] masih menyebut kota Sindangkasih, bukan Majalengka.<ref name="Batavia">{{Cite book|url=http://hdl.handle.net/2027/coo.31924023011798|title=De redaktie van het Tijdschrift van Neêrland's Indië aan de nagedachtenis van Zijne Excellentie den Luitenant Generaal D.J. de Eerens, Gouverneur van Neêrland's Indië /|date=1840.|publisher=Batavia,|access-date=2018-04-04|archive-date=2023-03-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230305180231/https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=coo.31924023011798|dead-url=no}}</ref> kota Majalengka masih disebut Sindangkasih sebagaimana dicatat dalam buku ''"Commentaar § 1-1500. II. Staten en Tabellen"'', 1912 mengaskan bahwa Sindangkasih yang dimaksud adalah Majalengka.<ref name="Haan, Frederik 1500">Haan, Frederik: ''I. "Commentaar § 1-1500. II. Staten en Tabellen"'', 1912</ref> Buku ini merupakan komentar atau review sejarah penyerangan Mataram ke [[Batavia]] dari sudut pandang Belanda. Kejadian ini pada 17 Juni 1741. Yang paling tegas menyebutkan pada buku ''"Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie"'' lebih jelas dan tegas bahwa kota Majalengka sekarang adalah Sindangkasih.<ref name="Hollander, J. J 1884">Hollander, J. J. de. "Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie" Breda, Broese & comp., 1882-1884.</ref><ref name="Developers">{{Cite web|url=http://digital.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN683169181&PHYSID=PHYS_0267&view=fulltext-parallel|title=http://digital.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN683169181&PHYSID=PHYS_0267&view=fulltext-parallel|last=Developers|first=SBB|website=digital.staatsbibliothek-berlin.de|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20180403051405/http://digital.staatsbibliothek-berlin.de/werkansicht?PPN=PPN683169181&PHYSID=PHYS_0267&view=fulltext-parallel|dead-url=no}}</ref>
 
Mengingat cara hidup di lingkungan Mandala lebih berat daripada cara hidup di lingkungan Nagara, karena lebih banyak aturan yang bersifat keagamaan berupa perintah dan larangan, maka kiranya penduduk Mandala, termasuk orang Sindangkasih -majalengka generasi pertama, merupakan orang-orang pilihan yang memiliki pengetahuan agama, pengalaman rohani dan disiplin diri lebih banyak di bandingkan penduduk Nagara yang umum. Hubungan antara Mandala dan nagara umumnya berlangsung baik, karena kedua pihak saling membutuhkan. Nagara membutuhkan Mandala bagi keperluan dukungan moral dan spiritual serta pemberian do’a restu.
 
Mandala dianggap oleh Nagara sebagai pusat kesaktian, pusat kekuatan gaib, yang dapat memancarkan pengaruhnya terhadap nagara. Baik atau buruk tergantung hubungan antara Mandala dan Nagara.<ref name="unpad.ac.id">{{Cite news|url=http://www.unpad.ac.id/profil/dr-drs-undang-ahmad-darsa-m-hum-local-wisdom-tidak-begitu-bermanfaat-tanpa-local-genius/|title=Dr. Drs. Undang Ahmad Darsa, M.Hum., “Local Wisdom Tidak Begitu Bermanfaat Tanpa Local Genius” - Universitas Padjadjaran|newspaper=Universitas Padjadjaran|language=id-ID|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-03-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20180323172050/http://www.unpad.ac.id/profil/dr-drs-undang-ahmad-darsa-m-hum-local-wisdom-tidak-begitu-bermanfaat-tanpa-local-genius/|dead-url=no}}</ref>
 
=== Kerajaan Rajagaluh ===
Kerajaan Rajagaluh berada di [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh]], kurang lebih 35 &nbsp;km arah timur dari pusat kota Majalengka. Desa Rajagaluh adalah sebuah Kerajaan dibawah wilayah kekuasaan [[Pakuan Pajajaran|kerajaan Pajajaran]] yang dipimpin oleh [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]]. Saat itu Kerajaan Rajagaluh dibawah tampuk pimpinan seorang raja yang terkenal digjaya sakti mandraguna. Agama yang diantunya adalah agama Hindu.
 
Pada tahun 1482 Masehi, Syeh Syarif Hidayatulloh ([[Sunan Gunung Jati]]) mengembangkan [[Islam]] di [[Jawa Barat]] dengan secara damai. Namun dari sekian banyak Kerajaan di tatar Pasundan hanya Kerajaan Rajagaluh yang sulit ditundukan.
Baris 140:
Prajurit Cirebon terus menerus berupaya menyerbu kota Rajagaluh. Pertahanan Rajagaluh semakin lemah sehingga Rajagaluh mengalami kekalahan. Prabu Cakra Ningrat sendiri melarikan diri. Sementara anaknya Nyi Putri Indangsari tidak ikut serta dengan ayahnya, Ia pergi kesebelah utara sekarang di kenal dengan Desa Cidenok. Di Cidenok Nyi Putri tidak lama, ia teringat akan ayahnya. Nyi Putri sadar apapun kesalahan yang dilakukan oleh Sang Prabu Cakra Ningrat, sang Prabu adalah ayah kandungnya yang sangat ia cintai, iapun berniat menyusul ayahnya, tetapi ditengah perjalanan Nyi Putri dihadang oleh prajurit Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Birawa. Nyi Putri dan pengawalnya ditangkap kemudian diadili.
 
Pengadilan akan membebaskan hukuman bagi Nyi Putri dengan syarat mau masuk islam. Akhirnya semua pengawalnya masuk islam tapi Nyi Putri sendiri menolaknya, maka Nyi Putri Indangsari ditahan disebuah gua. Alkisah menghilangnya Adipati Arya Kiban yang cukup lama akibat kekalahannya oleh Adipati Awangga saat perang tanding, ia timbul kesadarannya untuk kembali ke Rajagaluh untuk menemui Prabu Cakra Ningrat untuk meminta maaf atas kesalahannya. Namun yang ia dapatkan hanyalah puing-puing kerajaan yang sudah hancur luluh. Ia menangis sedih penuh penyesalan. Ia menrenungkan nasibnya dipinggiran kota Rajagaluh. Tempat tersebut sekarang dikenal dengan Batu Jangkung (batu tinggi). Ditempat itu pula akhirnya Adipati Arya Kiban ditangkap oleh prajurit Cirebon, kemudian ditahan/dipenjarakan bersama Nyi Putri Indangsari disebuah gua yang dikenal dengan Gua Dalem yang berada di daerah Kedung Bunder, Palimanan. Dikisahkan bahwa Nyi Putri Indangsari dan Adiapti Arya Kiban meninggal di gua tempat ia dipenjarakan (Gua Dalem), kisah lain keduanya mengilang.<ref name="kknm.unpad.ac.id">{{Cite web|url=http://kknm.unpad.ac.id/singawada/2013/02/12/sejarah-desa-rajagaluh/|title=sejarah desa rajagaluh : : Blog Desa Singawada|website=kknm.unpad.ac.id|access-date=2018-04-04|archive-date=2018-04-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20180404200952/http://kknm.unpad.ac.id/singawada/2013/02/12/sejarah-desa-rajagaluh/|dead-url=yes}}</ref>
 
=== Masa Penjajahan Belanda ===
Baris 148:
 
==== Perubahan Nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka. ====
Tanggal [[11 Februari]] [[1840]], keluar surat ''Staatsblad'' No.7 dan ''Besluit '''<nowiki/>'''''Gubernur Jendral Hindia Belanda No.2 yang menjelasakan perpindahan Ibu kota Kabupaten ke Wilayah Sindangkasih yang kemudian diberi nama 'Majalengka', kemudian nama Kabupaten disesuaikan dengan nama ibu kota kabupaten yang baru, dari Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka. Pemberian nama Majalengka atau dari mana asal usul Majalengka masih menjadi misteri, Nama Majalengka menurut Legenda adalah ucapan ‘''Majane Langka''” dari pasukan Cirebon serta Pangeran Muhammad dan Siti Armilah ketika tidak menemukan buah Maja setelah Hutan Pohon Maja dihilangkan oleh [[Nyi Rambut Kasih]], Ratu [[Kerajaan Sindangkasih]]. Dalam Buku ''Sejarah Majalengka'' Karya N. Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘[[Maja]]’ merupakan nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata 'Majalengka' adalah nama lain dari kata [[Majapahit]]. Majalengka sebagai ibu kota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat ''Staatsblad'', [[1887]] No. 159 mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari [[Majalengka, Majalengka|Kota Majalengka]].
 
=== Masa Penjajahan Jepang ===
Baris 187:
 
=== Iklim ===
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 &nbsp;mm-3.800 &nbsp;mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot (1 knot =1.285 m/jam).
 
== Pemerintahan ==
Baris 227:
* [[Tari Topeng Cirebon|Tari topeng Beber]]
* [[Kuda Penca]]
* [[Rudat|Ruda]]<nowiki/>t
* [[Pareresan]]
* Mapag Sri
Baris 347:
# Panorama Panyaweuyan: Desa [[Tejamulya, Argapura, Majalengka|Tejamulya]] Kecamatan [[Argapura, Majalengka|Argapura]].
# Panorama Ciinjuk: Desa [[Cipulus, Cikijing, Majalengka|Cipulus Kecamatan Cikijing]].
# Panorama Jahim: Desa [[Cintaasih, Cingambul, Majalengka|Cintaasih Kecamatan Cingambu]]<nowiki/>l.
# Bendungan Rentang: [[Randegan Kulon Jatitujuh|Desa Randegan Kulon Kecamatan Jatitujuh]].
# Wana Wisata Gunung Panten: Desa [[Sidamukti, Majalengka, Majalengka|Sidamukti]] Kecamatan [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]].
# Teras Sawah Payung: Desa Payung, Kecamatan [[Rajagaluh, Majalengka|Rajagaluh]].<ref name="besoksenin.co">{{Cite news|url=http://besoksenin.co/disandingkan-dengan-ubud-payung-rajagaluh-mulai-dikenal-dunia-internasional/|title=Disandingkan dengan Ubud, Payung Rajagaluh Mulai Dikenal Dunia Internasional!|date=2018-02-04|newspaper=besoksenin|language=id-ID|access-date=2018-02-08|archive-date=2018-02-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20180208182758/http://besoksenin.co/disandingkan-dengan-ubud-payung-rajagaluh-mulai-dikenal-dunia-internasional/|dead-url=yes}}</ref>
 
=== Wisata Sejarah dan Budaya ===
<!-- [[Berkas:Rumah Adat Panjalin IX (foto dokumen Disparbud Jawa Barat).jpg|ka|260px|jmpl|Detail Rumah Adat Panjalin]] -->
 
# Museum Talaga Manggung: Desa [[Talaga, Majalengka|Talaga Wetan]] Kecamatan [[Talaga, Majalengka|Talaga]].
# Rumah Adat Panjalin: Desa [[Panjalin Kidul, Sumberjaya, Majalengka|Panjalin Kidul]] Kecamatan [[Sumberjaya, Majalengka|Sumberjaya]].
Baris 385:
# [[Kerajaan Sindangkasih]], dipimpin oleh seorang puteri bernama Nyi Rambut Kasih
 
Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.<ref name="daerah.sindonews.com"/>
 
=== Kerajaan Talaga Manggung ===
==== Raja Batara Gunung Picung ====
Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, dia adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. [[Sunan Talaga manggung]] putra Pandita [[Prabu Darmasuci]] putra [[Batara Gunung Picung]] putera [[Suryadewata]] putera bungsu dari Maharaja [[Sunda]] [[Galuh]] Prabu [[Ajiguna Linggawisesa]] (1333-1340) di [[Galuh]] [[Kawali]], [[Ciamis]]. Penguasa [[Kerajaan Sunda Galuh]] biasanya digelari '''Siliwangi'''. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka.Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agam yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu.Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga–Salawangi di daerah Cakrabuana.Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing.Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu.Raja berputera 6 orang yaitu &nbsp;:- Sunan Cungkilak–Sunan Benda–Sunan Gombang–Ratu Panggongsong Ramahiyang- Prabu Darma Suci- Ratu Mayang KarunaAkhir pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Darma Suci.
 
