Padoeka Jang Moelia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Droit de Suite (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'jmpl|kanan|[[Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin pernah diberi julukan "Padoeka Jang Moelia"]] '''Padoeka Jang Moelia''', '''Jang Moelia''' atau '''Padoeka Toean''' (ejaan baru '''Paduka Yang Mulia''', '''Yang Mulia''', atau '''Paduka Tuan''') adalah sebuah julukan yang pernah diberikan untuk mantan Presiden Indonesia Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Julukan ini sering digunakan untuk menyebut Presiden...'
 
Droit de Suite (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Sukarno.jpg|jmpl|kanan|[[Soekarno]] pada masa [[Demokrasi Terpimpin]] pernah diberi julukan "Padoeka Jang Moelia"]]
'''Padoeka Jang Moelia''', '''Jang Moelia''', atau '''Padoeka Toean''' (ejaan baru '''Paduka Yang Mulia''', '''Yang Mulia''', atau '''Paduka Tuan''') adalah sebuah julukan yang pernah diberikan untuk mantan [[Presiden Indonesia]] [[Soekarno]] pada masa [[Demokrasi Terpimpin]] (1959-1965). Julukan ini sering digunakan untuk menyebut Presiden Soekarno pada acara-acara resmi pemerintahan. Tidak seperti gelar "[[Pemimpin Besar Revolusi]]" yang disahkan melalui [[Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat|Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara]] (TAP MPRS) No. II/MPRS/Mei 1963, julukan "Padoeka Jang Moelia" merupakan julukan yang tidak resmi.<ref name="historia">{{cite web|url=https://historia.id/politik/articles/riwayat-panggilan-hormat-pada-pejabat-DB49J/page/1|first=Nur|last=Janti|date=15 September 2017|accessdate=13 Juni 2023|website=Historia|title=Riwayat Panggilan Hormat Pada Pejabat}}</ref>
 
Menurut sejarawan [[Peter Kasenda]], julukan ini pertama kali dimunculkan oleh orang-orang dekat Soekarno. Di sisi lain, Barlan Setiadijaya berpendapat bahwa julukan "Padoeka Jang Moelia" merupakan warisan [[feodalisme]] [[Kekaisaran Jepang]], mengingat di negara tersebut terdapat kebiasaan menambahkan "san" (tuan) dan "kan" (paduka tuan) sebagai akhiran untuk nama seseorang yang dihormati. Soekarno sendiri pada 6 September 1945 pernah menolak penggunaan julukan ini di media massa: