|predecessor=[[Sunan Ampel]]|successor=[[Abdul Qahhar]] (Sunan Sedayu)|office1=|term_start1=|term_end1=|predecessor1=|successor1=|title=|region=|other names=Sunan Jepara {{br}} Syekh Lemah Abang {{br}} Sitibrit {{br}} Puyang Ngawak Raje Nyawe}}
'''Syekh Siti Jenar (artinya: tanah merah)''' yang memiliki nama asliAbdul '''SyaikhJalil Sididan Zunnarnama (adakecil jugaSan yang menyebutnya Syech Siti Jenar)'''Ali (juga dikenal dengan nama '''Sunan Jepara''', '''Sitibrit''', '''Syekh Lemahbang''', dan '''Syekh Kaisar Medan'''Jabarantas) adalah seorang tokoh [[Sufisme|sufi]] asal persiamalaka dan salah seorang penyebar [[agama]] [[Islam]] di [[Pulau Jawa]], khususnya di [[Kabupaten Demak]].<ref>[http://books.google.com.my/books?id=mQXYAAAAMAAJ&q=Syekh+Siti+Jenar&dq=Syekh+Siti+Jenar&hl=en&ei=ypy8TbP6AYKGrAeR0IDzBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CDMQ6AEwAg Syekh Siti Jenar: pergumulan Islam-Jawa, Abdul Munir Mulkhan]</ref>
'''Nama kecil Syaikh Siti Jenar adalah Abdul Hasan bin Abdul Ibrahim bin Ismail.''' Sosok Siti Jenar menjadi buah bibir di kalangan masyarakat [[Jawa]], bahkan misteri kematian dan pemikirannya dikenal di berbagai penjuru di negeri ini. Ada yang mengatakan bahwa ajaran Siti Jenar menyesatkan bagi kehidupan masyarakat Jawa, Di sebabkan oleh ajaranya yang bertentangan dengan islam dalam perspektif dakwah awal. Dan mengaku Sebagai Allah, tetapi dalam paham لا موجد الا الله paham yang berarti tidak ada wujud selain Allah karena alam raya tidak ada jika tidak ada penciptanya dan dengan dasar إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ sungguhnya segalanya milik Dia (Allah) dan sesungguhnya kembalilah semuanya kepada Dia (Allah) dan apabila tanpa dasar/bahan diciptakan dalam logika Beliau mustahil maka mengacu kembali kepada Surah Yasin ayat 82 كُنْ فَيَكُونُ semua tercipta dari Firman/Ucapan Allah dan Firman atau Ucapan ini tercipta dari apa? jawabannya sama yaitu dari كُنْ فَيَكُونُ dan ini seterusnya yang pusatnya Adalah Allah Al Ahad dan Allah Al Wujud.
Paham seperti ini tidak boleh diajarkan sembarangan dengan metode salah seperti metode Syech Siti Jenar. Karena sebab itulah Syech Siti Jenar diterima kerinduannya kepada kembali kepada Allah oleh para anggota Walisongo dengan Pidana Mati yang sekaligus secara politis digunakan sebagai ancaman pendidikan apabila mengajarkan dengan metode salah sehingga menimbulkan mafhum/paham yang salah.
Misteri kematian Syaikh Siti Jenar tidak kunjung selesai sampai pada dari mulut ke mulut masyarakat Jawa saja. Akan tetapi meluas di lingkungan keagamaan di [[nusantara]]
Demikian pula dengan berbagai versi lokasi makam tempat ia disemayamkan untuk terakhir kalinya. Bahkan, Tuan Guru Fekri Juliansyah (Napak Tilas Para Mpu Hyang:1996) menegaskan makam Syeikh Siti Jenar ada di Puncak Gunung Dempu (Dempo), Kota Pagaralam - Sumatera Selatan. Dalam mitologi budaya dan sejarah Djagat Besemah, beliau dikenal dengan nama "Puyang Ngawak Raje Nyawe".
Sementara para murid muridnya atau yang menganut ajarannya, menganggapnya sebagai seorang intelek yang telah memperoleh esensi Islam. Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya sastra buatannya sendiri yang disebut ''Pupuh'', yang berisi tentang ''budi pekerti''.
== Nama dan julukan ==
Syaikh Siti Jenar (menurut KHDrs. ShahibulK.H. FarajiNg. Ar-RabbaniAgus Sunyoto, M.Pd.) beliau memiliki nama asli SayyidSan Hasan 'Ali Al Husaini (masihBangsawan memiliki garis darah / keturunan Rasulullah SAWMalaka) dan setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil atau Raden Abdul Jalil. Dan pada saat berdakwah dikeliling Carubannusa (sebelahjawa tenggaradari Cirebon),pesisir utara jawa hingga pedalaman inilah beliau mendapat beberapa julukan Syaikh Siti Jenar, Syaikh Lemah Abang, Syaikh Lemah Brit, danSyaikh lainnyaJabarantas yang belumdan kita ketahui. Adapun makna julukan itu adalah:lainnya
1. Syaikh Siti Jenar
:Ada beberapa asumsi mengenai julukan ini, yang diambil dari kata menurut beberapa bahasa, "''Syaikh''" berasal dari bahasa arab شيخ bisa ditulis Shaikh, Sheik, Shaykh atau Sheikh adalah sebuah gelar bagi seorang ahli atau pemimpin atau tetua dalam lingkup muslim, "''Siti''" dalam bahasa jawa berarti tanah, namun ada yang berasumsi kata Siti berasal dari kata Sayyidi/Sidi (yang berarti Tuanku/Junjunganku), dan "''Jenar''" dalam bahasa Indonesia berarti merah, dalam bahasa Jawa berari Kuning Kemerahan, dan ada pula yang berasumsi dari bahasa arab "Jinnar" dengan tafsiran ilmu yang dimilikinya selalu membara (semangat akan ilmu) seperti api. Namun ada juga yang memudahkan dengan menganggap hayalan yang terbakar dari kata Jin (ghaib) - Nar (api). Bahkan ada pula yang mungkin setelah melihat film Walisongo dan menghubungkannya dengan kata Jenar (dalam kehidupan masyarakat jawa, kata Jenar disebutkan untuk sebuah binatang Cacing dengan ukuran sangat besar).
2. Sunan Jepara
:Gelar ini muncul karena kedudukan Syeh Siti Jenar sebagai seorang sunan yang tinggal di [[Kadipaten]] [[Jepara]].
3. Syeh Lemah Abang / Lemah Brit
:Sebutan yang diberikan masyarakat Jepara karena ia tinggal di Dusun Lemah Abang, Kecamatan [[Keling, Jepara|Keling]]. Lemah Brit dalam bahasa jawa berarti tanah yang berwarna merah (Brit = Abrit = Merah).
== Tujuan utama Syeikh Siti Jenar ==
Syeikh Siti Jenar mengajak manusia untuk selalu tumbuh berkembang seperti pohon sidratul muntaha, yang selalu aktif, progresif dan positif. Membangkitkan pribadi “insun sejati” melalui tauhid al-wujud, atau yang kenal dengan judul buku ini adalah “manunggaling kawula-gusti”. Gerakan yang dilakukan Syeikh Siti Jenar bersumbu pada pembebasan kultural, yang meliputi pembebasan kemanusiaan dari kungkungan struktur politik yang berdalih agama, sekaligus pembebasan dari pasungan keagamaan yang formalistik. Jadi, Syeikh Siti Jenar bukan hanya seorang penyebar agama Islam awal di Indonesia, namun sekaligus seorang suci yang sangat dihormati berbagai kalangan sampai saat ini, karena memang ajarannya yang aplikatif secara lahir dan batin juga mampu membawa rasa kebebasan bagi para penganutnya. Unsur kebebasan di bawah naungan kemanunggalan inilah mutiara yang termahal dalam hidup.<ref>https://www.nu.or.id/post/read/13217/kearifan-spiritual-syeikh-siti-jenar</ref>
== Ajaran Syekh Siti Jenar ==
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang [[hidup]] dan [[mati]], Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, apa yang disebut umum sebagai kematian, justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi olehnya.
<ref>https://www.nu.or.id/post/read/90605/hanya-permainan-kok-tegang kehidupan hanyalah permainan - NU online</ref>
=== Ada kemungkinan ajaran spiritual Syekh Siti Jenar memiliki keterikatan dengan Moksa (Hindu Budha), Trinitas (Kristen) dan Wahdatul Wujud (Islam)<ref>https://symbolic.id/space/p/51587</ref> ===
:1. [[Moksa]] (Sanskerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha. Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Moksa</ref>
:.
