Mangkunegara VIII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Mangkunegoro|location=Surabaya|publisher=Universitas Airlangga|pages=57}}</ref>
 
== Riwayat Hidup ==
== Masa kecil Sri Paduka Mangkunegara VII ==
 
Pasangan kanjeng gusti pangeran Mangkunegoro VII dengan BRAy Retnaningrum (Garwo Ampil) telah melahirkan anak pertama laki-laki yang bernama B.R.M Natasoeparto.Dilahirkan jumat pahing tanggal 1 Januari 1920. Secara garis keturunan dia merupakan anak istri dari Garwo Ampil bukan Garwo Padmi. Ayahnya Gusti Mangkunegoro VII memiliki 7 orang anak baik dari Garwo Padmi ([[Permaisuri]]) maupun dari Garwo Ampil ([[Selir]]) <ref>{{Cite book|last=Suryo|first=Kaping|date=1984|title=Wonten ing Pandapi Ageng Mangkunegaran Lelampahandalem|publisher=arsip Rekso Pustoko mangkunegaran|pages=29|url-status=live}}</ref>
=== Masa kecil ===
Pasangan kanjeng gusti pangeran Mangkunegoro VII dengan BRAy Retnaningrum (Garwo Ampil) telah melahirkan anak pertama laki-laki yang bernama B.R.M Natasoeparto.Dilahirkan jumatIa pahingdilahirkan tanggalpada hari jumat pahing,1 Januari 1920. Secara garis keturunan, dia merupakan anak istri dari Garwo Ampil bukan Garwo Padmi. Ayahnya Gusti Mangkunegoro VII memiliki 7 orang anak baik dari Garwo Padmi ([[Permaisuri]]) maupun dari Garwo Ampil ([[Selir]]) <ref>{{Cite book|last=Suryo|first=Kaping|date=1984|title=Wonten ing Pandapi Ageng Mangkunegaran Lelampahandalem|publisher=arsip Rekso Pustoko mangkunegaran|pages=29|url-status=live}}</ref>
 
B.R.M Saroso pada masa kecil memperoleh pendidikan baik non formal maupun [[Pendidikan formal|formal]]. [[Pendidikan nonformal|Pendidikan non formal]] B.R.M Sarosa diberikan secara privat yaitu dengan mendatangkan guru-guru dari keluarga Belanda. Hal ini dilakukan agar kelak setiap putera-puteri Mangkunegoro VII dapat menguasai kemampuan berbahasa Belanda dengan baik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga Belanda.
Baris 58 ⟶ 60:
Pendidikan formal B.R.M Sarosa dimulai di usia 7 tahun di [[Europeesche Lagere School|ELS]] (''Europeschee Lagere School'') Pasar legi Solo. ELS adalah sekolah dasar pada [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|zaman kolonial]] di Indonesia. ELS juga menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar dalam proses kegiatan belajar mengajar. ELS tersebut sebenarnya hanya diperuntukkan bagi keturunan [[Eropa]], keturunan [[Timur Asing|timur asing]] (orang-orang kaya [[Tionghoa]] kelas pemodal) atau [[pribumi]] dari kelas [[bangsawan]] dan tokoh terkemuka. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1817 dengan jenjang menempuh pendidikan sekolah selama tujuh tahun. Awalnya sebenarnya ELS hanya terbuka bagi [[Penduduk|warga]] Belanda di [[Hindia Belanda]], sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang kaya dan juga warga Tionghoa setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah dan sekolah ELS kembali dikhususkan kepada warga Belanda saja. Sebagai anak raja (Bangsawan tinggi) B.R.M Sarosa mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang terbaik. Tetapi dalam faktanya untuk masuk ELS, Sekolah Dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, bermodal latar belakang anak raja saja sebenarnya tidak cukup. Kemampuan berbahasa Belanda dan kecerdasan anak juga menjadi dasar utama.
 
Pada Tahun 1932 B.R.M Sarosa lulus dan memperoleh ijazah pertama dalam hal pendidikan formal. Setelah Tamat ELS, kemudian B.R.M Sarosa melanjutkan Sekolah [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] (''Middelbaar Uitgebreid Laager Onderwijs''). Pada tahun 1936 dengan masa pendidikan tiga tahun, B.R.M Sarosa lulus dan mendapatkan ijazah pendidikan ke dua setelah ELS. Setelah lulus dari MULO. B.R.M Saroso ingin melanjutkan sekolah [[AMS]] di Jakarta, hidup mandiri dan merasakan kehidupan di luar keraton dengan menimba ilmu (sekolah) di luar kota, hal ini dikabulkan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII, dengan pertimbangan usia B.R.M Sarosa yang cukup matang berusia 16 tahun, ayahnya memberikan kesempatan kepada B.R.M Sarosa meninggalkan keraton Mangkunegaran tetapi tetap dalam pengawasannya.
 
=== PemberianPenobatan Sri Mangkunegoro VIII Sebagai Raja ===
Pada masa Pemerintahan Jepang, wilayah [[Kota Surakarta|Surakarta]] merupakan wilayah yang mempunyai status istimewa atau yang disebut dalam bahasa jepang dengan nama Kochi (daerah istimewa). Maka dari itu, Mangkunegara VIII diberi [[gelar]] tambahan Koo seperti Mangkunegara Koo. Pengaruh Jepang di Surakarta cukuplah kuat, Jepang membatasi hegemoni kekuasaan feodalime di Surakarta berbagai kebijakan yang keluar dari dalam keraton akan mendapatkan pengawasan dari pemerintahan Jepang kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang<ref>Majalah Panja Raja. tanggal 7 Juli 1947, hlm 21.</ref>