==== Raja Prabu Darma Suci ====
Baris 398:
 
==== Raja Sunan Talaga Manggung ====
Sunan Talaga Manggung merupakan raja yang terkenal sampai sekarang karena sikap dia yang adil dan bijaksana serta perhatian dia terhadap agama Hindu, pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat.Hubungan baik terjalin dengan kerajaan-kerajaan tetangga maupun kerajaan yang jauh, seperti misalnya dengan [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]], [[Pakuan Pajajaran|Kerajaan Pajajaran]], [[Kesultanan Cirebon|Kerajaan Cirebon]] maupun [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]].Dia berputera dua, yaitu &nbsp;:- Raden Pangrurah–[[Ratu Simbarkencana]] Raja wafat akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak beberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Palembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk konde sewaktu tidur.Dengan meninggalnya Palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden Kusumalaya Ajar Kutamanggu dan dianugrahi 8 orang putera di antaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung.
 
==== Raja Ratu Simbarkencana ====
Baris 411:
 
==== Raja Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum ====
Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang putri &nbsp;''Sunan Parung'', saudara sebapak &nbsp;''Ratu Pucuk Umun'' &nbsp;suami &nbsp;Pangeran Santri &nbsp;) melahirkan 6 orang putera yaitu &nbsp;:- Prabu Haurkuning - &nbsp;Sunan Wanaperih &nbsp;- [[Dalem Lumaju Agung]]- Dalem Panuntun–Dalem Panaekan Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam.Dia sebelum wafat telah menunjuk putera-puteranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya &nbsp;:Sunan Wanaperih memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji; Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja; Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan dia banyak yang menjabat sebagai Bupati.Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan Kulur.Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ Sangiang Kecamatan Talaga.
 
==== Raja Sunan Wanaperih ====
Terkenal &nbsp;[[Sunan Wanaperih]], di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam. Dia berputera 6 orang, yaitu &nbsp;:- Dalem Cageur–Dalem Kulanata–Apun Surawijaya atau Sunan Kidul- Ratu Radeya–Ratu Putri - &nbsp;Dalem [[Wangsa Goparana]]. Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra &nbsp;[[Syekh Abdul Muhyi]] &nbsp;dari Pamijahan bernama Sayid Faqih Ibrahim lebih dikenal [[Sunan Cipager]]. &nbsp;Dalem Wangsa Goparana &nbsp;pindah ke [[Sagalaherang, Subang|Sagalaherang Cianjur]], kelak keturunan dia ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati [[Raden Aria Wira Tanu I|Wiratanudatar I]] di Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi dia digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya menikah dengan putri Cirebon bernama Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon.Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak yaitu–Dipati Suwarga-Mangunjaya–Jaya Wirya–Dipati Kusumayuda–Mangun Nagara–Ratu Tilarnagara Ratu Tilarnagara menikah dengan &nbsp;Bupati Panjalu &nbsp;(Kerajaan Panjalu Ciamis) yang bernama &nbsp;Pangeran Arya Sacanata &nbsp;yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu &nbsp;:- Pangeran Dipati Wiranata- Pangeran Secadilaga atau pangeran Raji Pangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh puteranya Pangeran Secanata Eyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu Cirebon menggantikan Pangeran Secanata. Arya Secanata memerintah ± tahun 1762.
 
=== Kerajaan Sindangkasih ===
==== Mandala Sindangkasih dan Kerajaan Sindangkasih ====
Kerajaan dan wilayah Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari kata Sunda. Pada mulanya kata ''“Sunda”'' atau ''“Suddha”'' dalam bahasa Sanskerta diterapkan pada nama sebuah gunung yang menjulang tinggi di bagian barat Pulau Jawa yang dari jauh tampak putih karena tertutup abu asal gunung tersebut.<ref name="Auroux"/>
 
Keberadaan kerajaan Sindangkasih pada tahun [[1480]] atau pertengahan abad ke-15.<ref name="Barat"/> Kerajaan Sindangkasih disebutkan dalam berbagai naskah ''[[Babad]]'' di tanah Sunda. Pandangan masyarakat Sunda bahwa kemandalaan sering kali disebut sebagai kerajaan. Pandangan ini muncul karena struktur kemandalaan yang juga memiliki prajurit pengamanan sering kali diersamakan dengan kerajaan. Termasuk Kemandalaan Sindangkasih, [[Mandala Sindangkasih]] dipertukarkan pengertiannya dengan kerajaan.
 
Kesulitan pengertian dalam historiografi modern Barat, struktur kerajaan adalah sebuah struktur badan, wilayah dan administratif. Pandangan ini berbeda bagi masyarakat [[Nusantara]]. Bisa kita cermati bahwa [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]], [[Majapahit]] dan [[Tarumanagara]] juga disebut [[Mandala]].
 
