Kedatuan Sidenreng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Suntingan kecil
Tag: Dikembalikan Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 8:
'''Kerajaan Sidenreng''' yang berpusat di sekitar danau besar (Tappareng karaja) menjadi salah satu negeri yang ramai dan terkenal hingga ke benua lain. Ini sesuai dengan catatan seorang Portugis pada abad ke-16 M yang menuliskan Sidereng sebagai “...Sebuah kota besar dan terkenal, berpusat di sebuah danau yang dapat dilayari, dan dikelilingi tempat-tempat pemukiman.” (Tiele 1880, IV;413).<ref>{{Cite journal|date=1880-06-26|title=Patents|url=http://dx.doi.org/10.1038/scientificamerican06261880-413|journal=Scientific American|volume=42|issue=26|pages=413–413|doi=10.1038/scientificamerican06261880-413|issn=0036-8733}}</ref>
 
Manuel Pinto, seorang berkebangsaan Portugis lainnya malah sempat menetap selama delapan bulan di Kerajaan Sidenreng dan merekam suasana tahun 1548 M. Pinto menggambarkan Sidenreng sebagai sebuah negeri yang ramai dengan penduduk sekitar 300.000 orang. Ada yang berpendapat bahwa asumsi penduduk di tahun 1548 M yang disebut Pinto terlalu besar. Namun dengan kebesaran dan kejayaan Sidenreng di masa itu, tak menutup kemungkinan bahwa Sidereng mempunyai wilayah yang jauh lebih luas daripada [[Kabupaten Sidenreng Rappang]] atau wilayah [[Ajatappareng]] sekarang ini.<ref>{{Cite book|last=Sani|first=M. Yamin |date=1990 |url=https://repositori.kemdikbud.go.id/13573/1/Bicaranna%20mula%20timpaengngi%20sidenreng%20najaji%20angka%20wanua%20ri%20sidenreng%20asal%20usul%20kerajaan%20sidenreng%20dan%20sistem%20pemerintahan~1.PDF|title=Biccaranna Mula Timpaengngi Sidenreng Najaji Engka Wanua Ri Sidenreng (Asal Usul Kerajaan Sidenreng dan Sistem Pemerintahannya)|location=Jakarta|publisher=Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=}}</ref>
 
Ia juga menceritakan aktivitas perdagangan di kerajaan ini yang dikunjungi pedangang dari berbagai belahan dunia termasuk Portugis dengan muggunakan jalur laut menuju Tappareng Karaja. Pinto menulis, “Sebuah fusta besar (kapal layar portugis yang panjang dan dilengkapi deretan dayung di kedua sisinya) dapat berlayar dari laut munuju Sidenreng.” (Wicki, Documents Indica, II: 420-2).<ref>{{Cite book|last=Wicki|first=M.|date=1990|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-642-74263-7_31|title=Krebs und Alternativmedizin II|location=Berlin, Heidelberg|publisher=Springer Berlin Heidelberg|isbn=978-3-540-50516-7|pages=252–255}}</ref> Hal ini diperkuat oleh Crawfurd pada 1828 (Descriptive Dictionary; 74, 441)<ref>{{Cite book|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-540-72816-0_10992|title=Dictionary of Gems and Gemology|location=Berlin, Heidelberg|publisher=Springer Berlin Heidelberg|isbn=978-3-540-72795-8|pages=441–441}}</ref> yang menulis, “pada kampung-kakmpung di tepi (danau)... berlangsung perdagangan luar negeri yang peset. Perahu-perahu dagang dihela ke hulu sungai Cenrana...Kecuali pada musim kemarau, airnya cukup dalam untuk dilewati perahu-perahu paling besar sekalipun.”
Baris 16:
Dalam literatur lain, Kerajaan [[Kerajaan Rappang|Rappang]] disebutkan sebagai kerajaan yang menguasai daerah hilir Sungai Saddang pada abad 15 M. Bersama dengan Kerajaan Sidenreng, Kerajaan [[Kerajaan Sawitto|Sawitto]], Kerajaan [[Kerajaan Alitta|Alitta]], Kerajaan [[Kerajaan Suppa|Suppa]], mereka membentuk persekutuan [[Ajatappareng|Aja’Tappareng]] (wilayah barat danau) untuk membendung dominasi Luwu. Persekutuan itu kemudian diikatkan dalam perkawinan antar keluarga raja-raja mereka.<ref name=":0" />
 
Sebelumnya perlu diketahui bahwa; ADDATUANG berasalawalnya dari katadisebut ADDAOANG (tempat berpeluk). Ini mengandaikan raja sebagai pohon tempat rakyat berpeluk atau berlindung.
 
Mulamula arungnge ri Sidenreng\ iyanaritu addaowang asenna\ bettuanna allin-rungenna tomaegae\ riebarai pongaju onronna mappake\ makkadaoang tomaegae (pada mulanya raja di Sidenreng digelar Addaowang, maksudnyatempat berlindung orang banyak, yang diumpamakan sebagai pohon kayu tempat rakyat berlindung atau berpeluk).