Linggoasri, Kajen, Pekalongan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
||
Baris 15:
== Sejarah ==
Munculnya nama Desa Linggoasri menurut salah satu sesepuh desa, bahwa Linggoasri berasal dari nama batu [[lingga]] simbol dewa [[Syiwa]]. Lingga berbentuk bulat panjang memang terdapat di desa itu. Lingga tersebut dijadikan simbol bahwa desa Linggoasri telah berumur tua dan penuh dengan peninggalan sejarah.<ref name="vlitch-2023">{{Citation|author=Vlitch|title=Asal Usul Linggoasri dan Peninggalan Sejarahnya|publication-date=2023|publisher=vlitch.eu.org|url=https://www.vlitch.eu.org/2023/04/sejarah-linggoasri-pekalongan.html|access-date=12 Mei 2023|language=id}}</ref>
Sebagian penduduk di Desa Linggoasri adalah beragama Hindu. Masyarakat di desa ini masih melestarikan ritual-ritual dan upacara keagamaan Hindu seperti menyepi, atau berdoa meminta kepada Tuhan Yang Mahaesa. Mereka juga melakukan sedekahan, dan sebagainya di sekitar area Batu Lingga.<ref name="vlitch-2023"/>
Ritual yang dikhususkan untuk melakukan pemujaan terhadap situs Batu Lingga, setelah dilakukan penyelidikan secara mendalam bahwa Batu Lingga ini pada zaman dahulu digunakan untuk pemujaan kepada Iswara, merujuk kepada dewa Syiwa. Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan Sanskerta yang bertuliskan [[abad ke-6]] Masehi.<ref name="vlitch-2023"/>
Masyarakat Dusun Linggo di Desa Linggoasri masih aktif menggunakan Batu Lingga sebagai titik sentral untuk melakukan kegiatan keagamaan di desa setempat. Setiap malam saat Syiwaratri datang, orang Linggoasri yang sebagian besar beragama Hindu berduyun-duyun ke Batu Lingga untuk melakukan puja. Syiwaratri sendiri merupakan malam saat bulan benar-benar gelap gulita, pada malam inilah diyakini Dewa Syiwa akan mengirimkan berkah bagi mereka yang “berbakti”.<ref name="vlitch-2023"/>
== Pariwisata ==
|