Dalam pengertian historis, sosial dan politik, istilah "[[mandala]]" juga digunakan untuk menunjukkan formasi politik tradisional Asia Tenggara (seperti federasi kerajaan atau negara-negara atau kerajaan kecil). Ini diadopsi oleh para sejarawan Barat abad ke-20 dari wacana politik [[India]] kuno sebagai sarana untuk menghindari istilah 'negara' dalam pengertian konvensional. Tidak hanya negara-negara [[Asia Tenggara]] yang tidak sesuai dengan pandangan Cina dan [[Eropa]] tentang negara yang ditetapkan secara teritorial dengan perbatasan tetap dan aparatur birokrasi, tetapi mereka berbeda jauh dalam arah yang berlawanan: pemerintahan didefinisikan oleh pusatnya daripada batas-batasnya, dan itu bisa tersusun dari banyak pemerintahan jajahan lainnya tanpa mengalami integrasi administratif. Kerajaan seperti Bagan, [[Ayutthaya]], [[Kerajaan Champa|Champa]], [[Kerajaan Khmer|Khmer]], [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] dikenal sebagai "mandala" dalam pengertian ini.<ref name="chinabuddhismencyclopedia.com"/>
 
Beberapa Mandala atau kemandalaan di tatar Sunda ada yang berkembang menjadi kerajaan. Misalnya [[Mandala Indraprahasta]] menjadi Kerajaan Indraprahasta; [[Mandala Wanagiri]] menjadi Kerajaan Wanagiri; [[Mandala Kendan]] menjadi Kerajaan Kendan dengan rajanya yang termashur Gururesi atau Rajaresi Manik Maya berlokasi di Rancaekek Bandung sekarang. [[Mandala Bitung Giri]] menjadi [[Kerajaan Talaga Manggung]] Dan banyak lagi contoh lainnya.
Baris 433:
 
==== Mitos Nyi Rambut Kasih ====
Kerajaan Sindangkasih dipimpin oleh seorang ratu, yaitu Ratu Nyi Rambut Kasih.<ref name=":0" /> Ia anak dari Ki Gedeng Sindang kasih yang berasal dari kata Gede Ing Sindangkasih. Artinya Pembesar atau Pemimpin di Sindangkasih. Itu bukan nama orang tetapi sebutan saja. Sama halnya dengan sebutan [[Sri Baduga Maharaja|Siliwangi]]. hal ini telah menjadi budaya di Sunda bahwa menyebut nama orang apalagi pembesar adalah Tabu. Begitu pula orang yang disapa akan merasa dihormati.
 
Inilah yang menyulitkan menelusuri sejarah Sunda di wilayah pedalaman (tengah pulau) termasuk Sindangkasih. Sumber-sumber luar seperti dari Catatan Musafir [[Republik Rakyat Tiongkok|China]], [[Portugal|Portugis]] dan [[Arab Saudi|Arab]] bisa menjadi sumber sejarah ([[Protosejarah|Proto-Sejarah]]). Catatan [[Belanda]] bisa menjadi sumber sejarah, karena dianggap bersumber dari dalam negeri. Keberadaan Sindangkasih merujuk wilayah [[Majalengka, Majalengka|Kota Majalengka]] Sekarang ada dalam tulisan catatan Belanda mengenai perjalan selama masa perkebunan kopi: Namun tdak menyebutkan secara jelas bahwa Sindangkasih adalah kerajaan, tetapi Sindangkasih adalah Kota Majalengka sekarang.
Baris 458:
Berdasarkan data surat dari Rangga Gempol III di atas, menunjukan data bahwa wilayah Sindangkasih (Majalengka kota sekarang) adalah bagian dari [[Kerajaan Sumedang Larang]].
 