:2. [[Tritunggal]] atau [[Trinitas]] Doktrin Kristen atau Kristiani (kata Latin yang secara harfiah berarti “tiga serangkai”, dari kata trinus, “rangkap tiga”) menyatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi atau hipostasis yang sehakikat (konsubstansial)—Bapa, Putra (Yesus Kristus), dan Roh Kudus—sebagai “satu Allah dalam tiga Pribadi Ilahi”. Ketiga pribadi ini berbeda, tetapi merupakan satu “substansi, esensi, atau kodrat” (homoousios). Dalam konteks ini, “kodrat” adalah apa Dia, sedangkan “pribadi” adalah siapa Dia.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Tritunggal</ref>
:.
:3. [[Wahdatul wujud]] berasal dari kata wahdah (وحدة) yang berarti tunggal atau kesatuan dan al-wujud (الوجود ) yang berarti ada, eksistensi, atau keberadaan. Secara harfiah wahdatul wujud artinya adalah “kesatuan eksistensi”. Doktrin ini tidak mengakui adanya perbedaan antara Tuhan dengan makhluk, seandainya ada maka hanya kepercayaan bahwa Tuhan itu adalah keseluruhan, sedangkan makhluk adalah bagian dari keseluruhan tersebut, dan Tuhan memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di alam semesta ini, karena tak ada satupun di alam semesta ini kecuali wujud Tuhan.<ref>https://m.wiki-indonesia.club/wiki/Wahdatul_Wujud</ref>
<!--Selama belum ada referensi yang mendukung, bagian ini JANGAN ditampilkan. Jika ada yang menemukan referensi, mohon gaya bahasa juga diperbaiki supaya memenuhi standar Wikipedia.
Sebagai konsekuensinya, kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian, misalnya hukum negara, tetapi tidak termasuk hukum syariat peribadatan sebagaimana yang ditentukan oleh [[syariah]]. Menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Syekh Siti Jenar, manusia di dunia ini tidak harus memenuhi [[rukun Islam]] yang lima, yaitu [[syahadat]], [[Sholat]], [[puasa]], [[zakat]], dan [[haji]]. Baginya, syariah baru akan berlaku setelah manusia menjalani kehidupan pasca kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa [[Allah]] itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu, mirip dengan konsep [[Al-Hallaj]] (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam, kira-kira pada [[abad ke-9]] Masehi) tentang ''hulul'' yang berkaitan dengan kesamaan sifat [[Tuhan]] dan [[manusia]].
Dimana seharusnya pemahaman [[tauhid|ketauhidan]] melewati empat tahap, yaitu:
* ''[[Syariat]]'', dengan menjalankan hukum-hukum agama seperti salat, zakat, dan lain-lain,
* ''[[Tarekat]]'', dengan melakukan amalan-amalan seperti wirid, [[zikir]] dalam waktu dan hitungan tertentu,
* ''[[Hakekat]]'', di mana hakikat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan, dan
* ''[[Makrifat]]'', kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya.
Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut, maka tahapan di bawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu [[tasawuf]] yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami ratusan tahun setelah wafatnya Syekh Siti Jenar. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam di mana pada masa itu, ajaran Islam yang harus disampaikan seharusnya masih pada tingkatan syariat, sedangkan ajaran Syekh Siti Jenar telah jauh memasuki tahap hakekat, bahkan makrifat kepada Allah. Oleh karena itu, ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar dikatakan sesat.
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus memperdebatkan masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam [[agama]] apa pun, setiap pemeluknya sebenarnya menyembah zat [[Allah|Yang Maha Kuasa]], hanya saja masing-masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing-masing pemeluk agama tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar.
Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan [[surga]] atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
-->
=== ''Manunggaling Kawula Ian Gusti'' ===
Para pendukung Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai [[Tuhan]]. Ajaran ini bukan dianggap sebagai bercampurnya Dzat Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses ''fana''' (hancurnya sifat-sifat buruk pada manusia) <ref>Kementerian Agama. 2015. Buku Akidah Akhlak Kelas XI. Jakarta:Kementerian Agama</ref>
</table>
</blockquote>
Ageng Pengging alias Kebo Kenanga merupakan salah satu santri dari Raden Abdul Jalil, ia berhasil mendidik anaknya bernama [[Joko Tingkir]] dengan ajaran dari gurunya. Joko tingkir berhasil menyelesaikan konflik antara proyek besar Negara Islam di [[Bintoro, Demak, Demak|Bintoro]] dan Glagah Wangi ([[Jepara]]). Hal ini yang mengharumkan kembali nama Raden Abdul Jalil.
== Masa Pendidikan ==
|