Gambang Semarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
Baris 1:
{{wikify}}
'''Gambang Semarang''' adalah kesenian [[musik tradisional]] kerakyatan yang berasal dari [[Kota Semarang|Semarang]] dan merupakan gabungan dari [[Musik|seni musik]], [[vokal]], [[tari]] dan [[lawak]]. Yang menjadi ciri khas dari kesenian ini adalah alunan musik yang mengiringi gerak telapak kaki secara dinamis sesuai irama lagu. Alat musik yang dipakai antara lain bonang, [[gambang]], [[Gong|gong suwuk,]] [[kempul]], peking, [[saron]], [[kendang]] dan [[ketipung]]. Gambang Semarang merupakan bentuk [[akulturasi]] budaya antara [[etnis]] [[Tionghoa]] dengan [[Jawa]] dengan tokoh-tokoh perintisnya kebanyakan beretnis [[tionghoa]] seperti Lie Ho Sun dan Oey Yok Siang.<ref>{{Cite web|last=Firdaus|first=Y. F.|date=26 April 2017|title=Menelisik Asal Usul Gambang Semarang, Simbol Keberagaman Warga Kota|url=http://ein-institute.org/menelisik-asal-usul-gambang-semarang-simbol-keberagaman-warga-kota/|website=EIN Institute|publisher=|access-date=4 Maret 2019|archive-date=2023-06-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230607112122/https://ein-institute.org/menelisik-asal-usul-gambang-semarang-simbol-keberagaman-warga-kota/|dead-url=no}}</ref> Pada pengembangan selanjutnya, Gambang Semarang semakin diisi oleh unsur kejawaan, lagu yang dimainkan adalah [[Lagu Pop|lagu pop]] Jawa.
 
'''Lirik lagu Gambang Semarang:'''
Baris 37:
 
== Sejarah ==
Kesenian Gambang Semarang merupakan turunan kesenian [[betawi]] [[Gambang keromong|Gambang Kromong]] yang memang lekat dengan budaya kalangan [[tionghoa]]. Gambang Semarang pada mulanya merupakan gagasan Lie Ho Sun, pada tahun 1930 untuk membawa dan mengembangkan Gambang Kromong di [[Kota Semarang|Semarang]].<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sadtiti|first=Sri|date=1 Juli 2016|title=Gambang Semarang: Sebuah Identitas Budaya Semarang yang Termarginalkan|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article/view/8808|journal=Imajinasi : Jurnal Seni|language=id|volume=10|issue=2|pages=143–152|issn=2549-6697|access-date=2019-03-04|archive-date=2021-09-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20210918042953/https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/article/view/8808|dead-url=no}}</ref> Gagasan tersebut disampaikan kepada Burgermeester (wali kota), dan langsung mendapatkan tanggapan baik dari wali kota. Lie Ho Sun sendiri adalah anggota [[volksraad]] yang gemar bermain [[Musik Keroncong|musik keroncong]], dan juga anggota organisasi [[Seni|kesenian]] “Krido Handoyo”.<ref>Dais Dharmawan Paluseri, Shakti Adhima Putra, Hendra Surya Hutama, Mochtar Hidayat, and Ririn Arisa Putri. ''Penetapan Warisan Takbenda Indonesia Tahun 2018''. Edited by Lien Dwiari Ratnawati. 2018.</ref>
 
Dengan bantuan biaya dari wali kota, ia membeli peralatan [[Gambang keromong|gambang kromong]] di [[Batavia]] bersama-sama dengan kelompok senimannya. Selanjutnya bermunculanlah berbagai [[komunitas]] [[Gambang]] di [[Kota Semarang|Semarang]].<ref name=":0" /> Kegiatan gambang Semarang periode pertama digawangi oleh beberapa pemain kelompok [[Gambang keromong|gambang kromong]] “Kedaung” yang melatih pemain baru yang berasal dari grup keroncong “Irama Indonesia”. Tahun 1942, gambang Semarang bubar dan berhenti untuk sementara waktu dikarenakan perang antara rakyat dengan [[Jepang]]. Tahun 1949, Cik Boen dari “Irama Indonesia” kembali mengaktifkan gambang Semarang. Di yang sama, The Lian Kian juga memulai kembali Gambang Semarang namun tidak bertahan lama. Tahun 1957 muncul generasi kedua dengan tokoh Yaw Tia Boen. Pada masa ini, terjadi kolaborasi Gambang Semarang dengan musik lain, seperti [[jazz]], [[keroncong]], [[dangdut]] dan lagu barat. Generasi ketiga terbentuk sekitar tahun 1974 dengan tokohnya Sunoto, Bah Kalud, dan Jayadi. Pada masa ini didirikan Paguyuban Gambang Semarang yang mendapat pengesahan dari Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng tahun 1979 sebagai kategori [[Kesenian|kesenian rakyat]].<ref>{{Cite web|last=Pujakesuma|first=Andi|date=15 Agustus 2018|title=Kisah perjalanan Gambang Semarang, kesenian khas Kota Semarang|url=http://semarang.merdeka.com/kabar-semarang/kisah-perjalanan-gambang-semarang-kesenian-khas-kota-semarang-180815v.html|website=Merdeka.com|access-date=16 Februari 2023|archive-date=2023-02-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20230216041026/https://semarang.merdeka.com/kabar-semarang/kisah-perjalanan-gambang-semarang-kesenian-khas-kota-semarang-180815v.html|dead-url=no}}</ref>
 
== Trivia ==
Lagu "Aksi Kucing" ciptaan Oey Yok Siang, musisi Gambang Semarang, dipopulerkan kembali pada tahun 2007 oleh band [[White Shoes & The Couples Company|White Shoes]].<ref>{{Cite web|last=Ismayanto|first=Darma|date=6 September 2012|title=Meong... Meong... Segala Zaman|url=https://historia.id/kultur/articles/meong-meong-segala-zaman-P7X96|website=Historia.id|language=id|access-date=4 Maret 2019|archive-date=2021-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210924053427/https://historia.id/kultur/articles/meong-meong-segala-zaman-P7X96|dead-url=no}}</ref>
 
== Referensi ==