Meskipun awalnya Mandala merupakan sebuah tempat suci keagamaan, tetapi penyebutannya mencakup ke dalam wilayah yang lebih luas. Kota Majalengka sekarang dahulu disebut Sindangkasih. Hingga abad ke-18–abad ke-19, Setidaknya dalam buku ''"[[Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië|Tijdschrift voor neërlands indie]]"'' tahun [[1844]] masih menyebut kota Sindangkasih, bukan Majalengka.<ref name="Batavia"/> kota Majalengka masih disebut Sindangkasih sebagaimana dicatat dalam buku ''"Commentaar § 1-1500. II. Staten en Tabellen"'', 1912 mengaskan bahwa Sindangkasih yang dimaksud adalah Majalengka.<ref name="Haan, Frederik 1500"/> Buku ini merupakan komentar atau review sejarah penyerangan Mataram ke [[Batavia]] dari sudut pandang Belanda. Kejadian ini pada 17 Juni 1741. Yang paling tegas menyebutkan pada buku ''"Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie"'' lebih jelas dan tegas bahwa kota Majalengka sekarang adalah Sindangkasih.<ref name="Hollander, J. J 1884"/><ref name="Developers"/>
 
Mengingat cara hidup di lingkungan Mandala lebih berat daripada cara hidup di lingkungan Nagara, karena lebih banyak aturan yang bersifat keagamaan berupa perintah dan larangan, maka kiranya penduduk Mandala, termasuk orang Sindangkasih -majalengka generasi pertama, merupakan orang-orang pilihan yang memiliki pengetahuan agama, pengalaman rohani dan disiplin diri lebih banyak di bandingkan penduduk Nagara yang umum. Hubungan antara Mandala dan nagara umumnya berlangsung baik, karena kedua pihak saling membutuhkan. Nagara membutuhkan Mandala bagi keperluan dukungan moral dan spiritual serta pemberian do’a restu.
 
Mandala dianggap oleh Nagara sebagai pusat kesaktian, pusat kekuatan gaib, yang dapat memancarkan pengaruhnya terhadap nagara. Baik atau buruk tergantung hubungan antara Mandala dan Nagara.<ref name="unpad.ac.id"/>
 
=== Kerajaan Rajagaluh ===
Kerajaan Rajagaluh berada di [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh]], kurang lebih 35 &nbsp;km arah timur dari pusat kota Majalengka. Desa Rajagaluh adalah sebuah Kerajaan dibawah wilayah kekuasaan [[Pakuan Pajajaran|kerajaan Pajajaran]] yang dipimpin oleh [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]]. Saat itu Kerajaan Rajagaluh dibawah tampuk pimpinan seorang raja yang terkenal digjaya sakti mandraguna. Agama yang diantunya adalah agama Hindu.
 
Pada tahun 1482 Masehi, Syeh Syarif Hidayatulloh ([[Sunan Gunung Jati]]) mengembangkan [[Islam]] di [[Jawa Barat]] dengan secara damai. Namun dari sekian banyak Kerajaan di tatar Pasundan hanya Kerajaan Rajagaluh yang sulit ditundukan.
Baris 477:
Prajurit Cirebon terus menerus berupaya menyerbu kota Rajagaluh. Pertahanan Rajagaluh semakin lemah sehingga Rajagaluh mengalami kekalahan. Prabu Cakra Ningrat sendiri melarikan diri. Sementara anaknya Nyi Putri Indangsari tidak ikut serta dengan ayahnya, Ia pergi kesebelah utara sekarang di kenal dengan Desa Cidenok. Di Cidenok Nyi Putri tidak lama, ia teringat akan ayahnya. Nyi Putri sadar apapun kesalahan yang dilakukan oleh Sang Prabu Cakra Ningrat, sang Prabu adalah ayah kandungnya yang sangat ia cintai, iapun berniat menyusul ayahnya, tetapi ditengah perjalanan Nyi Putri dihadang oleh prajurit Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Birawa. Nyi Putri dan pengawalnya ditangkap kemudian diadili.
 
