Tahun Gajah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 22:
Abdul Muthalib berdiri dan menemui Abrahah. Abdul Muthalib menuntut Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang sebelumnya telah dirampok oleh Abrahah di al-Mughammas. Abrahah dilaporkan mengatakan, "Kamu hanya membicarakan mengenai dua ratus unta milikmu yang telah diambil oleh pasukanku, mengapa kamu tidak membicarakan Ka'bah yang menjadi simbol agama dan nenek moyangmu? Padahal aku datang ke sini untuk menghancurkannya".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abdul Muthalib hanya menjawab, ''"Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka'bah itu memiliki pemiliknya sendiri [Tuhan], biarlah pemiliknya yang akan menjaganya"''. Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712–713}}
Disebutkan bahwa Abdul Muthalib berdiri di pintu Ka'bah dan berdoa kepada Tuhan karena dia terlalu lemah untuk melindungi rumah Tuhan.<ref name=IslamOnline>{{cite web|last=Al-Halawani|first=Ali As-Sayed|url=https://islamonline.net/en/owners-of-the-elephant/|title=Owners of the Elephant|website=islamonline.net|language=en|access-date=2023-05-10}}</ref> Sementara Abrahah memerintahkan pasukannya untuk berbaris dan bersiap untuk memasuki kota. As-Suhaili mengatakan bahwa tiba-tiba para gajah berlutut menghadap ke arah kota Makkah,<ref name=IslamOnline/> pada saat pasukan Abrahah kebingungan, muncul sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] yang menghujani pasukan Etiopia dengan batu-batu kecil di kaki dan paruh mereka.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=717}}
Referensi cerita di [[al-Qur'an]] agak pendek. Menurut [[Surah Al-Fil|Surah al-Fīl]], keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] bernama ''[[Ababil]]'' ({{lang-ar|أَبـابـيـل}}) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa [[Lava|batu kecil]] di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".<ref>Lihat {{Qref|102|3|b=yl}} sampai {{Qref|102|5|b=yl}}</ref>▼
== Al-Qur'an ==
▲
Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal ''al-Qamous'' (القاموس) oleh [[Fairuzabadi]].<ref>{{Cite book|title=Ibid|quote=Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī}}</ref>
|