Pengadilan akan membebaskan hukuman bagi Nyi Putri dengan syarat mau masuk islam. Akhirnya semua pengawalnya masuk islam tapi Nyi Putri sendiri menolaknya, maka Nyi Putri Indangsari ditahan disebuah gua. Alkisah menghilangnya Adipati Arya Kiban yang cukup lama akibat kekalahannya oleh Adipati Awangga saat perang tanding, ia timbul kesadarannya untuk kembali ke Rajagaluh untuk menemui Prabu Cakra Ningrat untuk meminta maaf atas kesalahannya. Namun yang ia dapatkan hanyalah puing-puing kerajaan yang sudah hancur luluh. Ia menangis sedih penuh penyesalan. Ia menrenungkan nasibnya dipinggiran kota Rajagaluh. Tempat tersebut sekarang dikenal dengan Batu Jangkung (batu tinggi). Ditempat itu pula akhirnya Adipati Arya Kiban ditangkap oleh prajurit Cirebon, kemudian ditahan/dipenjarakan bersama Nyi Putri Indangsari disebuah gua yang dikenal dengan Gua Dalem yang berada di daerah Kedung Bunder, Palimanan. Dikisahkan bahwa Nyi Putri Indangsari dan Adiapti Arya Kiban meninggal di gua tempat ia dipenjarakan (Gua Dalem), kisah lain keduanya mengilang.<ref name="kknm.unpad.ac.id"/>
 
=== Masa Penjajahan Belanda ===
Baris 485:
 
==== Perubahan Nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka. ====
Tanggal [[11 Februari]] [[1840]], keluar surat ''Staatsblad'' No.7 dan ''Besluit '''<nowiki/>'''''Gubernur Jendral Hindia Belanda No.2 yang menjelasakan perpindahan Ibu kota Kabupaten ke Wilayah Sindangkasih yang kemudian diberi nama 'Majalengka', kemudian nama Kabupaten disesuaikan dengan nama ibu kota kabupaten yang baru, dari Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka. Pemberian nama Majalengka atau dari mana asal usul Majalengka masih menjadi misteri, Nama Majalengka menurut Legenda adalah ucapan ‘''Majane Langka''” dari pasukan Cirebon serta Pangeran Muhammad dan Siti Armilah ketika tidak menemukan buah Maja setelah Hutan Pohon Maja dihilangkan oleh [[Nyi Rambut Kasih]], Ratu [[Kerajaan Sindangkasih]]. Dalam Buku ''Sejarah Majalengka'' Karya N. Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘[[Maja]]’ merupakan nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata 'Majalengka' adalah nama lain dari kata [[Majapahit]]. Majalengka sebagai ibu kota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat ''Staatsblad'', [[1887]] No. 159 mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari [[Majalengka, Majalengka|Kota Majalengka]].
 
=== Masa Penjajahan Jepang ===
Baris 520:
 
=== Iklim ===
Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 &nbsp;mm-3.800 &nbsp;mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot (1 knot =1.285 m/jam).
 
== Pemerintahan ==
Baris 560:
* [[Tari Topeng Cirebon|Tari topeng Beber]]
* [[Kuda Penca]]
* [[Rudat|Ruda]]<nowiki/>t
* [[Pareresan]]
* Mapag Sri
Baris 677:
# Panorama Panyaweuyan: Desa [[Tejamulya, Argapura, Majalengka|Tejamulya]] Kecamatan [[Argapura, Majalengka|Argapura]].
# Panorama Ciinjuk: Desa [[Cipulus, Cikijing, Majalengka|Cipulus Kecamatan Cikijing]].
# Panorama Jahim: Desa [[Cintaasih, Cingambul, Majalengka|Cintaasih Kecamatan Cingambu]]<nowiki/>l.
# Bendungan Rentang: [[Randegan Kulon Jatitujuh|Desa Randegan Kulon Kecamatan Jatitujuh]].
# Wana Wisata Gunung Panten: Desa [[Sidamukti, Majalengka, Majalengka|Sidamukti]] Kecamatan [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]].
# Teras Sawah Payung: Desa Payung, Kecamatan [[Rajagaluh,
Majalengka|Rajagaluh]]
# Ciboerpass : Desa Bantar Agung,[[Sindangwangi,Majalengka|Sindangwagi]].<ref name="besoksenin.co"/>
 
=== Wisata Sejarah dan Budaya ===
<!-- [[Berkas:Rumah Adat Panjalin IX (foto dokumen Disparbud Jawa Barat).jpg|ka|260px|jmpl|Detail Rumah Adat Panjalin]] -->
 
# Museum Talaga Manggung: Desa [[Talaga, Majalengka|Talaga Wetan]] Kecamatan [[Talaga, Majalengka|Talaga]].
# Rumah Adat Panjalin: Desa [[Panjalin Kidul, Sumberjaya, Majalengka|Panjalin Kidul]] Kecamatan [[Sumberjaya, Majalengka|Sumberjaya]].